Karakter seseorang akan terbentuk sesuai kehidupan yang mereka jalani.
A
T
H
A
L
A
●○••••••●○"Minggir...! Queen Athala mau lewat!" ledek salah satu siswa yang ada di koridor.
Athala berusaha mengabaikan sindiran tersebut. Gadis itu terus melangkah menuju kelasnya tanpa menoleh sedikit pun. Hari ini adalah hari ketiga ia berangkat ke sekolah setelah kejadian vidio rekaman itu disebar. Ia tidak mau dicap sebagai pengecut oleh para murid di sekolah ini, itulah alasannya hingga saat ini ia masih tetap berangkat ke sekolah. Meskipun ia tau ia akan mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari semua orang di sekolah ini.
Jarak pintu kelas saat ini hanya tinggal lima langkah kedepan, namun tiba-tiba ia merasa ingin segera pergi ke toilet. Tak mau berpikir lama, Athala segera berputar arah untuk menuju toilet yang letaknya tak jauh dari tempat parkir.
Gadis itu berjalan cepat, melewati segerompol siswa-siwi yang sejak tadi melemparinya dengan tatapan tak mengenakkan. Bahkan beberapa dari mereka tak segan berusaha menghalangi jalannya.
Athala hanya menghela nafas kasar. Ia lantas mempercepat langkahnya untuk segera menuju toilet. Sesampainya di toilet, gadis itu langsung memasuki sebuah pintu yang di dalamnya terdapat beberapa bilik toilet.
Usai menuntaskan keinginannya, Athala akhirnya keluar dari toilet. Tanganya mencepol asal rambut hitamnya, sehingga kini leher jengjangnya dapat terekspos. Langkahnya tiba-tiba berhenti tepat di ambang pintu toilet ketika melihat seorang gadis berdiri di depannya.
"Zena--" sapanya pelan. Namun bukannya merespon, Zena malah tertawa garing.
"Gimana, La? Enak nggak kehidupan barunya di sekolah?" tanyanya dengan memasang wajah cemberut yang di buat-buat.
Melihat itu membuat emosi Athala seketika naik, "maksud lo apa sih, Zen?"
"Ternyata nggak susah, ya! Bikin lo di benci banyak orang," Zena tersenyum miring setelah mengucapkan hal tersebut.
Athala mengernyit, ucapan Zena seakan membawa sebuah jawab untuknya. "Jangan-jangan lo yang udah nyebarin vidio itu?"
"Iya! Emang gue yang udah nyebarin vidio itu. Gue juga yang udah ngerjain lo kemarin!" Seloroh Zena santai tanpa rasa bersalah sedikit pun.
Mendengar itu membuat jantung Athala berdegup kencang. Rupanya selama ini ia salah sangka pada Elya.
"Gue salah apa sama lo, Zen? Sampek lo tega nglakuin itu!" cicitnya.
"Lo tu egois! Lo selalu ingin jadi nomor satu. Hidup lo enak, Athala! Lo selalu bisa dapetin apa yang lo mau!" Zena menjeda ucapannya, "lo selalu punya banyak temen. Bahkan semua orang di sekolah ini takut sama lo!" lanjutnya. Selama ini ia memang sudah lama menyimpan rasa benci pad sahabatnya sendiri. Semuanya berawal dari Athala yang selalu mengalahkannya ketika pembagian peringkat kelas. Athala selalu saja menjadi nomor satu, sedangkan ia hanya bisa bertahan di posisi kedua. Padahal selama ini juga sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengalahkan Athala.
"Jadi itu alasannya lo nglakuin hal serendah ini?" Athala menimpali dengan nada datar. Athala masih tidak percaya, ternyata Zena punya pemikiran sedangkal ini.
"Gue iri sama hidup lo!" Zena berteriak tepat di depan wajah Athala.
Athala terkekeh, gadis di depannya ini tidak pernah tau sekeras apa hidupnya. Memang jika hanya dilihat, semua orang pasti akan menilai kehidupan Athala sangat beruntung. Padahal kenyataanya, semua hanyalah topeng yang sedang ia mainkan.
Melihat Athala yang hanya terdiam, Zena akhirnya kembali bersuara. "Sekarang nikmati aja permainannya!"
"Padahal kita sahabat, Zen. Seharusny lo bisa ngomong baik-baik ke gue, nggak kayak gini caranya!" balas Athala.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA MISERY
Teen Fiction"Gue gila!" "Gue bodoh!" "GUE NGGAK BERGUNA!" jeritnya keras. Bibirnya tersenyum hambar, meskipun matanya tak berhenti mengeluarkan air mata. Ia merasakan sesak yang begitu dasyat di dadanya. Dan lagi-lagi darah kembali mengalir dari hidungnya, Ia b...