PART 33

1.1K 47 1
                                    

Awas typo bertebaranm....

Happy reading friends 😋🙏👋💓

Dua hari tidak masuk sekolah membuat alinka tersiksa batin dan fisiknya, entah dea dan ibu tirinya yang selalu memfitnahnya lalu bima yang menyiksanya.

Ia capek, sungguh sangat capek, seakan lahirnya dia didunia ini hanya untuk disiksa oleh keluarganya sendiri.

"Bi iyem, inka mau sekolah dulu ya". Bi iyem yang sedang mencuci piring menoleh sambil tersenyum.

"Non beneran udah sehat?", alinka berjalan kearah bi iyem. Ia memeluknya erat, bi iyem terkekeh.

"Iyaaa bibi cantik, inka udah baikkan kok. Bi iyem gak usah khawatir inka kan cewek strong", bi iyem menjiwil hidung anak majikannya itu dengan gemas.

"Bisa aja ngerayu nya non, orang bibi keriputan gini". Kekehnya,

"nggak kok bi iyem cantik tahu,"

"Ekhem... Aduuhh yang pelukan udah kayak teletubis aja, kerja sana bi iyem dibayar buat kerja bukan peluk peluk anak haram ini", senyum kedua orangtua itu pudar. Alinka melepas pelukkannya dari bi iyem,  ia menatap dea dengan datar.

"Kenapa sirik kamu? Mau dipeluk juga? Kasian yang sirik, tuh pelukkan aja sama kulkas dibelakang kamu lagi nganggur tuh". Dea menajamkan matanya, ia mengepalkan tangannya kuat kuat.

"DIAM LO ANJ***! BERANI LO NGOMONG GITU SAMA GUE HAH?!", alinka dan bi iyem tersentak kaget. Awalnya alinka terkaget dengan bentakan dea namun ia menormalkan kembali ekspresinya.

"Kenapa nggak berani? Emang situ siapa?, cuma numpangkan dirumahku?". Dea membuka mulutnya dengan ekspresi kesal, alinka yang melihat itu tersenyum miring.

"Lo-", tangan dea menunjuk kewajah alinka.

"Inka ada apa ini?", tubuh dea menegang.

"Eh kak deon, nggak ada apa apa kok kak". Ucap alinka, deon menatap dea yang juga menatapnya, tangannya masih menunjuk kewajah alinka.

"Jangan pernah berani menunjuk adik saya seperti itu, atau kamu akan tahu akibatnya". Dea tersadar, ia menurunkan tangannya. Dea menatap tajam alinka, bibirnya bergerak mengatakan 'awas lo' tanpa suara.

Dea meninggalkan dapur dengan perasaan kesalnya, deon mengedikkan bahunya acuh.

"Ayok kakak anter kamu sekolah", mata alinka membulat.

"An anter inka kak? Kak deon mau nganterin inka sekolah?".

"iya kenapa?", mata alinka berkaca kaca. Ia memeluk deon.

"Inka seneng banget kak deon mau anter inka sekolah, inka berharap banget kalau inka bisa diantar kalian tapi sekarang do'a inka terkabul kak deon mau anterin inka sekolah", ucapnya. Deon mengepalkan tangannya, bahkan hanya dengan ini alinkanya dapat bahagia, lalu kenapa dulu ia mengasingkan dan abai dengan alinka? Ia tahu kejadiannya seperti apa, tapi ia tetap mengabaikan adiknya ini. Deon sungguh menyesal, ia berbanji akan membuat semua orang dirumah ini menyesal, dan ia akan membahagiakan adiknya ini alinka.

"Hm.. Yaudah kakak mau siapin mobil dulu ya", alinka melepas pelukannya lalu mengangguk senang. Deon mengacak surainya gemas.

"Non bibi gak nyangka tadi non inka bisa lawan si uler dea itu non",

"Bibi jadi gigit jari sendiri lihatnya, ituloh komuknya uler dea kocak banget kalau dikartun kartun tuh ya udah ada tandukkan dikepalanya terus dihidungnya ada asap asapnya gitu", alinka tertawa mendengar ucapan bi iyem.

"Bi iyem bisa aja haha... Tapi emang bener sih bi. Inka juga gak tahu inka dapet kekuatan dari mana bisa ngomong gitu sama dea", bi iyem tersenyum lembut.

ALINKA (END) {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang