Part 64

1.5K 60 0
                                    

"Gue cinta sama lo al",

"Aduh aduh sayang kita kayak ngontrak aja, ayok ah pergi jangan gangguin orang kasmaran ntar jadi nyamuk lagi". Ucap dinar, alinka melepas tatapannya dari saga.

"A apaan sih kak dinar",

"Yaudah ayok nala sayang, kita pergi kita biarin aunty kangen kangenan sama pacarnya". Ucap deon.

"Kak deon ish!",

"Om itu siapa pah? Dia gak akan jahatin aunty kan?", ucap nala cemberut.

"Hahhaa... Kamu dipanggil om om sama nala saga", alinka tertawa memegangi perutnya.

Wajah saga langsung masam, namun ia bahagia bisa melihat tawa alinka lagi.

"Panggil uncle aja yah", ucap saga kaku.

"Uncle apa?",

"Uncle saga", nala tersenyum.

"Oke uncle saga, jagain aunty al ya jangan sampe sakit dadah nala mau jalan jalan sama mama papa!". Deon dan dinar tertawa gemas melihat tingkah anak mereka.

Padahal gadis itu baru tiga tahun, tapi tingkahnya sudah seperti orang dewasa.

Saga mengangguk patuh, setelah deon dan dinar pergi. Saga menatap alinka dalam, ia menarik tangan alinka untuk digenggamnya.

"Aku gak akan lepasin lagi tangan ini, aku bakal ada setiap saat kamu butuh aku al". Sudut bibir alinia berkedut.

"kenapa?", heran saga.

"Enggak, lucu aja gitu kamu ngomong aku-kamu kayak bukan kamu aja". Saga tersenyum tipis.

"Oke yaudah gue bakal ganti lagi-",

"Eh eh jangan udah aku-kamu aja kayak unyu aja gitu", kekeh alinka.

Saga tersenyum menampakkan gigi giginya yang rapi.

"Aku senang bisa lihat kamu ketawa lagi al",

"Fina sama maya pasti heboh banget kalau tahu aku udah ketemu kamu",

"Iya juga ya, aku kangen sama mereka. Mereka apa kabar ga?", saga menunduk.

"Fina udah jadi dokter sekarang, sementara maya udah jadi pengusaha restoran". Wajah alinka berubah terkejut.

"Loh kok? Bukannya dulu fina pernah bilang sama aku kalau dia mau jadi designer kok malah lompat ke dokter,"

"Entahlah mungkin mereka berubah fikiran", alinka mengangguk.

"Al kita jalan jalan yuk!", alinka mengangguk antusias.

Saga berjalan kaku, ia seperti bocah yang baru merasakan cinta pertama lagi.
Dengan ragu ia menggenggam tangan alinka.

Alinka menatap saga.

"Biarin kayak gini, disini dingin". Elaknya, diam diam alinka tersenyum.

"Eh mau makan dulu gak?", saran alinka.

"Boleh",

***

Disini mereka berada direstoran tak jauh dari taman london, keduanya sudah menghabiskan makanannya.

"Al jadi gimana?", alinka mengerutkan keningnya.

"Gimana apanya?", saga mengulum bibirnya sebelum mengatakan -

"Aku juga cinta sama kamu gaga", saga menatap alinka terkejut bibirnya berkedut.

"A-apa? T-tadi lo bilang apa al?",

"I love you saga", bibir saga mengukir senyuman lebar.

Ia bangkit dari duduknya, sedangkan alinka terheran saga menghampirinya lalu memeluknya.

"S-saga-",

"Gue udah lama nantiin momen ini, momen dimana gue ungkapin perasaan gue sama lo. I'm sorry dulu mungkin gue belum paham perasaan ini tapi setelah kejadian itu gue ngerti al.... I love you to". Bisiknya, bulu kuduk alinka merinding seketika mendengar bisikan saga tepat ditelinganya.

Sungguh alinka tak bisa berkata lagi, ia seperti batu malu iya, seneng juga iya.

Saga melepas peluknya.

"Gue gak mau pacaran sama lo, tapi gue akan lamar lo alinka". Mata alinka membulat.

"Tapi kita-",

"Lo gak usah khawatir gue akan nunggu sampai lo siap gue nikahin",

"Kata siapa aku gak siap? Sekarang juga ayok aku mah". Mata saga membola, alinka tertawa melihat ekspresi lelaki itu.

"Okay aku akan lamar kamu besok", kini giliran alinka yang membulatkan matanya.

"Apaan?", saga tersenyum miring.

***

"Kakak gak izinin!", deon berdiri.

"Tapi kak-"

"Alinka kakak gak mau mereka nyakitin kamu lagi, udah cukup kakak gak mau kehilangan kamu lagi!".

"Kak percaya sama inka, inka udah dewasa kak inka bisa jaga diri sendiri sekarang gak kayak waktu itu, inka bisa ngelawan kalaupun hal yang tak diinginkan terjadi nanti", dinar yang sedari tadi diam menghampiri suaminya itu.

"Udah deh sayang, kasian inka izinin aja yah". Deon menatap dinar sengit.

"Enak aja gak mau ah", sentaknya.

Dinar terkejut dengan nada tinggi suaminya, ia menaruh kedua tangannya dipinggang.

"Kamu nyentak aku?!", mata deon membola.

"Eh eh aku gak maksud begitu yang maaf-",

"Gak aku sakit hati ya kamu bentak gini, selama kita nikah kamu baru pertama kali pakek nada tinggi gini sama aku".

"Awas aja kamu gak akan dapet jatah lagi, tidur juga harus diluar gak boleh dikamar!". Deon menelan ludahnya susah payah.

"Aduh yaang kan aku gak sengaja, lagian kalian maksa aku buat kasih izin itu aku gak rela kan yang".

Alinka menunduk, karena dia sekarang kakaknya itu malah bertengkar.

"Yaudah kalau kak deon gak kasih izin, gak papa inka pulang dulu yah kak, assalamualaikum". Ucapnya tanpa mendengar ucapan lagi dari dua orang yang mematung.

"Wa'alaikumsalam",

"Eh tunggu dulu al", namun alinka sudah menutup pintu rumah mereka, dinar menatap deon horror.

"Kamu lihat itu?!", deon mengangguk loyo.

"Alinka juga pasti rindu sama ayah, zalvin dan revan",

"Kamu juga gak bisa ngebohongi diri sendiri kalau kamu juga rindu sama mereka", deon menunduk tersenyum miring.

"Kamu selalu bisa nebak perasaan aku walau aku gak ngomong, kamu beralih profesi jadi cenayang ya yang?".

*Bughhh...

"Awwhh.. Kok di pukul sih?", ucap deon sembari mengusap tangannya.

"Lagian orang lagi serius malah bercanda, gak lucu tahu". Deon menyengir.

"Iya deh enggak lagi, maafin yah". Ucapnya dengan puppy eyesnya.

"Ekhem... Yang yang itu nggak jadi kan?", ucap deon hati hati.

Dinar mengerutkan dahinya, namun sedetik kemudian ia langsung paham.

"Ck tergantung, kalau kamu kasih izin-"

"Iya iya aku bakalan izinin alinka ke indonesia, aku juga rin-" deon menghentikan ucapannya.

"Rin apa?", deom berdehem lalu menggeleng.

"Nggak, ayok yang kita ke kamar". Ajaknya.

Dinar menatap punggung deon yang sudah tertelan pintu kamar, ia menghela nafas pelan lalu menyusul suaminya itu.



ALINKA (END) {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang