“Tepuk tangan untuk kesuksesan hari ini!” seru Arjuna seraya bertepuk tangan.
“Yuhu!!!” Semua anggota ikut bertepuk tangan dengan antusias.
“Gais, makasih banyak, ya. Berkat kalian semua proker Hari Anak ini berjalan lancar.” Mahen tersenyum senang.
“Iya, gais. Terutama buat Lolo.” Zuney menoleh pada Charlo. “Thanks ya, Lo, buat sumbangsihnya buat kelompok kita.”
“Sama-sama, gais. Gue juga seneng banget kok bisa ikut berpartisipasi di hari Anak Nasional ini.” Charlo beradu tos dengan Zuney.
“Oya gais, kita omongin buat proker besar kita, yuk?” Arjuna membuka laptopnya. “Untuk workshop, kita mau undang pematerinya dari mana, nih?”
“Ih, gue ada tuh kenalan anak MAPALA, kayanya dia ngerti tentang Biopori,” cetus Qistiya bersemangat.
“Wah boleh tuh, siapa? Siapa?” tanya Zuney.
“Kak Yudha, hehehe.” Qistiya menyengir.
“Yeuuuu!” Ardana melemparkan gulungan tisu ke arah Qistiya. “Jangan anak tingkat akhir, lah, kasian. Skripsi gak beres-beres nantinya.”
“Eh berarti si Dion juga, ya?” tanya Arjuna yang teringat sesuatu. “Dion kan anak MAPALA, kadep HUMAS juga, siapa tau dia punya relasi, iya, kan?”
Jendra mengangguk-angguk. “Bener, Jun. Hubungi aja sekarang.”
“Oke, gue telepon dulu orangnya.” Arjuna mengeluarkan ponsel lalu terlihat cowok itu berbincang serius dengan Dion yang berada di seberang sana. Setelah menunggu beberapa menit, Arjuna kembali menaruh ponselnya di karpet. “Gais, gue udah hubungi Dion—”
“Udah tau. Kan kita liat,” celetuk Hakim yang sangat menyebalkan.
“Kim, lo mending keluar, deh. Dari pada gue emosi mulu liat muka lo.” Arjuna mempersilakan Hakim untuk keluar.
“Jun, udah, ya, Hakim bercanda doang kok itu.” Charlo dan Jendra mengusap-usap pundak Arjuna.
“Lo diem dong, Kim,” bisik Zuney pada Hakim seraya mencubit lengannya.
Hakim terkikik. “Seru, Ney.”
“Jadi gimana, Jun?” tanya Mahen untuk kembali memfokuskan pusat obrolan.
“Oke, jadi kata Bang Dion, ada pemateri yang cocok banget buat materi workshop kita, namanaya Pak Aryasa, beliau founder dari aksi bank sampah yang udah berkecimpung di dunia pelestarian lingkungan selama sepuluh tahun,” papar Arjuna.
“Wah, bagus, tuh. Ada contact personnya?” tanya Vannesa.
“Nah, itu dia masalahnya, gais. Kalau mau undang beliau, kita harus datang ke kantornya, deket kampus, sih, tapi kan kita lagi KKN gini, masa pulang?”
“Gue mau kok, Mas. Ikhlas lahir batin.” Ardana mengajukan diri.
“Gue juga mau, Jun. Sekalian mau ketemu Lusy, cewek gue.” Hakim ikut mengajukan diri.
“Yeuuu!” Semua mendorong-dorong tubuh Hakim.
“Kasian banget ya neng geulis, cuma dijadiin pelarian,” celetuk Jendra, “tau gitu gue aja yang maju.”
![](https://img.wattpad.com/cover/280976174-288-k545130.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mel(ingkar) ✔
Teen FictionIni kisah tentang sepuluh orang yang mempunyai kebiasaan duduk melingkar, memecahkan berbagai masalah, dan menabung kenangan masa muda. Berikrar akan selalu berteman selamanya dan berharap tidak ada satu kata yang mampu mengubah lingkaran itu hanya...