46 - Arjuna and Ardana's birthday

236 31 2
                                    

Inginnya publish part ini pas ulang tahun Renjun, tapi masih lama banget huhu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Inginnya publish part ini pas ulang tahun Renjun, tapi masih lama banget huhu.

Yaudah post sekarang aja lah ya? Hehe

Happy reading, guys:)

.
.
.

Zuney meminta Charlo untuk membawa pergi Arjuna, karena saat ini Zuney hendak menyampaikan perihal rencana untuk memeriahkan hari ulang tahun sang ketua kelompok.

           “Apa, sih? Kenapa harus sama gue?” tolak Arjuna pada Charlo.

           “Aelah, Jun. Gue minta tolong nemenin nyetim mobil doang, di kota. Masa lo gak mau?” Charlo masih berusaha untuk membujuk Arjuna.

           “Jun, kasian loh si Lolo, dia udah banyak sumbangsihnya buat kelompok kita,” ucap Zuney.

           “Ck, ini, nih, yang gue gak suka sama sesuatu yang berlebihan. Kalau udah gini, gue jadi gak enak buat nolak.” Arjuna meraih topi dan jaketnya. “Yaudah ayok.”

           Charlo terkikik dan diam-diam beradu gerakan tos dengan Zuney. “Gais, gue sama Juna nyetim mobil bentar, ya!” pamit Charlo pada semua temannya.

           Setelah Charlo berhasil membawa pergi Arjuna, Zuney segera memanggil teman-temannya untuk kumpul di ruang tengah. Duduk melingkar dengan satu toples keripik gadung yang selalu berpindah tangan setiap detiknya.

           “Ada apa,  nih?” ujar Jendra yang baru saja ikut duduk di samping Panji.

           Ardana menepuk kedua tangannya. “Kalian tau gak sih, besok gue sama Mas Una tuh ulang tahun. Gak ada yang mau ngasih surprise apa?”

           “Pengen banget?" ledek Jendra.

           “Nanaon atuh?” timpal Hakim seraya memainkan gitarnya.

           Zuney melihat semua anggotanya dengan heran.

           “Lo ada rencana apa, Ney?” tanya Mahen.

           “Udah, lah tiup lilin sama beli roti dua ribuan aja.” Hakim menarik toples keripik dari tangan Panji. “Maneh suka warna apa, Na?”

           “Gue suka biru. Mas Una suka merah,” jawab Ardana, “Tapi, Gais, gue nggak usah disurprise-in, deh.”

           “Lah, tadi lo yang minta.” Jendra menatap heran pada Ardana.

           Ardana menggeleng. “Bukan buat gue, tapi buat Mas Una.”

           “Ish, diem dulu!” Zuney menyuruh Ardana untuk diam, dan akhirnya Ardana pun terdiam.

Mel(ingkar) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang