Kara memperhatikan gerak-gerik Renita ketika memulai presentasi, pembawaanya tenang dan berwibawa. Ia bersyukur karena mereka melakukan latihan presentasi bergantian untuk saling memberi kritik dan saran.
"Baiklah, perkenalkan saya Renita Gadis Gunawangsa, kandidat satu. Melalui proyek kali ini saya ingin mengajukan aturan baru yaitu larangan praktik poligami di kerajaan."
Presentasi Renita cukup membuat orang yang ada di ruangan terkejut. Gusti Ratu tersenyum penuh arti sembari melirik ke arah suami dan anaknya secara bergantian. Ruangan itu mendadak dipenuhi bisikan pelan dari seluruh partisipan.
"Mungkin aturan ini akan menjadi aturan yang paling sulit untuk dilegalkan karena akan banyak orang yang kontra pada aturan ini." Jelas Renita.
"Tetapi saya punya daftar manfaat jika aturan ini dilegalkan di kerajaan kita." Renita menunjuk ke arah belakangnya yang sudah muncul slide tentang manfaat dari hilangnya sistem poligami.
Manfaat hilangnya poligami
1. Pewarisan Gelar dan harta keluarga lebih sederhana.
2. Menghindari konflik antara keluarga istri.
3. Garis keturunan yang lebih jelas.
4. Mengurangi potensi penyakit turunan dan penyakit menular melalui seks
5. Mengurangi potensi pertumbuhan populasi yang berlebihan
Renita berjalan maju, ia memandang ke arah audiensi yang lebih tinggi darinya lalu berucap, "Bukankah ini sudah saatnya kita semua mengikuti contoh dari Keraton sendiri? sudah beberapa generasi Gusti Prabu menerapkan monogami."
Slide di belakang Renita berganti, menjadi sebuah data konflik dalam keluarga Keraton sebelum Revolusi Monarki Keraton.
"Sejarah Kerajaan kita tentu tidak luput dari konflik perebutan kekuasaan. Bahkan di ambang konflik, Keraton akhirnya melakukan Revolusi Monarki Keraton. Sejak dilakukannya revolusi tersebut, konflik internal dalam keluarga keraton berkurang drastis. Bukanya itu adalah buah hasil dari Monogami? Memangnya ada alasan untuk kita tetap melegalkan poligami jika Keluarga Keraton yang merupakan pemimpin tertinggi saja sudah tidak mempraktikkan poligami?"
Audiensi terlihat saling bertukar bisikan. Renita menoleh sekilas ke arah kandidat lain dan mereka semua memberikan ancungan jempol.
Seseorang dari audiensi mengangkat tangan, Renita mempersilahkan orang tersebut untuk bicara. Salah seorang panitia sudah memberikan mikrofon padanya.
"Halo Mbak Renita, Saya Joko. Sejujurnya saya agak merasa mengganjal dengan materi yang anda sampaikan. Rasanya kontradiktif sekali jika anda mengajukan pelarangan poligami di Kerajaan kita ketika anda sendiri lahir dari seorang istri ketiga keluarga Gunawangsa kan?" Orang berbicara sambil berdiri.
"Selain itu poligami pada praktiknya sebenarnya menguntungkan wanita kan? daripada selingkuh lebih baik wanita itu dinikahi juga. Lagipula poligami juga bermanfaat untuk berjaga jika suatu keluarga sulit memiliki keturunan."
Argumentasi dari Joko itu valid, tetapi pada saat bersamaan mengundang kekesalan dari pada kandidat dan beberapa audiensi perempuan di ruangan. Kara mengamati lelaki itu, ia hanya tersenyum kecil. Renita pasti bisa menghajar ucapannya.
Renita memberikan waktu untuk si lelaki agar bisa duduk kembali. Setelah ia duduk, Renita langsung berbicara dengan senyuman di wajah, "Terima kasih atas pendapat kolot anda pak. Saya sangat mengapresiasinya."
Kara dan kandidat lain saling lempar pandang sambil menganga kagum. "Pendapat pak Joko tadi valid, meskipun sebenarnya itu sudah ketinggalan zaman. Argumentasi beliau memang terjadi di dunia nyata. 'Poligami lebih baik daripada selingkuh', hmm bukannya ini hanya alasan para lelaki agar diizinkan menikah lagi? lalu, poligami menguntungkan wanita? pada bagian mananya kami diuntungkan? berbagi uang? berbagi lelaki? berbagi cinta dan perhatian suami? ah, mungkin begini, jika ada poligami yang menguntungkan, maka harusnya laki-laki menikahi janda yang kurang mampu secara finansial kan? bukan gadis perawan yang lebih muda dari istri pertamanya?"
Argumentasi itu mengundang tepukan tangan dari para audiensi perempuan. Bahkan kru dokumentasi dan dayang yang ada di ruangan juga ikut bertepuk tangan. "Ah lalu, masalah 'berjaga jika suatu keluarga susah keturunan' argumentasi ini sedikit tidak masuk akal bagi saya, memangnya masalah keturunan hanya ada pada wanita? bukannya laki-laki juga bisa mandul? dan justru keturunan dari wanita-wanita yang berbeda inilah yang menjadi sumber konflik dalam pewarisan harta. Banyak sejarah yang menerangkan seperti itu, apa data sejarah masih kurang?"
