3. (ATHALA)

25 4 0
                                    

Hanya ada dua pilihan, di sakiti dan menyakiti.

A
T
H
A
L
A
°°°°☆°°°°


Happy Reading!

Dua puluh menit perjalanan berhasil di tempuh, dan kini Athala sudah sampai di depan sekolahnya tepat waktu.

Gadis itu turun setelah membayar ongkos taksi yang ia tumpangi. Ia berjalan santai memasuki sekolah dengan gaya khas miliknya. Aura yang ada pada dirinya selalu membuat orang lain harus berhati-hati jika berurusan denganya.

"Athala!"

Mendengar panggilan namanya membuat Athala sontak menghentikan langkah, kemudian membalikkan badan ke arah sumber suara.

"Tumben lo naik taksi? Si Rafka nggak jemput lo?" Tanya Elya yang baru saja memarkir motornya di parkiran.

"Nggak." Balasnya singkat, lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas. Dan begitu juga dengan Elya yang kemudian berusaha menyamai langkah Athala yang tergolong sangat cepat.

"Emang Rafka kemana, La?"

Athala menggeleng tipis, "gue nggak tau, El." Jawabnya pelan tanpa minat.

"Eh tunggu bentar!" Elya menahan  Athala agar tidak bergerak, gadis itu nampak menyipitkan kedua matanya kala melihat luka memar di kening Athala. "Kening lo kenapa?" Tanyanya  mengunakan volume sedikit keras.

Athala memutar bola mata malas, "Kebentur." Jawabnya, kemudian Gadis itu kembali melanjutkan langkahnya, yang benar-benar ia paksakan lantara lututnya masih terasa sangat ngilu.

Kini mereka berdua sudah sampai di kelas, Athala langsung mendudukan dirinya di bangku kemudian meletakkan kepalanya di atas meja. Sepertinya saat ini penyakit malesnya sedang kambuh.

Elya dan Zena yang melihatnya hanya saling menatap satu sama lain, mereka merasa sedikit  bingung, pasalnya gadis itu tak biasanya terlihat lesuh di pagi hari.

"Lo semalem nggak tidur, La?" tanya Zena dari tempat duduknya yang berada di belakang Athala. Sedangkan Athala hanya merespon dengan anggukan tipis, lalu bangkit dari bangkunya dan keluar meninggalkan kelas.

Zena menatap intens kepergian Athala "Kenapa tuh anak?" tanya-nya ke arah Elya.

Elya menggedikkan bahunya, "Gue nggak tau, tapi kayaknya gara-gara Rafka nggak jemput di---"

"Athala kemana?" Srobot Rafka,cowok itu berhasil memotong ucapan Elya. ia nampak baru saja datang dengan nafas tak beraturan. 

Melihat itu  membuat Zena menatapnya itu dengan ekspresi keheranan. Rafka seperti orang yang baru saja di kejar setan. Lihatlah! keringat ber cucuran, nafas yang tak beraturan, dan dasi yang tidak terpasang sempurna.

"Lu kenapa Raf? Dari mana aja?" Tanya Zena menggebu-gebu.

Tak ada minat untuk menjawab pertanyaan Zena, cowok itu kembali menanyakan keberadaan Athala. "Gue tanya Athala kemana?"

Elya menggeleng pelan melihat tingkah Cowok di depannya. "Tadi keluar. Kayaknya moodnya lagi nggak beres." Jawabnya, sedangkan Zena hanya diam tanpa ingin mengeluarkan sepatah kata pun.

Mendengar jawaban Elya, Rafka langsung beranjak keluar dari kelas untuk mencari keberadaan Athala.

Hampir seluruh tempat di sekolah ini sudah ia datangi, namun tetap saja, gadis yang ia cari belum juga menampakkan diri.

Sudah puluhan kali Rafka mencoba menghubungi Athala, namun kenyataannya nihil. Sepertinya gadis itu telah mematikan ponselnya.

"Arghhh! Kemana sih lo, La!" Teriak Rafka frustasi, ia benar-benar kawatir dengan gadis itu.

ATHALA MISERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang