Hari minggu pagi, semua anggota KKN sudah berkumpul di lapangan belakang posko. Sesuai yang sudah direncanakan, proker kali ini yang akan dilaksanakan adalah senam pagi bersama ibu-ibu di RT 6.
Arjuna terlihat membungkuk, membetulkan simpul tali sepatu olah raganya. Charlo sudah siap dengan kamera yang ada di tangannya, untuk mendokumentasikan kegiatan pagi ini yang akan diunggah di instagram kelompok.
Sementara anggota yang lain sudah berbaur bersama ibu-ibu. Bahkan Zuney dan Hakim sudah memegang mangkuk bubur ayam yang mangkal di pinggir lapangan. Keduanya itu nampak tertawa bersama ibu-ibu yang juga tengah sarapan sebelum memulai aktivitasnya.
“Bener-bener calon ibu-ibu PKK.” Arjuna menggeleng-gelengkan kepala setelah memerhatikan Zuney.
Ardana yang berada di dekat Arjuna pun tertawa. “Mas, gue bagian dokumentasi aja, ya? Soalnya masih sakit badannya,” keluhnya seraya memutar-mutar pundaknya.
Arjuna mengangguk. “Yaudah.”
Tak lama kemudian, Bu RT menyeru kepada semua untuk segera berbaris di lapangan, kemudian suara musik dari speaker besar mulai terdengar.
Hakim tentu saja sudah mengambil posisi di barisan paling depan, tepat di belakang instruktur senam. Cowok itu dengan percaya dirinya melakukan gerakan dengan sangat berlebihan, membuat instruktur tertawa dan ibu-ibu menjadi heboh.
“Aduh anjir, malu banget sumpah punya temen kaya Hakim,” ucap Zuney seraya menutup wajahnya dengan telapak tangan.
Mahen yang ada di sebelah Zuney pun tertawa. “Yang sabar ya, Ney,” ucapnya seraya menepuk-nepuk pelan punggung Zuney.
“Lo malu nggak sih, Hen?”
“Engga.” Mahen tertawa lagi. “Seru malah, kalau gak ada dia bakal garing nggak, sih?”
Zuney meringis. “Iya juga, sih.”
Lagu pertama sudah habis, kini instruktur itu menepi ke pinggir lapangan, sekedar untuk meminum air putih. Lalu kembali ke tengah lapangan dengan wajah yang sudah berkeringat. Bahkan kini instruktur senam mempersilakan pada ibu-ibu untuk memimpin senam.
“Atuh, si Kang Hakim aja yang mimpin!” celetuk Bu RT yang langsung disambut heboh oleh ibu-ibu yang lain.
“Iya, Kang Hakim, ayo atuh ke depan,” tambah si ibu yang lain.
Hakim tertawa. “Aduh malu, ah, Bu.”
“Malu, ceunah, Bu RT.” Instruktur ikut meramaikan suasana.
“Kim maju, Kim. Jangan malu!” Qistiya mendorong Hakim dengan sekuat tenaga.
“Tau, nih, anjir, biasanya juga malu-maluin.” Zuney ikut mendorong Hakim.
“Aduh aduh aduh.” Hakim yang badannya mulai terdorong-dorong pun akhirnya menyeret Arjuna dan Mahen untuk ikut maju ke depan.
Kehadiran ketiga pemuda itu langsung di sambut tepuk tangan meriah dari ibu-ibu dan semua anggota KKN. Bahkan Ardana dan Charlo sebagai juru dokumentasi tak lupa untuk mengabadikan momen ini dari berbagai arah. Ardana sudah mengarahkan ponselnya untuk mengambil video dari titik yang bisa mencakup ketiganya yang kini terlihat saling dorong-mendorong untuk memulai gerakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mel(ingkar) ✔
Teen FictionIni kisah tentang sepuluh orang yang mempunyai kebiasaan duduk melingkar, memecahkan berbagai masalah, dan menabung kenangan masa muda. Berikrar akan selalu berteman selamanya dan berharap tidak ada satu kata yang mampu mengubah lingkaran itu hanya...