Pukul sebelas siang, Zuney sedang menyusun laporan, lalu tatapannya mengedar, terlihat Ardana yang sibuk merapikan keadaan posko bersama anggota laki-laki. Kedatangan dosen pembimbing kali ini benar-benar harus diperisapkan segalanya. Kerapihan posko, kinerja kelompok selama hampir dua minggu di sini, progres program kerja yang sudah atau belum terealisasi, dan masih banyak lagi.
“Ini kita perlu masak buat makan bareng, nggak?” tanya Zuney seraya menaruh tumpukan kertas di atas laptop yang sudah tertutup.
“Gofood aja, gimana? Gue pesen sate maranggi, deh.” Charlo mengeluarkan ponselnya.
“Ih, sumpah, gue penasaran banget sama sate maranggi khas Purwakarta!” Qistiya sangat antusias.
Charlo melihat sekilas ke arah Qistiya, lalu tersenyum singkat. “Yaudah, gue gofood aja, ya?”
“Berapa tusuk, Kak? Uangnya biar aku ambil dulu dari dompet KAS,” tanya Panji seraya membersihkan debu di ventilasi jendela.
“Seratus?” tanya Charlo.
“Astaga, mahal itu. Setusuknya aja berapa?” protes Zuney yang langsung teringat saldo KAS yang terbatas.
“Beda-beda, sih, gue liat. Ada yang goceng, ada yang tiga ribu.”
“Karedok aja weh atuh, yang murah meriah.” Hakim muncul dengan wajah penuh keringat karena habis menyikat kamar mandi.
“Atau sayur sopnya, gimana?” sambung Jendra yang juga muncul di belakang Hakim.
Ardana yang sedang menyapu pun menyahut. “Gue setuju. Mas Una suka banget sayur sop.”
Mendengar nama Arjuna, semua lantas menengok pada dua manusia yang sudah tertidur pulas di sudut ruang tengah. Arjuna dan Mahen.
“Ih, ni anak dua kalau tidur kenapa gak di kamar, sih?” protes Ardana yang tidak bisa menyapu ruangan secara maksimal. “Ngalangin aja.”
Semua tertawa.
“Udah biarin aja, Na. Juna semalem kayanya gak tidur, dia beresin laporan sama telepon Eca,” jelas Zuney.
“Masa, sih?”
“Lo tidur kaya orang mati, sih. Jadi gak tau.” Charlo menambahkan.
Ardana tetap nekat ingin membangunkan keduanya, namun tubuhnya ditarik oleh Zuney. “Ney, kenapa tarik-tarik baju gue, sih? Aurat tau, pundak gue jadi keliatan.”
“Gue cubit ya kalau lo nekat bangunin Mahen sama Juna!” ancam Zuney.
Hakim tertawa. “Posesif, euy!”
“Tapi posesifnya sama yang mana nih, Kak? Kak Juna apa Kak Mahen?” tanya Panji yang ikut mengusili Zuney.
Qistiya ikut tertawa. “Kalau bisa dua, kenapa harus satu ya, Ney?”
“Sssttt, ah! Nanti mereka bangun.” Zuney berusaha meredakan kehebohan teman-temannya.
“Gais, ini gak usah pakai uang KAS, biar dari gue aja. Itung-itung merayakan kesuksesan acara santunan kemarin,” ujar Charlo sungguh-sungguh. “Plis, boleh, ya? Mumpung Juna gak tau.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Mel(ingkar) ✔
Novela JuvenilIni kisah tentang sepuluh orang yang mempunyai kebiasaan duduk melingkar, memecahkan berbagai masalah, dan menabung kenangan masa muda. Berikrar akan selalu berteman selamanya dan berharap tidak ada satu kata yang mampu mengubah lingkaran itu hanya...