"Bagi perempuan yang berusia minimal dua puluh tahun, belum menikah dan dengan kemauannya sendiri ingin menjadi Putri Mahkota, maka dipersilahkan untuk mendaftarkan diri untuk mengikuti seleksi putri mahkota. Lima kandidat terpilih akan mengikuti proses seleksi akhir dengan tinggal di Keraton selama kurang lebih satu tahun untuk melakukan berbagai pelatihan Putri Mahkota. Semua calon akan diseleksi dengan ketat, tetapi dalam proses tersebut tetap akan ada pengecualian saat dibutuhkan."
***
Seluruh negara sedang menggila setelah Gusti Ratu mengumumkan secara resmi bahwa seleksi Putri Mahkota akhirnya dibuka. Sebelum seleksi ini diumumkan secara resmi, Nagaragung dilanda kekhawatiran karena Putra Mahkota tidak kunjung diperkenalkan pada publik.
Nagaragung memiliki tradisi unik, yaitu merahasiakan identitas anak mereka sampai mereka menginjak umur dua puluh lima tahun atau sampai mereka dinobatkan menjadi calon raja berikutnya. Tradisi ini dimulai sejak generasi Raja sebelumnya karena beliau menyadari bahwa keluarga keraton akan membutuhkan privasi di dunia yang semakin modern.
Selama waktu itu para 'anak' Raja ini seharusnya memanfaatkan waktu mereka untuk mencari pasangan hidup mereka, tetapi sayangnya Putra Mahkota Pradipta Gandhi Sastrodiningrat belum juga memiliki pasangan hidup hingga umurnya menginjak dua puluh lima tahun.
Keluarga Keraton sebenarnya ingin menunda pengangkatan Putra Mahkota hingga dia memiliki pasangan, tetapi desakan publik yang ingin penerus berikutnya diperkenalkan, juga umur Gusti Pangeran yang sudah menginjak seperempat abad, akhirnya memaksa keluarga keraton untuk mencari solusi untuk kedua masalah itu.
Penobatan putra mahkota sekaligus pengumuman seleksi untuk mencari putri mahkota akhirnya dilakukan secara bersamaan.
Tiga bulan setelah penobatan Gusti Pangeran Pradipta, publik masih saja membahas ketampanan pangeran serta kesibukannya mengikuti berbagai acara resmi kerajaan. Selain itu banyak juga pembahasan mengenai proses seleksi putri mahkota yang masih berlangsung. Publik sudah tidak sabar untuk mengetahui lima kandidat terpilih yang akan mengikuti proses pelatihan di Keraton secara langsung.
Ponsel Ella berbunyi dan ia segera mengangkat telepon yang masuk. Saat dia mengakhiri panggilan itu, Ella menghebuskan napas keras kemudian menundukkan kepala dia atas meja.
"Hahhhh, aku nggak lulus seleksi." Ucapnya terdengar lumayan kecewa.
Kara menepuk punggung temannya sambil berguman, "Yahh, saingannya gak gampang sayang ... tapi kamu sudah hebat bisa sampai lolos tahap seratus besar loh ..."
Kara kembali membaca koran yang tergeletak di depannya. Berita resmi yang berhubungan dengan keluarga keraton secara resmi hanya dimuat di koran. Selebihnya, apapun yang tersebar di internet bisa dianggap sebagai gosip murahan saja. Artikel koran sebagian besar menuliskan kegiatan putra mahkota selama tiga bulan terakhir dan kabar terbaru mengenai seleksi putri mahkota.
"Wah, Pendaftar seleksi putri mahkota di awal saja sudah menyentuh angka dua juta orang. Angka ini adalah jumlah resmi setelah melihat kerapihan dokumen administrasi. Ckckckck, ini maksudnya, pendaftar yang tidak melengkapi dokumen administrasi pasti sudah gugur duluan...." gumam Kara pelan.
Ella duduk tegak lalu menatap Kara dengan ekspresi penasaran, "Ra, aku penasaran, kamu setertarik ini dengan berita seleksi putri mahkota, tetapi kenapa kamu nggak daftar seleksinya sih?"
Kara mengalihkan pandangan sekilas pada temannya lalu kembali membaca koran, "Aku tidak tertarik dengan dunia politik dan kompetisi."
Ella tersenyum tipis mendengar itu, "Tapi bukankah setiap gadis di Negeri ini setidaknya ingin menghidupkan fantasi mereka dengan menikah dengan pangeran????"
KAMU SEDANG MEMBACA
Privilege [END]
Historical FictionWARNING: JANGAN LOMPAT KE CHAPTER BONUS JIKA TIDAK INGIN KENA MAJOR SPOILER! Kara tidak mengikuti seleksi untuk menjadi putri mahkota. Tapi, betapa terkejutnya dia ketika tahu kalau dia dipilih langsung oleh Putra Mahkota dan menjadi kandidat nomor...