30 - today is the day!!

267 31 3
                                    

Hari santunan tiba. Sore ini semua anggota sudah berkumpul di teras rumah Bu Fatma, lapangan belakang sudah didekor menjadi tempat yang cantik. Bahkan ada lampu kecil-kecil yang menggantung dari satu tiang ke tiang lainnya.

            “Kita briefing dulu, ya?” Bu Fatma kini mengambil bolpoin dan kertas. “Ini susunan acara, saya kasih ke Kang Jeno, ya.”

            Jeno menerima kertas itu. dan mengangguk setuju. “Jadi, nanti ada acara potong tumpeng, terus doa bersama, ya, Bu?”

            “Iya, jadi nanti pas anak-anak panti datang, kita langsung arahin mereka untuk duduk di lapangan. Bikin lingkaran besar aja, biar tumpengnya kita taruh di tengah,” jelas Bu Fatma seraya menunjuk pada lapangan yang sudah dilapisi oleh terpal.

            Para mahasiswa pun mengangguk.

            “Oya, Bu, ini bingkisannya mau dibagiin pas kapan?” tanya Zuney seraya menunjuk pada bingkisan yang sudah ditumpuk di samping pagar.

            “Pas mereka pada mau pulang aja, Neng. Sama ini—” Bu Fatma melihat ponselnya, seperti memeriksa sesuatu. “Oh, udah datang. Ada puding sama kue-kue yang udah datang, Ibu minta tolong buat disusun di stand makanan, ya? Biar anak-anak gampang ambilnya.”

            “Siap, Bu!!”

            Bu Fatma tersenyum. “Terima kasih banyak, ya. Maaf jadi banyak ngerepotin kalian.”

            “Sama-sama, Ibu. Kita juga seneng, kok, bisa berpartisipasi di acara santunan ini.” Arjuna selaku ketua pun menjawabnya.

            “Yaudah, udah jam empat sore, kayaknya anak-anak sebentar lagi pada datang. Kita menyebar, ya?”

            Tak lama kemudian, tiga mobil rombongan tiba di lokasi, ada sekitar lima puluh anak hadir dan mulai memenuhi lapangan.

            Arjuna segera menghampiri Jeno dan Ardana. “Kalian, siap di depan, ya. Gue sama yang lain bantu arahin mereka buat duduk.”

            Jeno dan Ardana mengangguk. Kedua pemuda itu sudah sangat tampan dengan balutan baju koko berwarna biru, juga dengan mic yang sudah mereka pegang masing-masing.

            “Selamat datang kami ucapkan kepada adik-adik panti asuhan kasih ibu,” ujar Ardana yang segera menyambut anak-anak dengan senyum paling cerah.

            “Silakan kepada adik-adik shalih, shalihah, untuk segera menempati lapangan. Ayo, ayo, duduk yang rapi, sini.” Jeno ikut mengarahkan anak-anak agar bisa duduk dengan tertib.

            Sementara Ardana dan Jeno sedang menyambut kedatangan anak-anak di depan sana, Arjuna, Hakim, dan Mahen terlihat ikut membantu anak-anak agar segera duduk dengan rapi.

            Panji dan Vannesa terlihat menggotong satu persatu nasi tumpeng yang akan di taruh di atas meja yang letaknya tepat di tengah lapangan. Sementara Zuney dan Qistiya sedang sibuk menata puding-puding cup kecil dan kue-kue di stand makanan.

            Charlo sudah siap dengan kamera yang menggantung di tengkuknya. Cowok itu dengan semangatnya mengabadikan setiap momen yang ada di sana. Dilihatnya senyum serta canda tawa anak-anak yang sangat ceria. Charlo sempat tertegun sesaat, hatinya bergetar, bagaimana bisa mereka tumbuh menjadi anak yang ceria padahal mereka tidak mendapat kasih sayang dari orang tua sebagaimana anak-anak yang lain.

            Lantunan shalawat dari speaker terus mengiri kedatangan anak-anak yang kini mulai berkumpul di tengah lapangan. Anak-anak dengan balutan baju muslim pun terlihat sangat antusias dengan acara ini.

Mel(ingkar) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang