Malam itu, mushola terisi penuh. Entah karena kedatangan mahasiswa, semua warga RT 6 mendadak menjalankan ibadah shalat maghrib di mushola. Baik perempuan maupun laki-laki. Setelah selesai melaksanakan shalat maghrib, Kang Jeffri selaku anak pak Amil membuka ruang diskusi.
Kang Jeffri mempersilakan pada semua mahasiswa untuk maju ke depan. "Assalamualaikum bapak ibu, alhamdulillah malam ini teh kita kedatangan tamu dari mahasiswa KKN," ucap Kang Jeffri membuka pembicaraan. "Nah maksud kedatangan mahasiswa teh mau melakukan pengabdian ya, kang?" tanya Kang Jerrfy pada Arjuna.
Arjuna mengangguk dan tersenyum.
"Yaudah atuh, sekarang kita persilakan mahasiwa untuk melakukan perkenalan, supaya kita teh saling kenal. Dan kami selaku warga RT 6 menyambut dengan senang hati kedatangan akang-akang dan teteh-teteh di sini." Lalu Kang Jeffri memberikan mic kepada Arjuna.
Arjuna menerima mic itu, lalu sebelum berbicara cowok itu menatap seluruh warga yang hadir, wajah sumringah yang menanti-nanti ucapannya menambah rasa percaya diri Arjuna. Pertama-tama Arjuna mengucapkan salam yang disambut dengan antusias oleh warga.
"Bapak ibu, izin memperkenalkan diri, kami mahasiswa dari Universitas Dharmakarya mau melaksanakan KKN di desa ini dalam kurun waktu kurang dari empat puluh hari. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak ibu yang sudah hadir dan mempersilakan kami untuk mengabdi di desa ini." Lalu Arjuna mulai memperkenalkan dari yang paling ujung.
"Ya, itu yang pakai koko Biru namanya Panji." Tunjuknya pada Panji, lalu Panji mengkatupkan dua telapak tangannya seraya tersenyum. "Dilanjut sebelah Panji ada Charlo." Lalu Charlo menganggukkan kepalanya sambil tersenyum manis. "Di samping Charlo ada Jendra." Jendra segera melangkah ke depan seraya mengucapkan salam. "Lalu di samping Jendra, aada Hakim." Hakim lantas melambai-lambaikan tangannya, membuat warga tertawa dengan tingkahnya yang menggemaskan. "Lalu di sebelah Hakim ada Mahendra, atau biasa kita panggil Mahen." Mahen tersenyum sopan. "Lalu ada saya sendiri, selaku ketua kelompok ini, saya Arjuna." Arjuna menganggukkan kepalanya sopan. "Lalu di samping saya, ada saudara kembar saya, adik saya lebih tepatnya, namanya Ardana," ucapan Arjuna barusan membuat warga lebih antusias lagi. "Untuk selanjutnya, saya serahkan ke teman perempuan ya bapak ibu." Kemudian Arjuna menyerahkan mic kepada Zuney.
Zuney mengucap salam yang disambut hangat oleh warga. "Perkenalkan nama saya Zunnaira. Atau panggil aja Zuney ya, Pak, Bu," ucapan tersebut mengundang kekehan dari warga. "Lalu disamping saya ada Vannesa, atau bisa dipanggil Eca, dan ada teman kami satu lagi tapi kebetulan dia sedang berhalangan, jadi nanti kita bisa kenalan di luar forum ini mungkin ya." Zuney tersenyum.
"Seperti yang sudah dipaparkan oleh ketua kami, semoga kedatangan kami dapat memberi manfaat untuk desa ini dari berbagai aspek. Dan untuk itu, kami mohon bimbingan dan arahan dari bapak ibu semua serta kerja sama yang baik diantara kita," tutur Zuney.
Lalu Zuney kembali menyerahkan mic kepada Arjuna. "Ya Bapak Ibu, bagaimana apakah sudah pada hafal nama-nama kami?" canda Arjuna.
Warga seketika mulai mengabsen nama mereka satu persatu, membuat sausana mushola menjadi lebih hidup.
"Aduh, itu akang yang pake koko merah marun meni kasep," puii salah satu warga dari arah perempuan. "Kang siapa itu teh namanya? Lupa ibu teh."
Arjuna tertawa. Lalu ia melirik Mahen yang juga tertawa. "Yang ini, Bu?" tanya Arjuna lagi yang mendapat sahutan dari si penanya.
Mahendra kini mengambil alih mic. "Nama saya Mahen, Bu."
"Ow.. Kang Mahen," sahutnya. "Terus yang sebelahnya Kang Mahen teh siapa? Meni manis pisan." Tunjuk Ibu itu pada Hakim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mel(ingkar) ✔
Novela JuvenilIni kisah tentang sepuluh orang yang mempunyai kebiasaan duduk melingkar, memecahkan berbagai masalah, dan menabung kenangan masa muda. Berikrar akan selalu berteman selamanya dan berharap tidak ada satu kata yang mampu mengubah lingkaran itu hanya...