23 - Amplop

13.8K 1.6K 24
                                        

Semua kandidat berkumpul di ruang latihan. Kamera sudah dipasang di berbagai sudut ruangan dengan kru penyiaran berkumpul di belakang kamera.

Saat ini adalah sesi olahraga sekaligus latihan bela diri untuk para kandidat bersama dengan penjaga masing-masing. Sebenarnya tiap sesi latihan bela diri, mereka semua berlatih secara bersamaan. Tapi, pihak penyiaran meminta dokumentasi khusus untuk shoot latihan bela diri secara individu.

Akhirnya mereka semua melakukan suit untuk menentukan urutan. Sialnya Kara mendapat giliran pertama sedangkan empat kandidat lain berkumpul di pinggir, mengamati Kara yang dihajar oleh Raga.

"Aku dengar kalian bertiga liburan bersama?" Celetuk Eka.

Renita, Sekar, Eka dan Lita berdiri berdekatan untuk saling bercerita pelan.

Renita dan Sekar menoleh sekilas ke arah Eka, "Iya kak, mereka ikut liburan di Villaku." Jawab Renita tenang.

"Hm, apa kalian sudah membangun aliansi?"

Sekar mendengus pelan. "Sejak kapan aku beraliansi dengan Renita atau Kara? Aku hanya ikut saja karena aku bisa."

Eka menatap ke arahnya, "Kamu ikut saja? Memangnya kamu tidak malu asal ikut tanpa diundang?"

Renita tertawa sarkas, "Dia bahkan orang yang datang ke acara perayaanku terpilih jadi kandidat lima besar, padahal dia tidak diundang."

"Apa kamu akan mengungkit itu terus?" Keluh Sekar.

"Kan benar kamu datang tanpa diundang?" Kata Renita.

Sekar menghembuskan napas, lalu mengibaskan tangan, "Yah, seperti yang kubilang, aku datang karena aku bisa ... tidak ada alasan khusus ..."

"Yakin tidak ada alasan khusus?" Sergah Renita dengan senyum penuh arti pada Sekar.

Sekar memutar bola matanya. Ia lalu beralih memandang ke arah Eka, "Intinya kak, aku ikut karena ada kenalanku juga yang datang. Kenalanku bukan hanya Renita. Jadi bisa dibilang aku datang karena udangan orang lain."

"Aku bisa memaklumimu, tapi kenapa Kara juga bisa ikut?" Tanya Eka lagi.

"Ah kakak tidak tahu ya karena sudah berangkat duluan? Hari itu Kara dapat kunjungan dari keluarga Ayahnya, tapi dia tidak mau bertemu mereka, jadi dia kabur dengan ikut Renita." Jawab Lita tanpa mengalihkan pandangan. Tiga kandidat lain menoleh ke arahnya.

"Untuk orang yang pendiam kakak banyak tahu ya ..." celetuk Sekar.

Lita menoleh menatap mereka, "Yah, aku mendengar dari berbagai sumber. Ada banyak hal yang bisa kalian dengar kalau kalian diam."

Tiga orang kandidat lain sedikit terkejut mendengar ucapan Lita. Renita menaikkan alisnya, Sekar tersenyum kecil sedangkan Eka menatapnya tanpa senyum.

"Aku kira kamu anak yang pemalu ..." tambah Eka pelan.

Lita tersenyum, "Aku memang pasif dan tidak banyak bicara. Tapi, rasanya aku tidak akan bisa bertahan kalau seperti ini."

Renita tersenyum, "Menarik."

Sekar tersenyum, "Jadi kakak mau mencoba untuk lebih proaktif begitu?"

"Iya," Jawab Lita.

Eka menggelengkan kepala, "Yah kamu harus mulai memperbaiki cara komunikasimu. Kalimatmu tadi lumayan tajam dan yah, aku sedikit tersinggung."

Lita sedikit terkejut. "Kakak tersinggung sama ucapanku?"

Eka tersenyum kecil. Renita lalu menjawab, "Yah kalimat tadi lumayan tajam sih, bagian kalian akan banyak mendengar sesuatu jika diam? Cukup untuk menyindir kalau kami banyak bicara."

Privilege [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang