Bismillah dulu ya gais sebelum baca part ini
Udah bismillahnya?
Okey. Happy reading😊
.
.
.Meski menurut dokter sudah sangat terlambat untuk mengambil tindakan hemodialisa atau cuci darah. Pada kamis malam, ranjang Arjuna dibawa oleh petugas menuju ruang hemodialisa. Arjuna kini ditemani oleh Dion, sementara Bunda dan Ayah kembali mengurus administrasi dan berkas perizinan.
Dokter bilang, apapun yang akan terjadi pasca hemodialisa, Ayah dan Bunda harus siap dan menerima segala situasinya. Hal ini tentu saja menjadi kekhawatiran bagi semuanya. Kemungkinan untuk sembuh pun bukan lagi fifti-fifti, melainkan bergantung pada garis takdir yang sudah ditetapkan, juga kekuatan doa dari semua orang.
Zuney baru saja kembali bersama Jendra, karena siang tadi Bunda menyuruh Zuney untuk pulang, beristirahat sebentar. Kini Zuney membawa beberapa bungkus nasi goreng untuk semua teman-temannya.
Mereka berkumpul di luar, duduk melingkar untuk menyantap makan malam mereka. Jika dulu mereka terbiasa duduk melingkar di posko, kini salah satu diantara mereka tidak ikut hadir. Arjuna, si tokoh utama dalam lingkaran ini sedang berjuang untuk tetap bisa hidup di dunia yang menyenangkan ini.
“Gais, gue udah pesen dua kamar di hotel samping rumah sakit ini. Buat anak cewek sama kita. Biar kita bisa gantian. Deket juga, jadi kalau ada apa-apa, kita bisa langsung ke sini,” ujar Charlo.
“Nanti gue ganti ya, Lo.” Ardana merasa tak enak karena harus merepotkan teman-temannya.
Charlo mengangguk. “Santai, Na. Kaya kesiapa aja.”
Proses hemodialisa Arjuna ternyata membutuhkan waktu selama empat jam. Kini waktu menunjukkan pukul dua belas malam. Yang berada di rumah sakit selain Ayah dan Bunda, ada Zuney, Ardana dan Jendra. Sementara yang lain, mereka menginap di hotel terdekat dari rumah sakit.
Zuney kini duduk di kursi dekat meja resepsionis. Ruang IGD kali ini nampak ramai. Terlihat beberapa orang berwajah panik lalu-lalang karena ada korban pengendara motor yang berlumuran darah.
Semua orang sibuk dengan urusan masing-masing. Berbagai suara pun terdengar, mulai dari suara alat-alat rumah sakit, hingga tangis yang pecah dari beberapa orang.
Zuney memejamkan matanya, kesepuluh jarinya bertaut erat. Gadis cantik itu terus saja melangitkan doa-doa untuk kesembuhan Arjuna. Ardana sudah menutup kedua telinganya dengan tangan. Keadaan seperti ini rupanya benar-benar membuat kepalanya terasa berputar. Lalu Jendra mengangsurkan sebuah al-quran kecil pada Ardana.
“Juna lagi butuh doa dari kita,” ucap Jendra yang kini membuka al-quran kecil miliknya.
Dion akhirnya kembali bersama Arjuna yang berbaring di ranjang, yang didorong oleh petugas. Dion memaparkan segala kondisi Arjuna yang membuat Bunda kembali menangis. Kini Arjuna sudah terlelap di tempat tidurnya. Wajah damainya diusap-usap oleh Bunda. Masih dengan alat dan selang bantuan nafas yang terpasang di tubuhnya, Bunda terus memberi kekuatan pada Arjuna untuk tetap bertahan.
Keesokan harinya, tubuh Arjuna mengalami perbaikan. Tangan Arjuna yang semula dingin pun kini mulai menghangat, suhunya mulai kembali normal. Juga taraf kesadaran Arjuna juga semakin baik, terbukti ketika merespon orang-orang yang mengajaknya untuk berbicara.
![](https://img.wattpad.com/cover/280976174-288-k545130.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mel(ingkar) ✔
أدب المراهقينIni kisah tentang sepuluh orang yang mempunyai kebiasaan duduk melingkar, memecahkan berbagai masalah, dan menabung kenangan masa muda. Berikrar akan selalu berteman selamanya dan berharap tidak ada satu kata yang mampu mengubah lingkaran itu hanya...