Nada bicara Renita semakin tinggi. Raut mukanya semakin terlihat serius. "Salah satu alasan saya mengajukan aturan seperti ini justru karena saya lahir dari istri ketiga dari keluarga Gunawangsa."
Waktu habis tepat setelah Renita mengatakan itu. Gusti Prabu akhirnya angkat bicara, "Jadi saya sudah mendengar argumentasi dari Renita, para anggota dewan, silahkan angkat tangan kalian jika aturan ini pantas untuk diajukan dalam rapat pengajuan titah aturan berikutnya. Semua audiensi perempuan mengangkat tangan, tetapi meski begitu mereka kalah suara. Panitia masih menghitung jumlah suara dari audiensi, ketika Kara mengangkat tangannya.
Gusti Ratu yang melihat itu akhirnya bertanya, "Apa kamu ingin ikut voting?"
Kara menggelengkan kepala, Ia memperhatikan jika sebagian besar audiensi menolak ide dari Renita, maka ia ingin mengajukan pendapat. Salah seorang panitia kemudian memberi Kara mikrofon.
"Untuk Renita, sepertinya ide anda tidak akan diterima oleh dewan karena terlalu merusak sistem yang sudah ada," Beberapa dewan menyahut setuju dengan ucapan Kara. Ekspresi Renita masih netral menunggu Kara menyelesaikan kalimatnya.
"Kalau begitu bagaimana kalau anda mengajukan ide baru. Seperti ..." Kara sengaja terlihat berpikir untuk memberi efek dramatis. "Mengajukan legalitas sistem poliandri di Kerajaan ini. Bukannya itu adil? Kalau lelaki bisa punya lebih dari satu pasangan, wanita boleh lah punya lebih dari satu pasangan?!"
Renita tersenyum mendengar ucapan Kara. Setelah itu Kara akhirnya kembali duduk dan membiarkan Renita yang melakukan argumentasi lanjutan. Mereka berdua sebenarnya sudah merencanakan ini saat diskusi bersama. Mereka semua sudah menyiapkan respon untuk berbagai kemungkinan. Situasi ini salah satunya.
Setelah Kara melempar umpan, semuanya tergantung Renita. Setelah perdebatan yang cukup panjang akhirnya ditentukan kalau ide Renita akan diajukan dalam rapat dewan berikutnya. Para kandidat dan audiensi bertepuk tangan. Saat Renita akhirnya turun dari panggung, mereka berlima berpelukan bersama sambil memberi Renita ucapan apresiasi dan selamat.
Dayang Riani naik kembali lalu memanggil Sekar untuk naik.
"Perkenalkan nama saya Sekar Ayu Ningsih. Seorang Aktris, dan kandidat kedua dalam seleksi putri mahkota ini. Hari ini saya ingin mengajukan ide aturan yaitu, pemberian hukuman mati pada pelaku kekerasan seksual dan pedofilia."
Slide pertama ditampilkan di belakang, adalah materi presentasi yang sudah disiapkan oleh Kara. Renita, Eka dan Lita semuanya menoleh ke arah Kara, "Bukannya itu materi yang mau kamu ajukan?" Tanya Eka cepat.
Kara tersenyum tidak percaya, "Iya ..."
"Lalu kenapa Sekar yang mengajukan ide itu?" Tanya Lita panik.
"Sepertinya ini harus dilaporkan ke Dayang Riani. Kelakuan Sekar sudah keterlaluan." Sergah Renita sambil berjalan pergi mencari Dayang Riani.
"Iya .. itu ideku ... Ah ternyata ini rasanya dikhianati."
Dayang Riani dan Renita datang menghampiri Kara. Ia kemudian menjelaskan situasi pada Dayang Riani. Akhirnya, setelah berdiskusi cukup lama, Dayang Riani berniat menghentikan presentasi tetapi di panggung, Sekar terlihat mulai menangis di tengah presentasinya. Ia sedang menceritakan pengalaman terkena pelecehan seksual.
Kara menghentikan Dayang Riani. "Biarkan saja ... mari kita dengarkan presentasinya."
Kara akhirnya duduk, diikuti oleh kandidat lain yang masih terlihat cemas dan bingung. Dayang Riani menghembuskan napas tapi akhirnya berjalan kembali ke tempat duduknya.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Edited: 03/08/2022
![](https://img.wattpad.com/cover/285559710-288-k957546.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Privilege [END]
Ficção HistóricaWARNING: JANGAN LOMPAT KE CHAPTER BONUS JIKA TIDAK INGIN KENA MAJOR SPOILER! Kara tidak mengikuti seleksi untuk menjadi putri mahkota. Tapi, betapa terkejutnya dia ketika tahu kalau dia dipilih langsung oleh Putra Mahkota dan menjadi kandidat nomor...