34 - Cantik

222 26 2
                                    

Senja Ceria sore ini dilakukan di lapang belakang, tempat saat acara santunan. Angin sore yang berhembus menambah keceriaan anak-anak.

Ardana sudah berdiri di depan anak-anak. Mengkondisikan. Sementara Arjuna masih berada di dekat pohon mangga. "Zuney mana?" tanyanya pada Charlo yang masih mengotak-atik kameranya.

"Tadi gue liat masih di posko. Sama Mahen."

Arjuna berdecak lidah. "Gue susul dia dulu, deh."

"Eh ngapain?" Charlo mencekal tangan Arjuna. "Udah biarin aja. Lagi beradaptasi sama suasana baru, mereka."

Jendra menghampiri Arjuna. "Jun, ini speaker baterainya habis deh kayanya."

"Duh. Lupa nge-charge gue." Arjuna mengacak rambutnya. "Yaudah lo kondisiin dulu deh anak-anak. Pake permainan apa, kek."

Qistiya dan Vannesa mengambil alih fokus anak-anak dengan permainan berkelompok. Diikuti oleh Panji.

Tak lama kemudian Hakim datang dengan tiga gulung karpet pelastik yang dipeluknya. "Bawa tiga cukup gak, sih?"

"Cukup. Cukup." Arjuna segera membantu Hakim dan menggelar karpet di tengah lapangan.

"Jun, panas. Di deket pohon aja," usul Qistiya yang sedang memerhatikan Arjuna.

Ardana segera mendekat, lalu membantu Arjuna dan Hakim untuk menyeret karpet plastik yang sudah terbentang ke bawah naungan pohon.

"Mas, mau ke posko nggak? Gue nitip minuman yang dibawain Bang Dion, dong. Haus," pinta Ardana seraya mengusap keningnya yang sudah berkeringat.

"Minuman apaan? Susu kotak?"

Ardana lantas menggeleng cepat. "Gak! Eneuk, Mas. Kopi aja."

"Oke." Lalu Arjuna bergegas menuju posko. Dan ketika sudah sampai, dilihatnya Mahen yang sedang merapikan kertas-kertas yang sudah diprint. "Hen, udah?"

Mahen mendongak. "Udah. Sori lama, printernya agak eror."

"Zuney mana?"

"Ada ada ada." Zuney bergegas keluar dari kamar depan. "Gue abis cari lem di koper." Zuney menunjukkan satu wadah besar lem kertas. Lalu gadis cantik itu segera merebut kertas-kertas yang dipegang Mahen. "Gue aja yang bawa."

Mahen mengangkat alisnya. Sudah satu minggu sikap Zuney terkesan menjaga jarak, berbicara seadanya dan menghindari interaksi."Biar gue aja, Ney. Gapapa."

"Gak. Gue aja." Zuney memegang sekitar dua puluh kertas di tangan kiri, lalu satu wadah besar lem kertas di tangan kanan. Kemudian berjalan tergesa, dan akhirnya kertas-kertas itu berhamburan di lantai. Membuat gadis cantik itu kesal sendiri.

"Gue bantuin, ya, Ney." Mahen masih berusaha untuk memperbaiki hubungannya dengan Zuney.

"Gak usah. Biar Juna aja yang bantuin gue." Zuney menepis pelan lengan Mahen. "Juna! Bantuin gue!"

Arjuna yang sedari tadi menonton kerusuhan dua manusia itu akhirnya meringis, dan membuang nafas panjang. Tak lama cowok itu ikut berjongkok, menepuk pundak Mahen. "Lo ke lapang aja, Hen. Anak-anak udah pada nunggu."

Akhirnya Mahen menuruti perintah Arjuna. Dan kini yang tersisa hanya Arjuna dan Zuney.

Zuney terduduk. "Jun..."

Mel(ingkar) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang