44 - Dalang

12.2K 1.6K 182
                                        

Kara sungguh merasa tidak nyaman dengan suasana makan malam itu. Adam, telah berpindah ke kursi di sebelah Bu Sastria sehingga Kara duduk tepat di kiri Pak Yulian dengan Chris dan Raga.

Ibu alya terlihat ketakutan melihat ke arah Raga. Tetapi ia mencoba untuk fokus pada keluarganya. Makanan perlahan disajikan dan setelah Pak Yulian mulai makanan Kara juga ikut makan.

Suasana masih canggung dengan suara alat makan yang saling bergesekan. Pak Yulian sebagai penerima tamu akhirnya angkat bicara. "Selamat datang di keluarga Rajasa." Ucapnya pelan.

Kara hanya menjawab, "Jadi, boleh saya minta jawaban siapa sesungguhnya orang yang menganggu saya?" Tanya Kara sambil meletakkan alat makan yang dipegangnya, ia menatap ke dua orang di depannya lalu menambahkan, "Saya sudah berbicara dengan Ibu Sastria. Beliau bilang kalau skandal itu bukan perbuatannya. beliau bilang sendiri kalau dari awal beliau ingin saya keluar dari sana, cukup dengan mengancam saja. Tidak perlu melakukan hal tidak penting seperti menyebarkan skandal ataupun membayar wartawan untuk menjatuhkan saya."

Pak Yulian mengecap mulutnya lalu menoleh pada istrinya. Ia hanya memberikan tatapan mata tajam yang segera membuat Ibu Alya menundukkan kepala, "Ma ... maaf ..." Ucapnya tergagap.

"Aku... akulah dalang dibalik masalah yang menimpamu ..."

Kara hanya menghembuskan napas tidak percaya. "Terima kasih, berkat anda seleksi dipersingkat. Gusti Pangeran akan memilih putri mahkota sebentar lagi," Omel Kara pada orang itu.

"Bukannya itu adalah tujuan dari seleksi ini?" Tanya Pak Yulian. Ibu Alya masih terisak pelan dengan menundukkan kepala.

"Yah, karena seleksi toh akan segera berakhir, saya akan bilang saja. alasan Gusti Pangeran memilih saya sebagai kandidat adalah untuk menjadikan saya mata-mata kandidat lain." Ucap Kara.

Semua orang di ruangan kecuali Raga menoleh ke arah Kara dengan ekspresi terkejut. "Itulah mengapa Gusti Pangeran melindungi saya saat skandal pertama muncul dengan cara memaksa Sekar keluar." Jelas Kara.

Ibu Sastria bahkan kehilangan pegangan dari sendok di tangannya, "Tapi, cara Dita memandangmu ..."

Kara tersenyum, "Ya, dia memang punya perasaan pada saya, tapi sayangnya saya tidak punya perasaan padanya. Kami sudah berteman lama, dan saya mempunyai orang lain yang saya sukai. Orang itu seperti yang kalian tahu adalah lelaki yang terlibat skandal dengan saya."

Kara memandang Ibu Alya yang sekarang terlihat berantakan karena air mata menghiasi wajahnya, "Terima kasih atas skandal yang kemarin. Berkat anda Gusti Pangeran tidak bisa melindungi saya dan terpaksa harus mempercepat seleksi ini."

Ibu Alya menggeleng cepat, "Skandal kemarin bukan ulahku. Pertanyaan dari Peter dan postingan ancaman untuk keluar itu memang ulahku tapi untuk dua skandal yang kemarin bukanlah ulahku!" 

Ibu Alya terlihat gemetar sambil mengelak. Ia sesekali melirik ke arah Raga, tetapi Kara tidak peduli dan fokus untuk mempertanyakan ucapan Ibu Alya. "Apa maksud ibu?"

Ibu Alya sungguh terlihat ketakutan. Ia menoleh ke arah suaminya dan ibu mertuanya bergantian untuk meminta bantuan. "Saya sungguh tidak melakukan dua skandal terakhir kemarin. Saya mengakui untuk dua kasus sebelumnya adalah ulah saya, tapi yang terakhir kemarin bukanlah saya. Tolong percaya pada saya." Ucapannya sungguh terdengar putus asa. Ia menoleh pada suami dan ibu mertuanya masih meminta bantuan.

"Baiklah, untuk sekarang kita anggap saja itu benar, lalu apa yang perlu kamu katakan pada Kara?" Tanya Pak Yulian.

Ibu Alya lalu meminta maaf dengan ekspresi ketakutan sambil menangis. Kara sebenarnya tidak tahu harus merespon seperti apa, tetapi ia memutuskan untuk memaafkan istri ayah kandungnya itu untuk sekarang. Begitu Kara memaafkan dirinya, Ibu Alya langsung izin undur diri. Tidak lama setelah itu Adam yang sedari tadi diam, akhirnya pergi mengikuti ibunya. Hanya Chris yang bertahan. Ia terlihat diam dengan ekspresi campur aduk. 

Privilege [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang