58 - Belajar Bareng ya, Ney

172 24 14
                                    

Pukul delapan pagi, mereka sudah berjalan kaki untuk berpamitan pada seluruh warga. Mereka mendatangi rumah-rumah warga.

"Kang Jeffrinya mana, Bu?" tanya Zuney ketika sampai di warung ibu sayur.

"Masih tidur, Neng. Semalem rapat di Pak RT sampe subuh soalnya," jelas Ibunya Kang Jeffri.

"Ini, Bu, kita semua mau pamit, insyaAllah besok kita selesai KKN dan pulang ke rumah masing-masing," papar Arjuna, "kita mau minta maaf ya, Bu, kalau selama di sini banyak salah sama Ibu. Ngeberisikin, atau bikin gak nyaman."

"Hapuntennya, Bu, kalau kita suka gigitaran samape subuh," ujar Hakim.

"Ya Allah naha sebentar banget atuh? Ibu kira pulangnya masih lama." Ibunya Kang Jeffri nampak sedih. "Seneng Ibumah ada kalian di sini, asa haneteun."

Arjuna tersenyum. "Oya, Bu, apa dari kita ada yang punya utang ke sini?"

"Ah enggak ada, Kang, beneran."

"Yaudah atuh, Bu, kita mau lanjut keliling lagi. Sekali terima kasih ya, Bu."

Selanjutnya mereka mendatangi rumah Ibu Fatma, beliau sampai menitikkan air mata dan memeluk Zuney, Vannesa dan Qistiya. Beliau mengucapkan banyak terima kasih karena mahasiswa KKN telah ikut andil dalam suksesnya acara santunan anak yatim saat itu.

Setelah semua rumah mereka datangi, mereka kembali ke posko. Mahen sudah membuka jas almamaternya, lalu duduk di depan kipas angin bersama Arjuna.

"Jun, gue pengen beli oleh-oleh khas Purwakarta. Lo tau gak tempat belinya?" tanya Mahen.

"Sama gue juga, mau bawain buat Mami sama Papi." Charlo ikut melingkar.

"Gue juga, Jun," sambung Jendra.

Arjuna nampak berfikir. "Siapa lagi yang mau beli?"

"Gue, Qisti sama Eca juga mau, Jun!" teriak Zuney dari arah teras, gadis cantik itu nampak kesulitan membuka sepatunya.

"Berarti semua?"

Semua mengangguk.

"Tapi kita masih harus nyebar plakat ke semua kepala RT, gais." Arjuna kini melihat pada sembilan plakat yang tersimpan di sudut ruang tengah.

"Gampang, itu mah serahin aja ke kita-kita," ujar Charlo seraya membuka cemilan yang dibawanya dari kulkas.

Arjuna tertawa tanpa minat. "Kalian nyuruh gue ceritanya?"

"Hehehe." Semua nampak menyengir.

"Ya kan maneh yang tau seluk beluk kota ini, Jun." Hakim membela diri.

Charlo mengangsurkan kunci mobilnya pada Arjuna. "Pake mobil aja, biar gak panas. Berdua gih sama Zuney."

"Bener, Mas, sekalian jalan-jalan, kan," sambung Ardana.

"Abis dzuhur aja, ya, gue ke sananya." Lalu Arjuna menoleh pada Zuney. "Kamu mau, Ney, nemein aku?"

Zuney menaikkan kedua alisnya ketika mendengar kata 'kamu' keluar dari mulut Arjuna.

"Adeuh, kamana atuh kamuuuuu," ledek Hakim yang sudah cengengesan.

"Udah Aku-Kamu nih sekarang?" Qistiya menyenggol-nyenggol lengan Zuney.

"Merinding, Qis," ujar Zuney seraya memperlihatkan lengannya. "Sumpah!"

"Ney, ayolah, temenin si Juna, ya? Plis plis plis," bujuk Charlo dengan sangat memohon.

Mel(ingkar) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang