mbok Jw n 1 kata sapaan (ragam kromo ngoko) terhadap wanita; 2 kata sapaan terhadap orang tua wanita; ibu; 3 kata sapaan terhadap wanita tua yang kedudukan sosialnya lebih rendah daripada yang menyebutnya
***
Lanjutan Chapter 02Dini hari itu, Raga melangkah masuk ke ruangan kakaknya. Saat dia sampai di sana, Reno dan Ferdi bersiaga di sudut ruangan sedangkan kakaknya duduk di balik meja kerja besarnya.
Raga datang dengan pakaian yang sama seperti para penjaga keluarga keraton. Dita sudah memberitahu kedua orangtua mereka kalau Raga akan menyamar sebagai salah satu penjaga kandidat putri mahkota. Meski begitu, Dita hanya bilang kalau itu adalah salah satu cara untuk menjaga agar Raga tidak jauh jauh dari Keraton selama seleksi berlangsung.
Dita masih fokus pada pekerjaannya, sehingga Raga memutuskan untuk duduk di salah satu kursi yang ada di ruangan itu.
"Mulai saat ini kamu akan menjadi penjaga, jadi bersikaplah seperti penjaga." Tegur kakak Raga tanpa mengalihkan pandangan dari dokumen yang sedang diperiksanya.
Raga menggerutu tapi akhirnya dia kembali berdiri di sudut ruangan. Beberapa saat kemudian pintu diketuk dan salah satu penjaga membukakan pintu.
Dita langsung berdiri setelah melihat seorang yang datang. Wanita paruh baya itu memasuki ruangan dengan pakaian kebaya warna hijau khas dayang Keraton. Rambutnya yang mulai beruban disanggul sederhana di belakang kepalanya.
Dita langsung berjalan memeluk Wanita itu. "Mbok, akhirnya datang juga..."
"Ya ampun mas, Mbok juga kangen sama kamu."
Raga yang tadinya berdiri di sudut ruangan ikut terkejut dan dalam sekejap mendekat untuk memeluk Mbok Kinanti.
"Aduh kalian ini udah besar aja yaa .. kayaknya baru kemarin mbok mandiin ..."
Mereka berdua melonggarkan pelukan dari Mbok Kinanti. Wanita paruh baya itu memandang keduanya dengan tatapan sayang seorang Ibu.
"Kenapa Mbok ada disini?" Tanya Raga terlihat bingung.
Beliau hanya tersenyum kecil. "Tanya sama masmu sana, dia tuh yang minta tolong mbok untuk jadi dayang seseorang."
Ekspresi Raga semakin bingung, ia lalu memandang kakaknya dengan ekspresi tanya. "Mbok Kinanti akan jadi Dayang yang mendampingi Kara." Jawab Dita singkat sambil mempersilahkan Mbok Kinanti duduk di sofa yang disediakan untuk Tamu.
Mereka bertiga akhirnya duduk di sofa dengan Dita yang duduk di paling ujung. Ia dengan tenang menjelaskan pada Ibu Asuhnya tentang niatannya untuk menjadikan beliau sebagai Dayang pendamping kandidat Putri Mahkota.
"Ah lebih tepatnya saya Ingin Mbok mengawasi Raga."
"Apa maksudnya kak?"
"Kamu kan jadi penjaga Kara."
Mbok Kinanti menunjukkan ekspresi yang bingung. Dita kemudian menjelaskan lebih detail lagi.
"Mbok harus mengawasi mereka berdua karena Raga itu suka pada Kartika."
"Ah, jadi Mas Raga sudah mulai suka sama perempuan juga ya ..."
Wajah Raga terlihat sedikit kaku.
Mbok Kinanti yang duduk di sebelah Raga mengelus kepalanya pelan. "Tapi kenapa kamu memilih Kartika jadi kandidat Putri Mahkota?" tanya Mbok Kinanti pada Dita.
Dita tersenyum penuh arti, "Kalau dari empat kandidat lain tidak ada yang cocok, saya ingin memilih kandidat yang setidaknya saya kenal secara pribadi." Jawaban Dita membuat Raga berubah ekspresi menjadi tajam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Privilege [END]
HistoryczneWARNING: JANGAN LOMPAT KE CHAPTER BONUS JIKA TIDAK INGIN KENA MAJOR SPOILER! Kara tidak mengikuti seleksi untuk menjadi putri mahkota. Tapi, betapa terkejutnya dia ketika tahu kalau dia dipilih langsung oleh Putra Mahkota dan menjadi kandidat nomor...