Semua delegasi sudah hadir, para warga sudah memenuhi pendopo ini. Acara workshop akan segera dimulai. Dan Zuney sudah bersiap bersama Jendra. Mic sudah berada di genggaman, dengan mantap dua orang itu maju ke podium.
Zuney tersenyum dan melihat semua audiens yang hadir. Ada teman-teman satu angkatan yang menjadi delegasi, ada juga senior-seniornya yang hadir, para warga juga anggota TNI yang bertugas di sektor desa Cikaobandung ini.
Zuney membuka acara dengan lancar, pembukaan dengan mengucapkan ‘basmallah’ pun sudah terlaksana, kini menginjak ke kegiatan selanjutnya pembacaan ayat suci al-quran yang dibawakan oleh Jendra.
Zuney menepi ke pinggir pendopo, duduk di sebelah Mahen yang memang bertugas di depan laptop sebagai operator.
“Lo sakit?” tanya Mahen ketika Zuney sudah duduk di sampingnya.
“Enggak. Kenapa? Gue kurang semangat keliatannya?”
“Enggak, sih. Cuma beda aja. Ada yang gak beres ya?” tanya Mahen lagi.
“Beres semua, Hen. Acara ini kan udah dipersiapkan matang-matang.” Zuney menusuk sedotan pada air mineral gelas, lalu meminumnya.
“Bukan acara, tapi hati lo. Ada yang gak beres?” tembak Mahen dengan wajah penasarannya.
Zuney hampir tersedak jika saja ia tidak hati-hati. “Ssstt, udah, ah. Kita dengerin Jendra lagi ngaji.”
Mahen akhirnya menutup mulutnya, tidak lagi bertanya apapun pada Zuney. Sedangkan gadis cantik itu mengedarkan pandangannya, melihat semua teman-temannya. Charlo dan Ardana selaku pubdok sedang mendokumentasikan Jendra yang sedang mengaji.
Hakim sudah duduk di barisan paling belakang, berjaga apabila ada peserta workshop yang baru datang. Qistiya dan Panji masih berada di meja penerima tamu. Vannesa sedang berjalan ke arah Zuney, karena sebentar lagi dia akan memimpin lagu Indonesia Raya.
Arjuna sudah duduk bersama Pak Aydan dan Pak Aryasa di barisan depan, bersiap untuk menyampaikan sambutannya nanti. Dan kini tatapan mereka bertemu, Arjuna sempat mengangkat kedua alisnya, seolah bertanya ‘Ada apa?’ Dan Zuney menggelang sembari melempar satu senyum, yang bertanda tidak ada sesuatu yang perlu dikhawatirkan.
Setelah Jendra selesai menjalankan tugasnya, Zuney kembali maju ke podium.
“Acara selanjutnya adalah menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, kepada hadiri, saya persilakan untuk berdiri,” ucap Zuney mempersilakan hadirin untuk berdiri.
Vannesa lantas maju ke podium, Mahen selaku operator segera memutar instrumen lagu Indonesia Raya yang kemudian diiringi oleh suara nyanyian dari para peserta yang hadir. Setelah selesai, para peserta dipersilakan untuk duduk kembali dan Vannesa kembali ke tempatnya.
Menginjak ke kegiatan selanjutnya adalah sambutan dari ketua kelompok, dan dengan mantap Arjuna beranjak dari tempat duduknya, melangkah ke depan dan menerima mic yang diserahkan oleh Zuney.
Dan jika tidak salah lihat, Zuney menangkap satu senyum simpul yang Arjuna layangkan hanya untuknya.
“Doain gue, ya,” bisik Arjuna cepat lalu cowok itu mulai meandang semua audiens.
Arjuna menarik nafas panjangnya, dilihatnya audiens yang sudah antusias dapat menambah rasa percaya dirinya, juga ada Dion yang sudah mengepalkan lengannya untuk memberi semangat. Juga Adhisti, yang sudah melambai kecil ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mel(ingkar) ✔
Fiksi RemajaIni kisah tentang sepuluh orang yang mempunyai kebiasaan duduk melingkar, memecahkan berbagai masalah, dan menabung kenangan masa muda. Berikrar akan selalu berteman selamanya dan berharap tidak ada satu kata yang mampu mengubah lingkaran itu hanya...