18 - Kisah terlupakan

12.8K 1.6K 24
                                    

Kara merasa lega dia tidak mabuk saat naik helikopter. Begitu dia dan Renita mendekat, seseorang segera meraih koper kecil Renita lalu membawanya entah kemana. Renita langsung menaiki helikopter dengan diikuti Kara. Saat dia sudah naik dan duduk di sebelah Renita, gadis itu memasangkan penutup telinga dan sabuk pengaman Kara sebelum memakai miliknya sendiri.

Akhirnya mereka berdua berangkat. Sepanjang dua jam perjalanan, Kara tidak hentinya memandang ke arah bawah. Pemandangan perkotaan, pepohonan hingga pantai dilewati dengan cepat. Kara bertanya pada Renita kemana tepatnya mereka pergi dan Renita hanya menjawab dengan singkat, "Villa Pribadiku di pulau Bedulu."

Tanpa banyak tanya lagi Kara akhirnya hanya diam dan menikmati pemandangan selama perjalanan. Ketika akhirnya mereka sampai, Kara mendapati pemandangan pantai berwarna biru cerah dengan pasir putih lengkap dengan sebuah kolam renang besar menghadap ke pantai. Tidak jauh dari kolam renang, sebuah Villa berukuran sedang dengan pelataran yang luas berdiri kokoh. Helikopter turun tepat di lokasi yang bertanda H besar di salah saru sudut pelataran.

Kara menyadari tidak ada Villa lain di sekitar sana. Villa itu dikelilingi pohon-pohon tropis lebat yang biasa tumbuh di daerah pesisir. Ketika mereka sudah mendarat, Kara melihat Renita melepas sabuk pengaman dan penutup telinga lalu menirunya.

Ketika mereka turun dari helikopter, koper Renita sudah dibawa oleh seorang laki-laki paruh baya berpakaian santai dengan sandal. Ia mengasumsikan beliau adalah penjaga Villa itu.

Saat mereka berjalan masuk ke dalam Villa, Kara terkesan dengan interior Villa itu. Bagian dalam di desain minimalis dengan banyak pintu kaca setiap sisinya sehingga menampakkan pemandangan hijau belakang Villa dan pantai di depannya. Renita langsung berjalan memasuki kamar di lantai dasar dengan Kara yang mengekor di belakangnya.

"Kenapa kamu ke sini?" Tanya Renita bingung.

"Eh, kalau bukan di sini aku tidur di mana?" Tanya Kara lagi.

"Pilih aja mau tidur di mana? Atau tanya aja langsung sama bapak yang tadi. Namanya Pak Purnama."

Renita menatap ke arah Kara menunggu jawaban gadis itu. Kara menangkap maksud Renita yang menyuruhnya untuk pergi dari sana. Ia pun mengucap terima kasih lalu berjalan pergi. Ia memutuskan untuk mencari Pak Purnama di luar Villa.

Saat dia sedang berkeliling Villa, Kara tidak sengaja menemukan ayunan tua yang terbuat dari potongan ban kendaraan besar dipasang di pohon tinggi rindang menghadap tepat ke laut sana.

Kara mengeluarkan ponsel dari tas kecilnya. Seperti dugaanya banyak sekali pesan masuk baik dari pihak Keraton dan juga ibunya. Ia akhirnya memberanikan diri membuka pesan ibunya.

Hubungi ibu jika kamu sudah siap. Ibu akan menceritakan semuanya.

Kara kemudian langsung menelpon ibunya sambil menempatkan diri duduk di ayunan.

"Halo Kara ...?" Jawab Ibunya dari sana.

"Ibu ceritakan semuanya sekarang. Tanpa ada yang disembunyikan lagi."

***

Karini mulai panik saat saat dia menyadari kalau dia sudah terlambat datang bulan hampir dua minggu. Ia kemudian mulai menghitung cepat dalam kepala. Ketakutan memenuhi hatinya. Karini panik, ia ingat malam romantis yang dihabiskannya dengan sang pacar beberapa minggu lalu saat mereka bertemu untuk merayakan kelulusan Karini dari SMA. 

Karini adalah gadis yang rupawan dan cerdas, maka tidak sulit baginya untuk mendapatkan lelaki yang rupawan juga. Ia baru saja memulai hubungan pacaran dengan seorang lelaki yang ditemuinya di sebuah perusahaan tempatnya magang. Lelaki itu adalah salah satu mentornya di perusahaan. Ia adalah pegawai baru di perusahaan itu dan termasuk staf muda di tim. Oleh karena itu, para senior otomatis menyerahkan tugas membimbing anak magang pada si lelaki.

Privilege [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang