11 - Jangan Khawatir

362 34 6
                                    

Setelah selesai makan siang, semua anggota mengistirahatkan diri. Para perempuan sudah merebahkan diri di kamar seraya melakukan perbincangan ringan. Arjuna dan Mahen bahkan sudah terlelap. Sementara Panji sedang meluruskan kakinya di dekat kipas angin, cowok itu pun ikut menyimak siaran televisi yang sedang ditonton oleh Hakim dan Jendra. Charlo sibuk menata minuman kaleng yang ia bawa dari rumah di kulkas. Sementara Ardana menjadi pengguna kamar mandi pertama di sini. Cowok itu segera mandi, karena tidak tahan dengan udara panas di sini.

"Assalamualaikum!!" Suara seseorang mengetuk pintu posko mereka yang bahkan tidak ditutup.

Jendra menjadi orang yang pertama berdiri. "Waalaikumsalam, Pak."

"Aduh ini lagi pada istirahat, ya?" tanya Bapak itu.

Zuney yang memang berada di kamar depan pun segera bangkit untuk melihat siapa yang datang berkunjung. "Eh pak RW. Apa kabar, Pak?" sapa Zuney.

"Eh, Neng. Alhamdulillah baik. Oiya, Bapak teh mau ngecek aja ke sini, katanya mahasiswa teh udah pada datang. Syukur atuh kalau udah pada datang, mah."

Zuney mempersilakan Pak RW untuk duduk di kursi panjang yang berada di teras. "Iya, Pak. Tadi sekitar jam sebelas nyampe sini."

"Gimana? Mau keliling lingkungan sini gak neng? Nanti sore kebetulan Bapak ada waktu."

Arjuna hadir dengan mata yang masih mengantuk, lalu cowok itu menyalami pak RW. Lalu cowok itu duduk di dekat Zuney. "Gimana, Ney?" bisiknya.

"Gini, Jun. Ini pak RW rencananya sore ini mau ngajakin kita untuk keliling di sekitar sini. Gimana? Mau?"

Arjuna tersenyum dan mengangguk sopan pada pak RW. "Wah terima kasih banyak ya, Pak. Kira-kira abis asar gimana, pak?"

"Ya bebas itu mah gimana mahasiswa aja. Mau jam empat, atau jam setengah lima sambil liat sunset di sungai citarum juga boleh Bapak mah," jelas Pak RW.

Arjuna mengangguk-anggukkan kepalanya. "Yasudah, kira-kira jam empat, Pak. Kita harus pakai motor apa gimana, Pak?"

"Ah gak usah, jalan kaki aja, cuma muter-muter sekitar sini aja."

"Siap pak. Nanti kami samper ke rumah Bapak ya, Pak," ujar Zuney.

"Siap, Neng. Nanti kalau ada perlu apa-apa kontek Bapak aja ya. Kemaren teh kang Mahen da udah pernah sms Bapak."

Zuney terkekeh, jadi Mahen sudah berkomunikasi sebelumnya ya? "Baik, Pak. Terima kasih, ya."

Setelah pak RW pamit pulang, Arjuna mengajak semuanya untuk duduk melingkar di ruang tengah. Lalu cowok itu melirik ke arah jam dinding. "Udah jam tiga. Nanti jam empat kita semua harus udah siap untuk keliling daerah sini sama pak RW. Udah pada mandi belum?"

"Udah." Ardana mengacung. Sementara yang lain menggeleng.

"Yaudah sekarang sebagian mandi, sebagian nanti aja abis magrib. Biar gak antri," ujar Arjuna.

"Jun, kita pake jas almamater gak?" tanya Zuney.

"Pake, harus. Supaya masyarakat tau kalau kita ini mahasiswa KKN," jelas Arjuna. "Oya, gue minta tolong ke sekretaris, nanti buat jadwal antre mandi ya. Di rolling aja. Misal hari ini gue terakhir, besok ke enam, besoknya lagi bisa pertama. Gitu."

Mahen dan Qistiya mengangguk. "Siap."

"Sama pubdok." Arjuna melirik Charlo yang sedang meneguk minuman soda. "Lo udah bikin akun instagram kelompok belum?"

Charlo mengacungkan ibu jari. "Siap, sudah."

"Oke. Thankyou, gais. Dan untuk nanti malam, kayaknya kita perlu diskusiin tentang pembagian tugas perdivisi sama rancangan proker. Nanti pas jalan sama Pak RW usahakan kita banyak tanya tentang daerah ini, perlunya apa, kurangnya apa, biasanya suka ada acara apa, biar kita bisa menyesuaikan dengan proker yang bakal kita buat."

Mel(ingkar) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang