[Bonus] 00

17.4K 1.4K 30
                                    

Before story started

-------------------------------------
Sekian lama tidak bertemu satu sama lain karena jadwal yang berbeda, akhirnya Gusti Ratu berhasil mengumpulkan seluruh anggota keluarganya untuk makan bersama. Atau mungkin bisa dibilang hampir berhasil, karena sampai detik ini Pangeran kedua Keraton masih belum terlihat batang hidungnya.

"Mas, adikmu kenapa belum pulang juga? kan kemarin Ibu sudah bilang untuk bujuk adikmu biar ikut acara perkenalan calon putri mahkota?" Gerutu Ibu Dita dari seberang. Sedangkan Ayahnya, menempati kursi kepala keluarga sambil makan. 

"Sudahlah bu, ini bukan pertama kalinya dia tidak pulang." jawab Gusti Prabu.

Dita tersenyum menenangkan pada ibunya, "Tenang saja bu, Raga akan pulang. Cepat atau lambat. Saya yakin dia akan datang di acara perkenalan calon putri mahkota."

Ucapan Dita itu bahkan membuat Gusti Prabu yang fokus makan menoleh menatap Dita. "Bagaimana kamu bisa seyakin itu? Tidak ada seorangpun di Keraton yang bisa mencegah Raga kalau dia ingin melakukan sesuatu. Ataupun bahkan menyuruhnya melakukan sesuatu."

Dita hanya tersenyum penuh misteri. "Saya bisa melakukan itu, untuk sementara."

Orangtua Dita saling pandang, lalu mereka ikut tersenyum bahagia, "Mas, kamu beneran bisa melakukan itu kan? Ibu nggak tahu apa yang kamu pegang sampai kamu bisa nyekel buntut e Raga, tapi Ibu mendukung kamu sepenuhnya."

Gusti Prabu menghembuskan napas, "Iyo le, kalo bisa kondisikan adikmu itu. Dia memang tidak melanggar aturan, tapi kecerdikannya itu kadang beda tipis dengan melanggar aturan."

Belum selesai mereka berbincang, terdengar suara kegaduhan di luar ruang makan. Keluarga Keraton selalu ditemani para abdi dalem setiap saat. Setidaknya saat makan mereka bisa sedikit santai karena abdi dalem akan menunggu di luar ruangan. Tapi, dari luar samar-samar terdengar suara gaduh orang berlarian dan tidak lama kemudian pintu terbuka dengan Seorang laki-laki yang bercelana pendek selutut dengan atasan kaos lengkap dengan jaket olahraga. Ia mengenakan sepatu lari dengan rambut masih berantakan.

Gusti Ratu menjatuhkan sendoknya.

Beberapa saat kemudian para abdi dalem terlihat muncul di belakang si lelaki sambil terengah. Salah satu abdi dalem yang biasa mendampingi Gusti Prabu maju masih dengan napas terengah, "Gusti .... Pangeran .... Raga akhirnya .... Pulang..."

Si pemuda celana pendek menoleh pada abdi dalem yang sepuh, "ahhh, tidak perlu diumumkan juga mereka sudah tahu. Jadi sekarang anda bisa meninggalkan saya. kami akan makan bersama..."

Para Abdi dalem mengangguk sekilas lalu berjalan mundur untuk keluar. Gusti Ratu beranjak dari tempat duduknya lalu memeluk Raga dengan kuat. "Kamu itu nak, sudah berapa lama tidak pulang ke rumah? tidak pernah ada kabar sama sekali, Ibu itu khawatir! Kalau saja nggak ada kabar dari penjaga kamu, ibu akan membongkar wajah kamu kepada masyarakat saja sekalian."

Raga memeluk ibunya dengan kuat, "Jangan Gusti, saya masih mau menikmati hidup ini."

Gusti Prabu sudah berdiri diam di belakang istrinya menunggu giliran untuk memeluk anaknya. Setelah istrinya selesai, Gusti Prabu berdeham keras lalu menarik anak keduanya dalam pelukan canggung. 

"Kamu harus tinggal di Keraton selama seleksi berlangsung." Ucapnya pendek.

Raga baru saja berniat untuk membantah tetapi Gusti Prabu berdecak, "Ini titah Raja. Dan kami perlu kamu disini selama proses seleksi berlangsung, untuk menjaga keamananmu juga."

Bahkan seorang anak Raja tidak bisa membangkang dari perintah Raja.

Raja dan Ratu duduk kembali di tempat mereka lalu Raga menghampiri kakaknya yang sedang duduk dengan tenang. Raga meremas pundak kakaknya, "Senang bertemu denganmu lagi." dengan nada sarkas.

Privilege [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang