Siang ini mereka sudah berada di lokasi rumah produksi keripik Gadung yang berada di RW 03, mereka turun dari motor dan mulai berjalan beriringan.
“Siapin pertanyaan ya, gais,” kata Arjuna seraya memakai topi, karena matahari siang ini sangat terik.
“Jas almamaternya dipakai, Kim!” titah Zuney saat melihat Hakim yang menenteng jas almamaternya.
“Tapi panas, Ney,” tolak Hakim, namun dia tetap memakai jasnya.
“Gue siapin kamera dulu.” Charlo mengeluarkan kamera dari ranselnya.
“Gais, gue baca-baca, katanya umbi gadung ini tuh beracun, ya? Racunnya termasuk golongan sianida,” papar Mahen seraya membaca informasi melalui ponselnya.
“Iya, sih. Gue juga baca gitu, makannya nanti kita tanyain, gimana cara ngolahnya, supaya si racunnya hilang.” Arjuna menanggapi.
“Fatal banget ya kalau cara pengolahannya salah,” tambah Qistiya.
“Bisa-bisa hilang nyawa kaya kasusnya Mirna.” Ardana ikut menimpali.
Zuney ikut menambahkan, “kalian tau gak sih, walau racunnya udah ilang dan pengolahannya udah bener, umbi gadung ini tuh bisa menyebabkan efek mabuk kalau dikonsumsi berlebihan.”
“Wah? Iya gitu?” Hakim merasa terkejut.
Zuney mengangguk. “Gue tau pas googling tadi, sih. Biar lebih jelasnya nanti kita tanyain aja, deh.”
Akhirnya mereka sampai di tempat pengolahan keripik gadung.
“Assalamualaikum!!” sapa para mahasiswa dengan ramah kepada warga yang sedang bahu membahu mengolah keripik gadung.
“Waalaikumsalam!! Eh, ada mahasiswa,” jawab para warga dengan senang.
“Bapak, Ibu, maaf menganggu waktunya. Kami mahasiswa KKN dari Universitas Dharmakarya, mau berkunjung dan melihat proses pembuatan keripik gadung khas Cikaobandung.” Arjuna selaku ketua pun membuka pembicaraan.
Para warga yang sedang memotong-motong gadung itu pun berdiri. “Oh iya atuh, mangga. Ini kita lagi proses pemotongan gadung, motongnya pakai alat, terus harus pakai sarung tangan, soalnya suka gatel,” papar Pak Rudi.
Para mahasiswa pun melihat proses pemotongan gadung-gadung itu. setelah di potong, rupanya gadung yang sudah tipis-tipis itu langsung dilumuri abu oleh para warga.
“Ini langsung dilumuri abu gosok ya, Pak?” tanya Zuney yang ikut berjongkok bersama warga.
“Iya, Teh. Soalnya kan gadung tuh beracun, jadi proses penyiapannya juga harus betul-betul. Biar racunnya teh hilang,” jelas salah satu ibu yang sedang melumuri irisan gadung dengan abu.
“Kita boleh bantu gak, Bu?” tanya Qistiya yang sudah sangat antusias.
“Oiya boleh-boleh. Sebentar, Ibu ambil tambahan abunya lagi, ya.” Si Ibu berdiri, membuka sebuah karung dan menabur abu di atas terpal yang sengaja di gelar.
Para mahasiswa pun berjongkok, menunggu irisan-irisan gadung itu meluncur. Kemudian melumuri gadung dengan abu. Sementara Charlo tetap berdiri, dan siap meliput kegiatan siang ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/280976174-288-k545130.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mel(ingkar) ✔
Novela JuvenilIni kisah tentang sepuluh orang yang mempunyai kebiasaan duduk melingkar, memecahkan berbagai masalah, dan menabung kenangan masa muda. Berikrar akan selalu berteman selamanya dan berharap tidak ada satu kata yang mampu mengubah lingkaran itu hanya...