03 - Rumor

23.2K 2.7K 21
                                    

Renita menghembuskan napas panjang dengan mata masih terpejam. Dayang yang dikirim Keraton sedang menata rambutnya untuk acara perkenalan kandidat Putri Mahkota. Renita baru bertemu dayangnya pagi ini. Ia bernama Ana dan sudah menginjak umur tiga puluhan.

Ana meminta Renita untuk memanggilnya 'Mbak' karena umur mereka tidak terlalu jauh. Meski baru bertemu beberapa jam, Ana bisa membuat Renita merasa dekat dengannya. Acara pengenalan kandidat Putri Mahkota akan dimulai pukul sembilan pagi, jadi Ana sudah datang dan mempersiapkan Renita sejak pagi buta.

Para kandidat ditempatkan di Anjungan Keraton yang digunakan untuk tamu resmi. Anjungan Keraton adalah salah satu bangunan rumah bermodel sederhana yang terletak di bagian luar kompleks Keraton. Para kandidat ditempatkan di Anjungan yang berbeda-beda. Walupun tidak bermaksud mencari tahu, tapi melalui akun sosial media Sekar, Renita tahu kalau Sekar sudah bertemu dengan dua kandidat lain dan berkenalan dengan mereka. Renita hanya penasaran dengan kandidat terakhir yang sampai saat ini masih juga belum terlihat. 

"Apa kamu masih mengantuk?" Tanya Ana pelan.

Renita membuka matanya, "Lumayan. Karena itu aku diam saja sekarang ..."

Ana tersenyum kecil, "Bersabarlah, cantik itu butuh waktu. Lagipula, aku masih harus menyelesaikan sedikit riasanmu ..."

Renita mengerang keras, dan membuat Ana tersenyum kecil.

"Mbak, udah ketemu kandidat lain nggak?"

Ana terlihat berpikir keras. "Beberapa sudah sih, cuma sekilas di awal-awal kalian datang. Karena Kedatangan kalian berbeda, jadi aku belum melihat jelas kandidat lain sih."

"Mbak udah pernah ketemu kandidat kelima gak sih? Itu yang dipilih langsung oleh Kanjeng Pangeran?"

Ana menatap Renita melalui pantulan kaca di depan mereka. "Hmm, setahuku, dia baru datang semalem sih, eh nggak, bisa dibilang dini hari tadi?"

"Apa?! serius?"

Ana terlihat menganggukkan kepala dengan antusias. "Rumornya sih dia menunda keberangkatan sampai menit terakhir."

Renita menggelengkan kepala. "Padahal kandidat lain pengen segera berangkat ke Keraton ... tapi dia malah nunda-nunda ya ..."

"Kan dia memang tidak tertarik jadi putri mahkota?"

Mata Renita melebar karena terkejut, "Jadi rumor itu benar? Dia beneran tidak mendaftar seleksi?"

Ana menganggukkan kepala dengan ekspresi polos. "Ah, fakta itu tidak diberitakan secara resmi di koran ya? tapi kamu harusnya tahu, saat pengumuman pertama kali kan hanya dia yang tidak ada fotonya. Bahkan pihak Keraton tidak bisa menyebarkan foto orang lain tanpa seizin orang yang bersangkutan."

Renita mulai menjaga ekspresinya. "Terus selain itu, apa mbak Ana tahu fakta lain tentang kandidat nomor lima?"

Ana sudah selesai menata rambut Renita yang sekarang sudah tersanggul anggun dengan hiasan bunga kamboja di bagian sanggulnya. Ia kemudian mulai membuka kotak rias sambil melirik Renita dari pantulan kaca.

"Apa alasan kamu mendaftar seleksi putri mahkota?"

Renita terlihat bingung karena Ana menghindari pertanyaan dan malah melempar pertanyaan.  Meski begitu Renita menjawab dengan tenang. "Karena aku ingin jadi Putri Mahkota."

Ana tersenyum sambil menghampirinya. "Baiklah, aku akan menjawab pertanyaanmu. Hal yang kuketahui hanya sebatas, Kandidat bernama Kartika itu adalah seorang genius. Dia seumuran kamu, tapi dia kuliah di saat yang sama dengan Gusti Pangeran. Dari situ mereka dekat secara personal."

"Apa para dayang istana tahu banyak hal seperti ini?"

"Tentu saja kami banyak tahu. Hanya saja kami belajar untuk menjaga semua itu. Karena menjaga kehormatan keluarga Keraton adalah tugas kami."

Privilege [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang