Part 60

1.6K 54 0
                                    

Beberapa part menuju ending guys! Gak kerasa haha...

Voment please 😭💗💗💗


*Nut

"Hallo deon ada apa?",

Deon terdiam beberapa saat.

"Hallo nek, alinka kecelakaan dia-"

"APA?! KENAPA BISA ALINKA CELAKA DEON?! NENEK KAN SUDAH TITIPKAN DIA SAMA KAMU JANGAN SAMPAI LEPAS PENGAWASAN SAMA ALINKA!",

"maafin deon nek, deon lengah, deon gagal".

"Bagaimana keadaan dia?", ucap nenek disebrang sana. Menghiraukan ucapan deon.
Deon menjelaskan akar permasalahannya hingga kondisi alinka sekarang, semenjak dari tiga jam yang lalu alinka belum keluar daru ruang operasinya.

*tut

Telfon dimatikan sepihak oleh neneknya.

Deon menunduk dalam, menyeka air matanya yang kembali luluh.

"Mungkin ini keputusan yang terbaik", ucapnya.

***

*Ceklekk... 

"Dokter gimana keadaan alinka?", pertanyaan itu dilontarkan saga.

"Pasien membutuhkan banyak darah, kami tidak bisa melanjutkan operasi karena stok darah golongan ab resus negatif dirumah sakit ini sudah habis",

"Nggak dok, lanjutkan operasinya saya gak mau tahu! Pokoknya dokter harus selamatin alinka!", dokter itu menghela nafas pelan.

"Apa diantara kalian ada yang mempunyai golongan darah ab resus negatif?",

"Ambil darah saya dok", semua melihat kebelakang.

"Revan?", ucap mereka. Revan mengetahui kabar alinka dari bodyguard yang menjaganya, karena bodyguard itu juga mendengar jelas semua tentang alinka saat diruang ugd. Mendengar hal itu revan langsung terduduk ingin menghampiri adiknya, ia ingin meminta maaf dan berterima kasih. Ia berjanji tidak akan memperlakukan alinka seperti dulu, ia akan menyayanginya dan menjaganya. Ya itu janjinya.

Lelaki itu menaiki kursi roda dengan tangan digips, wajahnya babak belur dengan bengkak dipipi kirinya.

"Lo ngapain kesini? Lo belum sembuh total revan!", ucap fina.

"Biarin, gue mau donorin darah gue buat adik gue". Saga tertawa sinis.

"Adik lo bilang?", semua terdiam dengan ucapan saga.

"Bukannya lo itu anak bungsu ya? Lo gak punya adik kan? Lo gak lupa sama ucapan lo waktu itu revan? Lo bahkan nggak mengakui alinka sebagai adik, tapi sekarang lo?".

"Kemana aja lo selama ini hah?!  Saat alinka butuh sandaran, saat alinka membutuhkan sosok kakak yang mendukungnya tapi lo malah nyiksa dia lo hina dia didepan umum!",

"Otak lo dimana?", revan tertunduk.

"Gue tahu gue emang salah-"

"Itu tahu kemarin kemarin kemana aja lo? Sampe gak ada otak nuduh bayi yang gak tahu apa apa bunuh ibunya sendiri? Ketiban apa otak lo sampe jadi bener lagi?", ucap maya.

"Gue nyesel, gue emang salah gue brengsek gue kejam, gue tau berbagai kata itu belum cukup buat gue nebus kesalahan sama alinka".

"Tapi setidaknya izinkan gue donorin darah gue buat dia",

"Gue gak sudi alinka nerima donor darah dari orang brengsek kayak lo revan!", ucap saga.

"Mending gue cari yang lain ketimbang lo yang harus donorin darah lo itu buat alinka darah dia suci gue gak mau alinka nerima darah itu dari bajingan kayak lo!".

"Maaf tolong jangan berdebat disini, ini rumah sakit tolong hargai kenyamanan pasien pasien kami". Ucap dokter itu.

"Waktunya tinggal dua puluh empat jam lagi, jika setelah itu tidak mendapatkan donor darah saya tidak menjamin pasien akan selamat". Semua orang menegang, begitu juga dengan seorang gadis disana.

"Ambil darah saya dokter", semua orang mematung melihat gadis itu berdiri disana dengan tegak.

"Rani lo?", rani tersenyum pada mereka.

"Gue nyesel udah jahat sama orang sebaik alinka, saat gue sakitin dia pun dia masih sempet sempetnya baik sama gue",

"Alinka jadi panutan tersendiri bagi gue, buat berubah jadi orang baik kayak dia. Maka dari itu, gue mau donorin darah gue buat alinka". Semua orang saling pandang.

"Darah saya sama dengan adik saya dok", ucap deon setelah ia dari luar.

Dokter mengangguk, dan akhirnya mengajak mereka keruang khusus.

****

Dua kantong darah sudah tersedia untuk menjalankan operasi alinka, kini bertambah rani diruang tunggu.

"Ran kok lo bisa tahu alinka celaka?",

"Gue kesini awalnya nganterin mama berobat, tapi pas gue gak sengaja lewat sini gue denger kalian dan akhirnya gue ada disini".

"Tapi mama lo?", ucap fina.

"Mama gue udah dijemput papa gue, tenang aja".

"Makasih sudah mendonorkan darah kamu untuk adik saya", rani menoleh pada deon.

"Sama sama kak, gak usah berterima kasih saya senang bisa membantu alinka". Revan tersenyum miris, giliran orang lain dibiarkan mendonorkan darahnya untuk alinka.

Tapi kembali ia sadar, mereka benar, alinka tak pantas mendapatkan darah dari orang jahat sepertinya.

***

Setelah tujuh jam lamanya akhirnya lampu ruang operasi berganti biru, semua menghela nafas lega.

Brankar mulai keluar dari ruang sana, diatas sana alinka tertidur dengan selang oksigen dihidungnya. Kepalanya terlilit perban begitu juga dengan tangannya yang dipenuhi perban.

"Alinka....", lirih semua orang.

ALINKA (END) {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang