Selepas makan siang, Kang Jeffri dan Kang Derry pamit pulang, dan kini kondisi di posko dihiasi dengan kesibukan para mahasiswa.
Mahen sudah mengeluarkan dua gulung kertas karton manila yang tadi sempat dibelinya bersama Zuney. Mahen yang sedang menggunakan kaos polos hitam itu nampak sibuk membuat pola mahkota yang nantinya akan digunting oleh para anggota. "Segini kegedean gak, Ney?" tanyanya ketika berhasil membuat satu pola.
"Itu nanti bakal diiket di kepala ya, Hen?" tanya Zuney lagi setelah memerhtikan bentuk mahkota yang sudah Mahen buat.
"Iya. Pakai pita. Nanti di sini gue tulis nama-nama kita." Mahen mengambil spidol hitam. "Gue tulis nama gue dulu, deh. Buat sample."
Zuney masih memerhatikan gerakan tangan Mahen yang menuliskan 'Kak Mahen' di karton bentuk mahkota itu. "Bagus, kok. Ukurannya pas, tulisannya juga keliatan."
"Coba gue gunting dulu kali, ya?"
Zuney mengangguk, lalu memberikan gunting pada Mahen. "Jadi yang cowok pakai karton biru, yang cewek pakai karton pink?" tanyanya.
"Iya, Ney. Tadinya mau disamain, tapi setelah dipikir-pikir lagi, lo keliatan lucu kalau pakai warna pink."
Blush. Zuney mengerjapkan matanya berkali-kali, untuk menyadarkan dirinya bahwa apa yang barusan ia dengar itu nyata. Bukan sekedar halusinasi belaka. "Gue nggak se-feminim itu kali, Hen." Zuney kini meraih gulungan pita, guna menyembunyikan kegugupannya. "Ini gue harus gunting segimana?"
"Enam puluh senti cukup kayaknya."
Zuney menggunting gulungan pita itu, kemudian memberikannya pada Mahen. "Nih."
Mahen menerimanya, lalu dia membuat dua buah lubang di kanan-kiri mahkota, untuk menyambungkannya dengan pita. Setelah itu Mahen menggunakan mahkota itu di kepalanya, kemudian mengikat pita di belakangnya. "Gimana, Ney?"
Zuney terkekeh ketika melihat Mahen dengan senyum terukir indah, dan kedua alis yang terangkat sempurna. Kedua tangannya membentuk huruf V yang diletakkan di samping kanan kiri kepalanya, seperti telinga kelinci. "Lucu, Hen. Bagus."
Mahen tertawa. "Berarti fix, ya, modelnya gue buat kaya gini semua?"
Zuney mengangguk. "Lo yang buat polanya, gue yang gunting, ya?"
Mahen mengangguk setuju. Lalu datang Hakim dan Charlo lengkap dengan es kelapa dan jajanan baso goreng bertabur bumbu. Mereka menghampiri Zuney dan Mahen,
"Bikin apaan?" Charlo duduk di sebelah Zuney, lalu mengangsurkan jajanannya. "Mau nggak? Basreng. Enak," tawarnya sembari mengunyah.
"Mau. Tapi tangan gue sibuk," timpal Zuney tanpa melepas gunting yang ada di tangannya. "Aaaaaaaaa," ucapnya seraya membuka mulut. "Suapin," pintanya.
Charlo mengrenyitkan dahi. "Kim, lo aja yang nyuapin Zuney."
Hakim tertawa. "Maneh mau?"
Zuney mengangguk.
"Yaudah, nih." Hakim mengambil satu basreng yang ada di plastik, lalu mengarahkan basreng itu pada Zuney. "Nih, Aaaa."
Zuney sudah membuka mulut. Namun Hakim dengan jahilnya menjilat dulu bumbu basreng itu dan memberikannya pada Zuney. Otomatis Zuney menutup mulut. "Syalan, lo, Kim!"
Hakim dan Charlo tertawa puas, sampai-sampai Hakim sudah berguling-guling di lantai.
"Gue dari awal juga udah curiga, seorang Hakim dengan mudahnya ngasih jajanan ke gue, itu gak mungkin," gerutu Zuney. "Eh, si Juna kemana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mel(ingkar) ✔
Teen FictionIni kisah tentang sepuluh orang yang mempunyai kebiasaan duduk melingkar, memecahkan berbagai masalah, dan menabung kenangan masa muda. Berikrar akan selalu berteman selamanya dan berharap tidak ada satu kata yang mampu mengubah lingkaran itu hanya...