“Kak Prima... Cewek gue.”
Ucapan itu berhasil membuat semua anggota menoleh pada Zuney, mereka semua memandang Zuney dengan tatapan tidak percaya, meminta penjelasan, dan juga rasa iba.
Zuney pun bingung harus berkata apa, namun dengan cepat Panji berdiri, dan menarik tangan Zuney. “Kak, aku laper, anterin beli nasi goreng, ya? Plis,” pintanya dengan wajah memelas.
Zuney menatap Arjuna, seolah meminta izin, dan ketika cowok itu mengangguk, Zuney menyetujui ajakan Panji. “Tau tempatnya?”
“Tau, Kak. Ayo.” Panji lantas membawa Zuney keluar dari rumah Bu Fatma.
Setelah semua urusan selesai, para anggota kembali ke posko. Namun kini di posko hanya ada tujuh orang. Mahen sedang mengantarkan ponsel Prima yang tertinggal, sementara Zuney dan Panji sedang membeli nasi goreng.
“Anjir, sahabat aing, Jun! Si Zuney pasti sedih pisan.” (Anjir, sahabat gue, Jun! Si Zuney pasti sedih banget.) Hakim mengacak rambutnya sendiri. “Mahen brengsek banget!” umpatnya.
Ardana pun termenung. “Mas, padahal baru tadi pagi, ya, dia bilang seneng pas Mahen ngelus kepalanya.”
Arjuna menghela nafas. “Mahen emang salah, tapi gak semua salah Mahen, gais.”
Hakim menatap tajam pada Arjuna. “Maksud, lo?”
Charlo dan Jeno lantas mengusap-usap pundak Hakim yang mulai tersulut emosi. “Sabar, Kim,” ujar Jeno.
“Hiks...” Vannesa terisak. “Pasti Zuney sedih banget.”
Qistiya mengusap-usap pundak Vannesa. “Ca, Zuneynya aja nggak nangis, lho. Masa lo nangis?”
Arjuna tersenyum pelan mendengar ucapan Qistiya. Lalu tangannya meraba baju bagian depannya yang masih lembab akibat air mata Zuney.
“Gais, gini. Selama ini, kan, Mahen juga nggak pernah bilang kalau Mahen suka Zuney, terus—”
“Tapi, kan, sikap si Mahen manis banget, anjir. Cewek mana yang nggak salah paham sama sikap cowok semanis itu?” Qistiya ikut berkomentar.
Arjuna lagi-lagi menghembuskan nafasnya. “Kalian bisa dengerin gue dulu, nggak? Kesel gue lama-lama.”
“Udah, udah, gais.” Jeno menengahi. “Lanjut, Jun.”
“Kan, gue udah bilang, Mahen emang salah, salah banget, dia udah punya Kak Prima, tapi masih aja tebar jaring. Dan di sini Zuney juga salah, karena dia dengan mudahnya menjatuhkan hati ke orang yang sama sekali gak dicari tau latar belakangnya,” papar Arjuna dengan serius. “Jadi plis, gais. Udah, ya? Gue mohon sama kalian, untuk nggak memperpanjang masalah ini, KKN kita masih lama, nggak enak kalau ada yang berantem gini.”
Semua pun mengangguk-anggukkan kepala.
“Tapi semuanya gak ada yang tau kalau si Mahen udah taken, kan?” Charlo menyuarakan pertanyaannya. “Boleh nggak sih kalau gue nonjok dia sekaliiii aja.”
“Boleh,” celetuk Arjuna. “Gue titip satu, kalau gitu.”
“Gue juga. titip tiga,” kata Hakim.
“Gue nggak mau nitip.” Vannesa mengangkat tangannya. “Gue mau nonjok sendiri aja.”
“Ca...?” Semua kini menatap Vannesa dengan tatapan heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mel(ingkar) ✔
Teen FictionIni kisah tentang sepuluh orang yang mempunyai kebiasaan duduk melingkar, memecahkan berbagai masalah, dan menabung kenangan masa muda. Berikrar akan selalu berteman selamanya dan berharap tidak ada satu kata yang mampu mengubah lingkaran itu hanya...