09 - Maaf

18K 1.9K 34
                                        

Pintu ruang latihan terbuka menampakkan Kara yang berlari masuk. Dayang Riani yang sekarang berdiri di depan para kandidat memandangnya dengan ekspresi wajah kurang puas.

Saat kara berdiri disamping Renita, gadis itu mengamati Kara yang terengah karena habis berlari. Dayang Riani berdiri di depan mereka memberi tatapan penuh tanya pada gadis itu.

"Saya tidak terlambat kan?"

Dayang Riani menghembuskan napas. "Tidak, tapi kamu melewatkan briefing pagi tentang latihan fisik. Silahkan tanya saja ke kandidat lain tentang briefing pagi ini."

"Tapi kenapa  tidak ada tulisan briefing di jadwal yang dibagikan?!"

Dayang Riani membuka mulutnya, lalu menutup lagi. Kemudian setelah berpikir sejenak menjawab. "Mohon maaf, briefing hari ini adalah instruksi tambahan yang baru saya dapat. Karena saya sudah menyampaikan pada sebagian besar kandidat, Kamu bisa bertanya pada kandidat yang lain. Para Dayang pribadi akan berjaga di ruang latihan untuk mengawasi."

Dayang Riani tersenyum kecil lalu berjalan keluar dari ruangan. Renita mengamati Kara yang masih terengah duduk di ruangan. Ia yang merasa bersalah atas situasi kemarin dan merasa harus minta maaf.

Dia menoleh mencari sesuatu di sekelilingnya yang bisa diberikan pada Kara sedangkan kandidat lain mulai menyebar di sekeliling ruang latihan, untuk mulai melakukan perenggangan badan.

Renita akhirnya mengambil sebuah botol, lalu berjalan mendekati Kara yang sudah duduk terlentang di lantai. Ia ragu, tapi memutuskan untuk menelan ludah lalu mengulurkan botol minuman itu pada Kara.

Kara mendongak menatapnya lalu menatap botol itu. Ekspresi wajahnya datar. Untungnya Kara menerima botol itu lalu segera membuka tutup untuk minum. Renita berdeham pelan.

"Dayang Riani hanya bilang kalau hari ini kita akan mengukur fisik secara umum. Semua kandidat akan dicek kebugaran jasmani, lalu akan ditentukan tipe latihan untuk setiap orang. Jadi intinya, latihan fisik rutin kita akan berbeda. Hanya bela diri saja yang sama."

Kartika mendongak menatap Renita. "Kenapa kamu mengatakan itu semua padaku?"

Renita menghembuskan napas. Dia ingin sekali meminta maaf atas ucapannya kemarin tapi dia merasa malu untuk bilang. "Kan tadi Dayang Riani bilang kamu harus tanya kandidat lain. Karena aku peka, jadi aku kasih tahu saja sebelum tanya."

Kara tersenyum kecil. "Terima kasih, aku tadi berniat untuk tanya ke Dayang pribadiku. tapi karena kamu sudah bilang, yah sepertinya itu tidak diperlukan lagi."

Mereka berdua terdiam dalam situasi canggung dengan Kara yang duduk di bawah dan Renita berdiri di sebelahnya.

"Kalau mau minta maaf masalah kemarin, bilang aja langsung ..." Ujar Kara singkat tanpa memandang ke arah Renita.

Sayangnya sebelum Renita sempat mengucap kata maaf, seorang laki-laki berbadan kekar dan tinggi memasuki ruangan diikuti oleh para penjaga pribadi para kandidat. Ia menepuk tangan cepat sambil berteriak, "Para kandidat mari berkumpul."

Si laki-laki berbadan kekar berdiri di tengah dengan para penjaga di kanan kirinya sedangkan para kandidat berdiri berjajar di depannya.

"Pertama, perkenalkan saya Anwar, seorang kepala bagian kebugaran untuk keluarga Keraton. Saya bukan ketua dari penjaga keraton tapi saya yang memastikan kebugaran setiap penjaga."

Ia mengambil sebuah notepad. "Karena saya belum tahu bagaimana kebugaran setiap anggota. Saya akan memberikan beberapa tes ringan sebelum menentukan arah latihan fisik tiap kandidat. Oh iya, kalian akan dilatih oleh penjaga pribadi kalian. Hal ini dirasa baik karena kalian akan bersama penjaga saat keluar dari Keraton. Selain itu setiap penjaga sudah terlatih secara fisik jadi mereka akan menjadi pelatih kalian. Kita bisa sparring dan bertukar pelatih setiap hari ya."

Privilege [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang