Hari itu para kandidat putri mahkota untuk pertama kalinya tampil di televisi nasional untuk wawancara resmi. Pihak Keraton sudah menyetujui kerjasama penayangan sebagian proses seleksi putri mahkota.
Keputusan itu tentu saja disambut dengan antusias oleh masyarakat. Kru dari stasiun televisi akan mulai melakukan dokumentasi mulai bulan depan. Sebelum dokumentasi dimulai, pihak stasiun televisi akan melakukan wawancara secara langsung dengan kandidat. Wawancara ini dilakukan secara individual dengan menyesuaikan urutan nomor kandadidat.
Oleh karena itu Kara yang merupakan kandidat terakhir, mendapat giliran wawancara paling terakhir. Pembawa acara tersebut adalah seorang laki-laki bernama Peter. Dia adalah pria jangkung dengan rambut hitam panjang yang dikuncir sebagian. Meski rambutnya panjang, Peter bisa membawa dirinya sehingga terlihat rapi dan bersih. Ia memakai kacamata dengan lensa kotak dan parfum maskulin menguar kuat dari badannya.
Saat Kara masuk ke ruang studio tempat wawancara akan berlangsung, gadis itu mengenakan setelan kebaya sederhana dengan hiasan selembar kain batik yang disampirkan dari pundak kanannya sampai ke pinggang bagian kiri. Seperti biasa, rambutnya disanggul belakang lengkap dengan riasan hasil karya mbok Kinan.
Kara diikuti oleh Raga memasuki ruang studio. Ada sekitar tiga kamera yang sudah dipersiapkan oleh stasiun televisi. Dua sofa ditempatkan menghadap kamera lengkap dengan meja kecil di depannya.
Meskipun Kara sudah mencoba untuk tenang, tangannya berkeringat. Setelah menyapa si pembawa acara bernama Peter, Kara masih berdiri di belakang kamera bersama Raga di sebelahnya.
"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Raga sambil mengawasi Kara. Gadis itu menganggukan kepala, tetapi dia masih menggosok kedua telapak tangannya sambil terus mengawasi sekitar.
Raga segera mengambil botol minum terdekat lalu membukakan tutupnya dan memberikannya pada Kara. Gadis itu menoleh sejenak ke arah Raga lalu menerima botol dan meneguk air perlahan.
Seorang staf mendatangi Kara dan segera menariknya maju ke depan. Kara hanya sempat menyerahkan botol minumnya pada Raga. Tayangan langsung wawancara akhirnya dimulai.
Sebelum broadcast dimulai, Peter sempat tersenyum pada Kara yang duduk di sampingnya. Begitu tayangan live dimulai, Kara memasang wajah tenang sambil bersandar di sofa. Ia bahkan merilekskan kakinya sesuai ajaran etiket yang diajarkan keraton.
Wawancara yang ditayangkan langsung itu akhirnya dimulai. Kebanyakan wawancara langsung dengan kandidat berlangsung selama lebih dari satu jam dan kurang dari dua jam.
Peter memulai wawancara itu dengan pertanyaan ringan seperti hobi, makanan kesukaan dan secara umum tentang bahasan ringan mengenai dirinya. Meski begitu pembahasan akhirnya sampai pada hubungannya dengan pangeran.
"Saya dengar Anda mengenal Gusti Pangeran secara pribadi waktu kuliah?" Tanya Peter.
"Iya, waktu itu kami bertemu di satu organisasi yang sama." Jawab Kara tenang.
"Oh iya, anda satu angkatan dengan Gusti Pangeran semasa kuliah ya? Berarti benar kalau mbak Kartika ini jenius! masuk universitas sebagai mahasiswi termuda di angkatan." Ungkap Peter sambil menatap pada Kara.
"Yah, bisa dibilang seperti itu. Baik SMP dan SMA keduanya saya tempuh dalam dua tahun."
Peter terlihat menaruh lembaran cue card di meja sambil meraih botol untuk minum. Saat dia selesai minum, Peter tersenyum kecil. "Maaf, saya sudah haus sekali."
Ia lalu memperbaiki duduknya untuk lebih condong menghadap Kara lalu bertanya,
"Ada beberapa hal yang sebenarnya ingin diketahui oleh semua masyarakat kerajaan kita. Apa anda dan Gusti pangeran pernah memiliki hubungan romantis sebelumnya? dan menurut Anda kenapa Gusti Pangeran secara pribadi memilih mbak Kartika untuk mengikuti seleksi ini yang tentu saja bertujuan untuk mencari pendamping dari beliau sendiri."

KAMU SEDANG MEMBACA
Privilege [END]
Historical FictionWARNING: JANGAN LOMPAT KE CHAPTER BONUS JIKA TIDAK INGIN KENA MAJOR SPOILER! Kara tidak mengikuti seleksi untuk menjadi putri mahkota. Tapi, betapa terkejutnya dia ketika tahu kalau dia dipilih langsung oleh Putra Mahkota dan menjadi kandidat nomor...