8 - Formasi

273 33 3
                                    

Kini semua anggota sudah berada di ruang tamu indekos Zuney. Arjuna berjongkok di dekat pintu masuk, arah pandangnya lurus menatap betapa banyaknya barang yang sudah terkumpul. "Kalau sebanyak ini harus nyewa mobil kol buntung. Gak masuk di mobil gue," ucap Arjuna setelah menghitung total ada sepuluh koper berukuran besar, belum lagi perintilan ransel dan kantong plastik yang berisi perabotan seperti wajan, panci, sapu dan tongkat pel.

Charlo yang baru saja menaruh kopernya kini berdiri seraya memegang pinggangnya. "Jadi gimana, Jun? Emang bener-bener gak akan cukup kalau ditaro di mobil lo sama mobil gue?"

"Gak bisa, Lolo. Udah gini aja, semua barang kita angkut pake mobil sewaan. Terus nanti bakal ada mobil yang stay di posko gak?"

Ardana menggeleng. "Gak mungkin mobil kita kan, Mas?"

"Iya. Mobil gue sama Nana gak akan bisa. Lo gimana?" tanya Arjuna pada Charlo.

"Gue bisa, Jun. Tapi gue juga mau bawa motor. Siapa yang mau bawa mobil gue nantinya?"

"Lah urang juga bakal bawa motor, cuy! Mahen, maneh bisa gak?" tanya Hakim.

"Gue juga bawa motor," jawab Mahen. "Atau gini deh, biar gak kebanyakan kendaraan, siapa aja yang bakal bawa motor?"

Jendra mengacung. "Gue berdua sama Panji."

"Urang sama Zuney!!" celetuk Hakim yang mendapat tatapan tajam dari Zuney.

"Eh sejak kapan gue bilang mau nebeng lo, Kim?" sergah Zuney tidak terima.

"Udah lah, Ney. Sama urang aja, nyaman kan, maneh? emang maneh mau sama siapa?" tanya Hakim lagi.

"Zuney sama gue," timpal Arjuna. "Gue, Nana sama Zuney pake mobil. Masih ada kosong satu, siapa yang mau isi?"

"Gue dong gue!!" Qistiya mengajukan diri.

"Oke. Terus Eca mau sama siapa, Ca?" tanya Arjuna.

Charlo kini ikut berjongkok dan melingkar. "Bentar dong bentar. Jadi konsepnya gimana, sih? Jadi yang bawa motor siapa aja?"

"Urang, Mahen, Jendra, Nana sama maneh," jawab Hakim.

"Anjir lima motor? Banyak banget." Protes Zuney. "Cukup gak sih, Hen?" Tanya Zuney pada Mahen.

"Cukup, Ney. Dan menurut gue lima itu cukup. Biar kalau mau kunjungan ke setiap RT atau RW yang agak jauh itu bisa ngabring. Bareng-bareng. Kan seru."

Hakim tertawa. "Jadi asa jiga siraru, ya? bring kaditu bring kadieu."

Semua ikut tertawa.

"Yaudah kalau gitu gue gak usah bawa mobil, ya?" Tanya Arjuna.

"Lo bawa mobil gue aja, Jun. Kan yang bakal stay di sana mobil gue." Usul Charlo.

Arjuna nampak melihat satu persatu anggotanya. "Oke, berarti Gue, Nana, Zuney sama Qistiya pake mobil Lolo, Jendra sama Panji. Eh tapi—" Arjuna nampak berfikir. "Dek, lo gimana, sih? Katanya mau bawa motor? Jadi nggak? Kok mau ikut mobil Lolo?"

Ardana nampak tertawa. "Gatau, Mas. Bingung gue juga."

"Euh maneh mah ngalilieur si Juna wae, Na." Hakim meletakkan lengannya di pundak Ardana.

Zuney mengangkat tangan. "Gini aja deh, kan motor ada lima, kita pake motor semua, jadi barang-barang masukin ke mobil Lolo semua. Jadi kita nggak perlu sewa mobil buat angkut barang. Gimana?"

Hakim mengangkat ibu jarinya. "Urang setuju sama Zuney."

"Gue juga." Jawab Mahen. "Gimana, Jun?"

"Emang bakal cukup?" Arjuna nampak sangsi.

"Bisa sih, nanti gue atur-atur. Kursinya gue tangkub semua. Paling nyisa satu kursi buat yang nyetir doang." Ujar Charlo. "Gimana, Jun?"

"Yaudah iya gitu aja. Jadi gue nih yang bawa mobilnya Lolo?" Tanya Arjuna seraya menatap satu persatu anggotanya.

Semua nampak menganggukkan kepala.

Qistiya menepuk pundak Hakim. "Kim gue sama lo, ya?"

"Lha, urang sama Zuney, Qis."

"Udah, si Zuney pasti mau sama Mahen." Ardana memang tipe teman yang tidak bisa menjaga harkat martabat temannya.

Hakim mendecih. "Pantesan nolak. Mau sama Mahen ternyata."

Zuney melempar pulpen pada Ardana dan Hakim. "Apasih, orang gue mau sama Jendra. Ya kan, Jen?"

"Sori, Ney. Belum muhrim, jadi gue sama Panji," tolak Jendra yang disambut gelak tawa dari semuanya.

"Yaudah Zuney sama gue." Kata Mahen yang membuat semua berkata 'uwuuu'

"Itu mbaknya bisa biasa aja nggak mukanya? Kok kaya yang salting gitu?" Hakim menunjuk-nunjuk wajah Zuney.

Mahen terkekeh melihat Zuney. "Mau kan, Ney?"

"Anjir segala ditanya. Mau dia, mau banget pasti." Ujar Charlo yang ikut membakar amarah Zuney.

"Udah udah." Arjuna kembali mengkondusifkan anggotanya. "Mahen sama Zuney, Jendra sama Panji, Hakim sama Qistiya, Nana sama Eca, Lolo sendiri, dan gue juga sendiri. Fix ya?"

"FIX!!" Jawab semuanya.

"Oke. Besok kita kumpul lagi di sini jam delapan. Kita masuk-masukin barang ke mobil Lolo dan kira-kira kita berangkat sekitar jam sembilan atau jam sepuluhan. Setuju?"

"Setuju!!"

"Kelompok lain gimana, Jun?" Tanya Zuney.

"Kelompok lain bahkan ada yang berangkat hari ini. Kita mah besok aja. Kan maksimal tanggal sepuluh harus udah ada di lokasi. Sekarang masih tanggal tujuh, kelamaan." Arjuna terlihat mencoocokkan tanggal di ponselnya. "Cukup kok dua hari untuk adaptasi sama masyarakat di sana, sambil kita rancang proker, biar pas tanggal sepuluh itu semua bisa langsung bergerak di bidangnya masing-masing."

"Oke, Jun."

"Siap, Paketu!"

"Laksanakan!" 

.
.
.

Sebelum bubaran, foto dulu, Lur 😎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum bubaran, foto dulu, Lur 😎

Mel(ingkar) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang