44 - Serius gue

170 28 5
                                    

Lomba mewarnai untuk memperingati Hari Anak Nasional pun berjalan meriah. Ruangan taman baca pun sudah di dekor dengan indah. Banyak balon berwarna-warni yang saling sambung menyambung di dinding. Juga pita warna-warni yang menjntai dari satu rak buku ke rak buku lainnya.

            Alunan lagu anak-anak pun terdengar mengiringi keceriaan mereka hari ini. Meski karpet pelastik milik Hakim sudah ternodai dengan berbagai macam warna krayon, namun itu membuat semua justru lebih hidup.

            Zuney sedang membantu mewarnai bersama Andhira, anak paling kecil di sini. Gadis cantik itu nampak tertawa ketika melihat Andhira yang memegang krayon saja pun belum betul.

            “Mewarnainya yang rapi, ya! Jangan keluar garis!” seru Mahen seraya berkeliling mengitari anak-anak yang sedang serius dengan proyeknya.

            Charlo sudah membidik berbagai macam ekspresi anak-anak. Lalu cowok itu terfokus pada satu anak laki-laki yang mewarnai dengan sangat bagus. “Wih, bagus banget,” pujinya, “belajar gradasi warna di mana?”

            Anak itu menoleh lalu tersenyum. “Dari guru, Kak.”

            Charlo menepuk-nepuk pelan pundak anak itu. “Keren, keren.”

            Qistiya, Vannesa dan Panji ikut membantu anak-anak dan membuat lingkaran-lingkaran kecil. Sedangkan Hakim dan Jendra sibuk memasang kembali pita-pita yang lepas karena sengaja ditarik oleh anak-anak.

            Arjuna memantau semuanya, lalu cowok itu membuka aplikasi instagram dan melihat perayaan Hari Anak Nasional di kelompok lain. Saat dirinya tengah fokus pada layar ponsel, ada satu kepala yang mendarat di pundaknya, membuat Arjuna menoleh cepat. “Dek? Kenapa?”

            Ardana. Ya tentu saja itu Ardana. Cowok itu nampak lemas dan memegangi perutnya yang terasa nyeri. “Mas, sakit perut,” keluhnya pelan. “Sakit banget, anterin ke posko.”

            “Udah makan belum tadi?” tanya Arjuna.

            Ardana menggeleng. “Gak kepengen.”

            “Mmm, kebiasaan.” Arjuna menarik pundaknya. “Sana sendiri ke posko. Udah tau punya magh, sok sokan gak makan.”

            “Mas, sakitnya sampe ke punggung.”

            “Ini?” tanya Arjuna seraya memijat-mijat punggung Ardana.

            “Iya, itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

            “Iya, itu. Sakit banget. Anterin ke posko...” Ardana kembali mencari pundak Arjuna. “Mas Una...”

            “Nggak. Lo kan lagi marah sama gue.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mel(ingkar) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang