Part 44

1K 52 0
                                    

Double up nih, kasih lovenya dong buat part partnya juga yaa...

Happy reading guys, enjoy okay...


Alinka melangkahkan kakinya menuju rooftof sekolah, ia mendudukkan dirinya dengan kasar disebuah sofa yang usang.

"Hikss... Hikkss.. Hikss..", alinka menunduk dalam menyeka air matanya.

"Ck berisik banget sih", alinka tersentak dengan suara serah khas bangun tidur dari seorang lelaki. Ia mengedarkan pandangannya namun ia tak mendapatkan batang hidungnya pun.

"A apa di disini a ada jinnya ya?", ucapnya takut sambil sesekali sesenggukan.

"Enak aja lo ngira gue jin hah?!", tubuh alinka hampir terjungkal saat ia berbalik dan mendapati seorang lelaki yang duduk dibelakang sofa yang ia duduki, dibelakang sofa yang alinka duduki terdapat kursi kayu panjang.

"Ka kamu siapa?", ucap alinka yang masih dengan kagetnya.

Jantungnya berdetak begitu kencang, bukan karena jatuh cinta. Tapi saat wajah laki laki ini tiba tiba nongol dibelakangnya.

"Lah elo yang siapa, ganggu orang tidur aja". Ucapnya ketus, alinka menunduk dalam.

"Maaf, aku pergi kalau gitu". Tangan alinka dicekal oleh cowok itu, alinka menoleh cepat.

"Karena lo udah ganggu gue tidur jadi gue mau lo beliin gue minuman dingin, gue haus". Ucapnya,

"Aku gak punya uang", cowok itu berdecih.

"Bilang aja lo gak mau beliin gue napa susahnya hah?", alinka menggeleng.

"Nggak bukan itu, aku memang gak ada uang, uang aku ketinggalan dirumah".

"Ck alesan aja lo, yaudah ngutangin aja dulu". Mata alinka membulat, ia sedang kesal, marah, campur aduk gara gara saga menciumnya didepan umum. Tapi cowok ini malah makin naikin darah mendidihnya alinka saja.

"Heh kamu ada kaki sama tangankan? Gunain itu, allah kasih kamu tangan sama kaki itu buat nggak ngerepotin orang lain!". Ucap alinka, cowok itu terbelak kaget saat alinka menghardiknya, tadi saja perempuan itu nangis nangis dan mengganggu tidurnya, lalu sekarang ia seperti singa betina saja dengan mata tajam melotot dan berkacak pinggang.

"Y yaudah sih kalau nggak mau beliin, sono sono pergi!". Alinka mendelik kesal, akhirnya ia pergi dari rooftof itu.
"Alinka", langkah alinka terhenti saat saga mencegah jalannya.

"Minggir aku mau lewat", ucapnga datar. Saga terdiam dengan cara bicara alinka yang tak biasa,

"Sorry lin, gue bisa jelasin sama lo-".

"Nggak perlu, aku mau ke kelas minggir saga". Saga menggeleng, ia merentangkan kedua tangannya.

"Mau kamu apa?",

"jangan jauhin gue, gue gak mau kehilangan lila gue lagi". Alinka terdiam,

"Gue ngelakuin itu ada alasannya alinka, jadi tolong dengerin penjelasan gue". Alinka mengangguk, saga tersenyum. Ia meraih pelan tangan alinka menuju taman sekolah.

***

Disinilah mereka berada, taman sekolah yang jarang didatangi para murid.

"Sebenarnya gue capek kudu dikejar kejar para betina lin, rani insaf sekarang malah ada dea. Pusing banget hidup gue, kalau gini jadinya gue mending nggak punya wajah ganteng deh, mau ngelakuin apa apa atau bawa cewek aja sampe kayak seleb aja gue," alinka tertawa. Saga mengernyitkan dahinya heran.

"kenapa ketawa?",

"Hahaha... Kamu ini kucu banget sih, orang tuh ya kalau punya wajah ganteng itu bersyukur harusnya, ini malah minta wajah jelek. Terus tadi kata kamu dikejar kejar betina lagi haha... Lucu banget bicaranya hahah", saga tersenyum simpul melihat alinka bisa tertawa. Syukurlah gadis ini tidak marah lagi padanya.

ALINKA (END) {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang