10. (ATHALA)

23 3 0
                                    

Aku lelah menuahkan tangis ketika malam tiba, lalu kembali menciptakan tawa ketika siang. Rupanya begitu kejam diriku menipu Semesta seolah sedang baik-baik saja.
A
T
H
A
L
A
••••••

Pagi ini Athala sudah siap dengan seragam sekolahnya, hari ini ia akan kembali bersekolah setelah kemarin ia tidak masuk tanpa keterangan akibat Mario mengurungnya di gudang.

Gadis itu melangkah menuruni tangga dengan sesekali bersenandung menyanyikan lagu-lagu kesukaannya. Namun seketika ia menghentikan langkahnya kala melihat pemandangan yang selama ini selalu membuatnya iri.

Di bawah sana, Agatha tengah berpamitan kepada Mario dan Erna untuk berangkat sekolah. Gadis itu mencium tangan keduanya, yang tentunya mendapat respon yang begitu lembut dari Mario dan Erna. Kini mata Athala memanas, jujur ia juga sangat ingin mencium tangan mereka berdua. Selama ini ketika Athala mencoba menyalami Mario dan Erna, keduanya pasti akan menolak kemudian menghindar.

Setelah melihat Agatha tengah berlalu, Athala mencoba melangkah mendekati Mario dan Erna yang masih duduk di meja makan.

Melihat kehadiran Athala yang semakin mendekat kearahnya, Mario segera menghentikan suapan pada mulutnya. Pria itu melempar tatapan tajam kearah putri sulungnya itu. "Kenapa kamu kesini? Bukanya sudah sering saya bilang, jangan pernah mendekat ketika saya sedang makan!!" Bentaknya.

Athala menunduk, sebenarnya gadis itu hanya ingin berpamitan seperti yang dilakukan oleh adiknya tadi. "Ala cuman pengen salim sama Papa sama Mama." Ucap Athala pelan yang nyaris tidak terdengar.

Mendengar ucapan yang keluar dari mulut Athala, Erna lantas tersenyum. "Kamu mau salim sama Saya?" Tanya wanita itu, membuat senyum Athala merekah karena mendapat respon dari Mamanya. Gadis itu langsung meraih tangan kanan Erna dengan antusias, namun segera di tepis kasar oleh wanita itu. Merasa kaget, Athala langsung menarik tanganya kemudian menatap kearah Mamanya dengan sorot mata yang susah di jelaskan.

"Tangan saya nggak akan sudi dipegang sama anak seperti kamu!" Ujar Erna yang langsung membuat hati Athala merasa tersayat. Baru saja ia merasa senang karna ia berfikir Erna telah sadar dan berubah fikiran, namun kenyataanya tidak ada yang berubah dari wanita itu. Semuanya masih sama dengan sebelum-sebelumnya.

Kini Athala beralih menatap Mario yang ternyata juga sedang menatapnya. Pria itu terlihat sedang merogoh tas kerja, kemudian melempar satu Amplop tebal kearahnya.

Dengan sigap Atahla menangkapnya, gadis itu tersenyum miring setelah mengetahui apa isi di balik Amplop tebal tersebut. Ia meletakkan kembali amplop itu di atas meja makan, membuat Mario menggeram marah.

"Aku nggak minta uang. Aku hanya ingin kasih sayang dari kalian!" Cecar Athala, matanya menatap Mario dan Erna secara bergantian dengan tatapan penuh harap.

Mario mendengus, "Diamlah! Dan ambil uang itu. Saya tidak mau orang-orang berkata jika saya tidak bisa memberimu uang!"

Setelah terdiam cukup lama, akhirnya Athala mengangguk pasrah, dari dulu Papanya memang seperti itu, dia lebih mementingkan Harga diri dan martabatnya meskipun kenyataannya semua hanya pecitraan belaka.

Gadis itu kemudian mengulurkan tangan, berharap Papanya mau menerima uluran tangan untuk bersalaman. Namun kenyataannya sama saja, Mario juga menepis tanganya sama seperti yang dilakukan oleh Erna sebelumnya. Lagi-lagi Athala hanya tersenyum, gadis itu mencoba ikhlas untuk menerima segala perlakuan yang ia dapat. Meskipun ia juga tidak dapat berbohong bahwa saat ini hatinya begitu sakit, rasanya seperti tertancap ribuan belati di dalam sana.

ATHALA MISERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang