52 - tujuh belasan

185 22 4
                                    

Pukul enam pagi, semua anggota KKN sedang sibuk lalu lalang mempersiapkan perlombaan tujuh belasan. Hakim dan Mahen sudah mengangkut umbul-umbul yang akan dipasang di lapang belakang.

            Arjuna dan Zuney menjadi manusia yang paling rapi. Mereka sudah mengenakan kemeja putih yang disambung dengan bawahan hitam. Zuney sibuk mengikat rambutnya di depan cermin. Sedangkan Arjuna masih berkutat di dapur.

            “Ney, makan dulu!” seru Arjuna dari arah dapur.

            “Gue gak biasa sarapan, Jun,” sahut Zuney seraya mengoleskan make up di wajahnya.

            Arjuna datang menghampiri dengan dua piring nasi goreng panas. “Nih, gue bawain.”

            “Jun, nanti perut gue sakit, gimana? Emang lo mau nganterin nyari toilet?” dengan ragu Zuney menerima piring itu.

            “Gue temenin!” Arjuna mulai duduk dan memakan nasi goreng miliknya.

            Ardana yang baru saja datang dari lapang belakang pun segera mengambil piring dan menyiuk nasi goreng dari penggorengan. “Wih, pagi-pagi udah ada sarapan aja nih.”

            “Yang lain mana?” tanya Arjuna.

            “Di lapang, Mas. Lagi pada nyiapin semua.” Ardana kembali menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. Lalu cowok itu melirik Zuney. “Tumben sarapan, Ney?”

            “Mas lo tuh, maksa.” Zuney akhirnya menyuapkan nasi goreng itu.

            Ardana tertawa. “Semoga gak pengen boker ya lo.”

            Zuney terbatuk. “Bisa difilter gak mulut lo?”

            Tak lama kemudian, semua anggota KKN datang ke posko. Mereka mengambil piring dan ikut duduk melingkar untuk sarapan bersama.

            “Gue pinjem motor lo ya, Dek?”

            “Kenapa mesti pinjem? Kan itu motor lo juga, Mas.” Ardana meraih gelas, lalu meminumnya.

            “Jun, tapi gue pake rok span A gini, gak bisa pake motor gede,” keluh Zuney.

            “Oh iya.” Lalu Arjuna nampak berfikir. “Jen, motor lo ada bensinnya, nggak?” tanyanya pada Jendra, karena Jendra satu-satunya anggota yang menggunakan motor matic.

            “Ada tinggal setengah lagi. Mau make motor gue?” tanya Jendra.

            “Iya, Jen. Zuney pake rok soalnya.”

            Jendra mengeluarkan dompetnya, lalu menyerahkan surat-surat motornya pada Arjuna. “Nih. Takut ada tilang.”

            “Kenapa gak pakai mobil gue aja, sih?” tanya Charlo.

            “Ribet.”

            “Ribet.”

            Jawaban kompak dari Arjuna dan Zuney mengundang tawa satu posko.

            “Gais, gue titip nama kelompok ke kalian, ya. Kalau ada apa-apa saling komunikasi aja. Abis upacara, gue sama Zuney pasti langsung balik kok,” pesan Arjuna selaku ketua kelompok.

            “Siap!!”

***

Arjuna dan Zuney sudah berada di lokasi upacara, mereka berdua celingukan, mencari tempat yang tepat untuk berbaris.

Mel(ingkar) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang