Part 56

1.2K 53 0
                                    


Perasaan kalian bakal campur aduk disini!

Soalnya aku tambahin cabe, bawang, sama jahe disini.

*happy reading

*Wiuwiu wiw wiw wiw wiuww.....

Suara dua ambulan itu membubarkan macet dijalanan, semua ricuh jalanan yang tadinya macet kini melenggang memberi jalan pada dua ambulan itu.

Dibelakang sana ada dua mobil hitam ferary yang mengekori mobil ambulan, hingga beberapa menit kemudian mobil ambulan sudah sampai dirumah sakit besar.

"Permisi semua orang harap memberi jalan bagi kami", ucapan intruksi dari beberapa perawat langsung membuat orang orang menyisi memberi jalan bagi mereka.

"Alinka! Alinka kamu pasti kuat sayang, kakak percaya kamu gadis yang kuat baby girlnya kakak". Deon mengenggam tangan alinka yang penuh darah, sekujur tubuh alinka dipenuni darah, bahkan seragamnnya kini berganti warna merah pekat.

"Alink, kuat sayang kak dinar disini kamu harus kuat al demi kami". Ucap dinar yang berada disebelah deon.

Sementara itu, bima mengenggam tangan revan tak kalah erat.

"Boy kamu harus kuat, anak ayah gak boleh lemah kamu pasti bisa sembuh revan".

"Maaf semua kalian harus menunggu diluar, kami akan memberikan perawatan lebih lanjut bagi pasien".

"Tapi dok-"

"Tolong dokter deon, jangan mencampuri dulu ini adalah bidang kami yang menanganinya bukan tidak sopan, tapi maaf ini sangat darurat". Ucap seorang dokter laki laki pada deon, dinar menarik tubuh deon.

"Udah yon, diem aja lo bukan bidangnya jadi diem bisa kan? Ngertiin kondisi sekarang alinka butuh penanganan khusus yon!". Deon mundur, ia menutup seluruh wajahnya dengan kedua tangannya.

Ia gagal tak bisa menjaga alinka, ia gagal tidak bisa menjadi penyelamat adik adiknya.

Ia sungguh gagal, deon membenturkan kepalanya pada tembok.

"deon udah yon! Jangan gini alinka bisa marah sama lo kalau lo kayak gini!",

"Deon please denger gue deon! Berhenti! Gue bilang berhenti deon!", teriak dinar. Deon menatap dinar kosong, ia berhambur ke pelukkan gadis berambut pendek itu.

"Gue gagal din hikss gu gue gak becus jaga adik adik gue hikss, gue gak bisa hikss". Dinar mengusap punggung sahabatnya itu, menguatkannya memberi kekuatan padanya.
"Lo nggak gagal yon, lo udah berusaha lo udah jadi yang terbaik buat alinka sama yang lain",

"Tapi nyatanya gue gak bisa, gue gak bisa lindungin adik adik gue dinar". Isaknya.

"KAK DEON!", deon melepas pelukkannya dari dinar. Dari dua meter sana, terdapat empat remaja dengan wajah penuh air mata.

"zalvin", zalvin memeluk kakaknya itu. Ia menangis dalam diam disana, sementara deon menepuk nepuk pundak adiknya itu.

"Gimana keadaan alinka kak?", tanya saga. Wajahnya terlihat sama khawatirnya, keadaanya kacau dengan rambut acak acakkan dan keringat.

"Belum ada kepastian dari dokter", jawab dinar.

"Gimana alinka bisa kayak gini kak? Hikss tau gini tadi aku sama maya hikss maksa alinka buat pulang bareng hikss", dinar membawa fina dalam pelukkannya.

"Udah ya tenangin diri kalian, ini semua udah takdir. Gak bisa diubah walau hanya berandai saja, ini sudah jadi takdit yang maha kuasa". Ucapnya memenangkan mereka.

Saga terduduk lemas dibangku rumah sakit, tatapan matanya kosong. Baru tadi pagi ia bercanda ria dengan alinka, namun kini? Ia justru mendapati kabar buruk dari kakaknya alinka.

Jadi tadi saga, zalvin, dan maya fina sedang berada diparkiran, mereka mengobrolkan tentang masalah saat kejadian tadi.

Namun deon menelfon zalvin, dan saat satu kalimat terlontar dari telfon tubuh zalvin menegang dengan ponsel yang sudah jatuh ketanah.

Sontak ekspresi zalvin membuat mereka khawatir, dan saga mengambil ponsel zalvin yang terjatuh untungnya masih tersambung.

Dan saat suara itu, deon mengabarkan jika alinka masuk rumah sakit bersama revan, sedetik kemudian dunia saga runtuh seketika setelah mendengar kabar penyakit alinka dan kini? Ia mendapatkan doubke kill dari kabar buruk mengenai alinka.

Saga memberitahu semua itu pada maya dan fina, mereka langsung menangis mendengar kabar buruk itu dan langsung saja mereka berjalan kerumah sakit dengan mobil fina.

***

Dari arah yang berlawanan, bima berjalan tergesa menuju orang orang yang tengah menunggu didepan ruangan alinka.

"ini pasti ulah gadis sialan itu!",

"Gara gara dia anak saya celaka! Dasar anak sialan, dimana ada dia pasti keluarga saya selalu sial! Dimana dia sekaran?!", bima menatap semua orang yang juga menatapnya tajam.

"Jaga mulut lo pak tua! Alinka yang jadi korban disini bukan si revan doang! Alinka juga anak lo, bukan revan doang!". Sarkas maya, dengan beraninya ia menatap bima tajam. Bima yang tak terima diperlakukan seperti itu maju pada maya.

"Beraninya gadis kecil seperti kamu berbicara seperti itu pada saya?!",

*Haapp...

"Cemen pak tua kayak lo maen tangan kayak gini, gak takut encok apa lo?!". Bima menatap maya tajam.

"Kau!",

"Lo yang harusnya celaka pak tua! Bukan alinka dia udah cukup menderita gara gara lo, dia baru lahir aja lo tuduh bunuh ibunya, bayi mana yang bisa membunuh ibu kandungnya sendiri?! Itu udah takdir dari yang maha pencipta, jika waktunya sudah ya sudah tuhan akan mengambil ibunya alinka, lo gak bisa menyalahkan takdir yang udah dibuat sama tuhan pak tua! Itu udah jadi garis kehidupan seseorang",

"Umur aja udah kepala lima, tapi sikap lo itu kayak bocah lima tahun yang masih nyalahin orang atas kematian orang yang lo sayang!".

Semua tergelak atas ucapan pedas maya pada bima, bima sendiri merasa dipermalukan oleh gadis kecil ini didepan banyak orang pula.

"Bukannya gue gak sopan, tapi sikap lo ini udah kebangetan,  lo butuh diruqyah kalau perlu gue panggilin uatadz somad buat ngeluarin setan setan ditubuh lo!",

"Udah bau tanah aja belagu, gak pernah menerima takdir tuhannya sendiri nanti diakhirnya gimana lo?!". Bima mengepalkan kedua tangannya, sementara beberapa orang disana terlihat puas atas sudutan yang maya lontarkan pada bima.

"Kau! Awas saja kamu akan saya tandai nanti gadis kecil!", ancamnya dengan muka seram namun kocak menurut maya.

"Dih maen ngancem gue gak takut sama lo,  bapak gue pengusaha tambang minyak terbesar emak gue designer terkenal diparis, bodyguard gue ratusan, mata mata gue dimana mana bahkan setiap lo ngelangkah aja mereka ada buat gue jadi gimana lo mau ngancem gue hah?!". Bima membeku, ayahnya pemilik perusahaan tambang minyak terbesar? Itu berarti dia adalah anak orang yang paling berpengaruh didunia bisnis, bisa bisa ia dijadikan remahan kecil oleh perusahaan itu.

Bima menatap maya menghunus tajam, tangannya sudah tidak terkepal namun dalam hatinya ia menyumpah serapahi gadis itu ia tidak bisa gegabah apalagi setelah gadis itu blak blakkan dan disini banyak orang, dengan kekalahan bima lebih baik memilih pergi dari sana.

"Kamu berani bener may, gak takut apa sama om bima". Kekeh dinar, maya menyengir.

"Abisnya kak, maya itu udah gedek banget sama om bima dia terus terusan bilang alinka kayak gitu maya nggak terima". Deon dan zalvin menghangat mendengar begitu sayang dan tulusnya maya dan fina berteman dengan alinka.

"Eh maaf ya kak deon, sama kak zalvin gue gak bermaksud buat gitu gue-"

"Ya kita maklumin, gue juga udah gedek lihat sikap ayah ke alinka dirumah". Jawab zalvin, maya tersenyum.

"Alinka beruntung punya sahabat kayak lo sama fina, setidaknya selama ia butuh sandaran alinka punya kalian yang selalu ngertiin dia, gue sangat berterima kasih sama kalian". Ucap deon setelah reda dari tangis dan emosinya.


How it feel guys?

Bestie an yuuk ah 😩

ALINKA (END) {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang