9. (ATHALA)

20 3 0
                                    

Itulah manusia, selau mengedepankan dunia seakan dunia adalah sesuatu yang amerta. Padahal kenyata'an nya dunia hanyalah hal fana, yang bisa musnah kapan saja.
A
T
H
A
L
A
HAPPY READING!!

•••••

"Gue capek! Mungkin kalo gue nggak inget dosa, gue udah tamat dari dulu." Gadis itu tersenyum kecut di akhir kalimatnya.

"Jangan ngomong seperti itu, kamu harus tetap bertahan. Dunia ini memang tidak adil, dan kamu harus bisa membenarkan garis keadilan itu."

Lagi-lagi Athala terkekeh, "Gue terlalu lemah, bahkan untuk membela diri gue sendiri aja gue nggak mampu."

"Kamu kuat Athala, jangan pernah menyerah sebelum kamu mendapat keadilan yang kamu mau."

"Gue gabisa janji." Setelah mengucapkan itu Athala menoleh, matanya menatap nanar kearah samping. Tanpa sadar bibirnya tersenyum miring, kemudian gadis itu meremas rambutnya dan membenturkan kepalanya di tembok.

"Gue gila," lirihnya, ia mengedarkan pandangan keseluruh ruangan. Namun yang ada hanyalah kekosongan, ia benar-benar sendiri.

Lagi dan lagi Delusinya berhasil membuatnya tenggelam. Akhir-akhir ini ia sering merasa ada sosok yang selalu menguatkan dirinya, meskipun sebenarnya tidak ada sama sekali.

Suara perutnya berhasil mengalihkan perhatiannya, Athala meremas perutnya yang sudah berteriak ingin diisi. Ia lapar, sejak kemarin ia belum memakan apapun. Dari semalam ia tertidur di gudang ini tanpa ada yang ingin memberikannya makanan.

Brak!!

Pintu terbuka dengan kasar, dan itu Mario pelakunya. Pria itu datang dengan ikat pinggang di tanganya. Kedua matanya memerah memancarkan amarah yang siap meledak kapanpun.

Athala yang merasa terancam kini berdiri, gadis itu bergerak mundur hingga punggungnya menempel pada dinding. Jantung Athala terpacu lebih cepat, beberapa memory di otaknya berputar membuat kepalanya terasa pusing.

"Pa-papa mau ngapain?" tanya Athala dengan gugup.

Perlahan Mario mendekat, pria itu sama sekali tidak ingin mengeluarkan sepatah katapun. Dan tanpa aba-aba Mario menebas pinggang Athala dengan ikat pinggang, membuat tubuh gadis itu seketika merosot di lantai.

Ceplak!!

Ceplak!!

Ceplak!!

Athala meringkuk, ia menggigit bibir bawahnya begitu kuat hingga mengeluarkan darah segar.
Pungungnya sudah terasa perih dan ngilu, gadis itu memejamkan mata kemudian kembali membukannya.

"DASAR ANAK PEMBAWA SIAL!" Bentak Mario kencang hingga suaranya mengema di ruangan kedap suara ini.

Athala menangis, bibirnya terasa kelu hanya untuk menanyakan apa kesalahannya. Di dalam otaknya terasa berisik, banyak teriakan-teriakan yang menggema di kepalanya.

Mario mengepalkan tangan, membuat Athala semakin ketakutan melihatnya. Kemudian pria itu berjongkok tepat di hadapan Athala, tangan kanannya mencekram dagu gadis itu dan mengangkatnya agar Athala mau menatap kedua matanya. "Asalkan kamu tau? Perusahaan saya kehilangan kerjasama dengan perusahaan pamanmu." Ujar Mario, "Dan kamu tau apa akibatnya? Akibatnya perusahaan saya akan hancur, Athala!" Sentaknya tepat di depan wajah Athala, membuat gadis itu memejamkan mata.

ATHALA MISERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang