Part 38

1K 53 1
                                    

Hooui Double update!!

•awas banyak typonya

                   ~happy reading~

Tiga hari kemudian, alinka sudah diperbolehkan untuk pulang.
Punggungnya sedikit membaik, meski ia sedikit merasa sakit.

Alinka keluar dari kamarnya dengan seragan yang sudah melekat rapi pada tubuhnya, ia menyapa bi iyem dan bi iyem memberikan sebuah sandwich dan bekal untuk alinka.

***

"Saga aku ikut ya please," saga menatap dea dengan datar. Hama satu ini tak hentinya mengganggu dari tadi, tapi ia tetap tak meresponnya.

"Ck kenapa sih kamu malah milih berangkat sama si cupu itu? Aku lebih cantik dari alinka kali sagaaa..".

"Saga please aku ikut ya, mobil kamu masih muatkan buat aku ya ya ya". Ucap dea dengan puppy eyesnya, yang membuat saga mual melihatnya.

'so imut' ucapnya dalam hati.

Senyum saga terbit ketika seseorang yang ditunggunya sedari tadi muncul dibalik pintu coklat itu, dea yang melihat senyum itu tersenyum lebar.

"Yaampun saga, kamu senyum sama aku? Aaa... Manis banget sih saga.. Jadi aku boleh ya ikut bareng kamu,"

Alinka yang melihat itu merasa tak enak, ia menatap saga dengan ekspresi sulit diartikan.

"Ayok",

"Ayok!", dea menggandeng tangan saga. Namun saga segera menepisnya, bibir dea memaju beberapa senti.

Mata gadis berbando merah itu membola, tangannya terkepal.

"H hai, pagi dea...Saga", ucap alinka kaku. Dea mendelik pada alinka.

"Gak usah so akrab lo sama gue," ucapnya sengit.

"Ayok cepetan keburu telat lin", alinka melirik dea sesaat karena dea sendiri menatapnya tajam.

"Nmm.. Sebaiknya dea ikut juga sag", saga memasukkan satu tangannya kedalam saku. Ia menatap malas pada dea.

"kayaknya mobil gue gak muat deh kalau buat tiga orang",

"Yaudah kalau gitu, aku nggak ikut kamu. Biar dea aja yang bareng kamu, aku naik angkot aja". Dea tersenyum puas mendengar ucapan alinka, namun baru tiga langkah alinka melangkah, saga menecekal pergelangan tangannya.

"Cepet naik mobil gue",

"Tap-",

"Naik alinka", ucapnya tegas. Alinka melirik pada dea yang menatapnya tajam, saga yang melihat itu menghela nafas pelan.

"Naik lo". Ucapnya pada dea, dea terjengkit senang.

"Serius saga aku boleh bareng?",

"gue gak nawarin orang dua kali", dea tersenyum senang. Ia membuka pintu depan mobio saga.

"Et tunggu!", dea yang baru meletakkan satu kakinya dimobil pun menghentikannya.

"Lo duduk dibelakang, alinka didepan". Dea menganga,

"Ish tapikan aku mau duduk dekat kam-".

"Kalau lo gak mau, gak usah ikut". Ucapnya.

"Ck yaudah iya, aku dibelakang". Ucap dea dengan ekspresi cemberutnya, alinka menatap saga.

"Apa?", alinka menggeleng.

Mereka memasuki mobil hitam milik saga, mobil itu melaju pelan membelah jalanan.

****

"Aaa my bebeb saga udah dateng!", teriak rani. Semua orang yang mendengar itu mengarahkan tatapannya pada mobil hitam yang baru terparkir dipekarangan sekolah.

Mata rani membulat, seperti akan keluar. Mulutnya menganga,

"Ayok", saga meraih tangan alinka untuk digenggamnya. Dea yang melihat itu merasakan udara disekitarnya memanas, ia mati matian untuk menahan amarahnya kalau ia bisa lepas kontrol maka citranya didepan saga bakal hancur.

"LEPASIN PACAR GUE!", rani berjalan kearah mereka dengan melepas tautan tangan saga dan alinka.

"Lo?! Beraninya cewek cepuk kayak lo gandengan sama pacar gue alinka!". Ucapnya nyaring, alinka memejamkan matanya.

"Saga sebaiknya aku duluan masuk ya bye", saga menahan tangan alinka.

"Ish saga ngapain sih lepasin tangan kuman ini!", rani mencoba untuk melepas tautan tangan mereka.

"BISA GAK SIH LO NGGAK NGEGANGGU KEHIDUPAN GUE SEHARI AJA HAH?!", rani tersentak dengan bentakan saga.

"Saga-", saga menatap alinka tajam.

"Diam alinka"

"Lo gak capek apa ngejar ngejar gue tiap hari disekolah? Gak malu lo sama diri lo sendiri hah? Lo rela ngerendahin diri lo sendiri dengan pakek pakean kurang bahan beginian, cuman pengen buat gue kegoda gitu?".

"Nggak rani, sampai kapanpun gue gak bisa nerima perasaan lo itu. Suka boleh aja asal jangan lo ikutin gue tiap hari, nguntitin gue tiap hari, gangguin gue tiap hari chat chat gue tiap hari, gue capek tahu gak?! Berasa diteror gue lama lama", mata rani berkaca kaca. Semua murid yang melihat itu mulai berbisik bisik, sambil menatap rani dengan sinis.

"Lo gak kapok udah nyelakain alinka? Gak kapok lo gue beri peringatan? Siapapun yang deket dengan gue, lo gak berhak buat ngatur ngatur harus sama siapa gue deket ngerti?!". Saga meluapkan emosinya yang selalu ia pendam, saga bukan tak berani menghadapi rani. Setiap hari ia menahan emosinya agar tidak lepas tangan, untung saja jenis kelaminnya ini perempuan, kalau laki laki sudah ia bogem sedari dulu.

Bersyukurlah rani, jenis kelaminmu menyelamatkanmu dari bogeman seorang Arsaga aldran dilson.

Mata rani sudah banjir dengan air mata, kata kata saga sungguh menampar dirinya. Ia malu, rasanya ucapan saga seperti ribuan panah yang menusuk kerelung hatinya.

Tanpa sepatah kata, rani berlari kencang membelah kerumunan disekitarnya.

"Rani-",

"Biarin dia, dia harus memikirkan semuanya alinka. Kalau gitu terus dia nggak akan sadar sadar", saga benar. Rani sekali kali harus diberi tamparan kata kata, agar ia tak memperlakukan dirinya sendiri.

"Saga apa kamu nggak terlalu jahat ngomong kayak gitu sama rani?", dada saga masih naik turun, ia lepas kontrol tetapi hatinya merasa lega karena emosi terpendamnya keluar.

"BUBAR!", dengan satu kata singkat, jelas dan padat. Semua orang lari terbirit birit tak mau kena semprot saga, orang dingin lebih menakutkan saat mereka marah.

Dea masih terdiam ditempat, ia terbengong sendiri melihatnya. Bagaimana saga mengoarkan emosinya, pada rani dan di lihat banyak orang.

"Ayok ke kelas", saga menarik tangan alinka da menggandengnya dengan lembut.

   .  .                     ****

"Alinka!",

"Gila gila itu beneran saga gak sih? Untuk pertama kalinya seorang saga ngebentak, dan bertindak sekaligus ngomong panjang kali lebar didepan umum". Ucap fina, alinka menelungkupkan kepalanya diatas meja.

"Al lo kok malah murung gini kenapa?". Tanya maya.

"Aku ngerasa kasihan sama rani, pasti dia sakit hati banget tadi apalagi saga ngomongnya didepan banyak orang". Ucapnya lesu, maya dan fina sontak memutar bola mata malas.

"Lo terlalu baik sih al, gak ayal lo selalu peduli sama orang orang yang bahkan selalu ngebully lo sampe masuk rumah sakit". Ucap maya sambil mendudukkan dirinya dikursinya.

"Tahu ah kalian nggak ngerasa jadi mereka, walaupun aku nggak diposisi rani tapi aku ngerasain rasanya gimana".

"Itu karena hati lo terlalu baik alinka", ucap fina. Alinka menghela nafas kasar.

ottokhae? Are you gwnchanayo?

eh btw disini ada yang kpopers nggak?

ALINKA (END) {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang