26. (ATHALA)

6 3 0
                                    

Rasa sayang yang terlalu besar bisa mengalahkan segalannya, termasuk dirimu sendiri.
A
T
H
A
L
A
●○••••••●○

Athala berdiri di balkon kamar, kedua tanganya bertumpu pada pagar pembatas yang terbuat dari besi. Sudah satu jam lamanya ia berada di sana, awalnya Athala hanya ingin menikmati teh dan melihat senja yang baru saja digantikan oleh awan gelap yang kini telah menyelimuti seluruh bumi.

Kedua matanya menatap kosong ke arah depan, fikirannya saat ini benar-benar kalut akibat memikirkan keadaan Rafka. Setelah pemakaman Sahla kemarin sore, hingga saat ini Rafka belum juga mengabarinya. Ia tidak berani menelfon cowok itu terlebih dahulu, karena mungkin saja Rafka memang masih butuh waktu untuk sendiri. Tetapi hatinya tidak dapat berbohong, ia sangat menghawatirkan keadaan Rafka.

Sayup-sayup suara ponselnya terdengar dari dalam kamar. Athala langsung bergegas masuk untuk melihat siapa orang yang saat ini menghubunginya. Ia terdiam sebentar ketika melihat panggilan dari nomor yang tidak ia kenali. Namun pada akhirnya ia tetap mengangkat panggilan tersebut.

"Halo, Non! Ini Bik Mirna."

Setelah mendengar suara dari sebrang sana, Athala mengerutkan keningnya. Tak biasanya Bik Mirna menghubungi dirinya, jangan-jangan terjadi sesuatu pada Rafka, pikirnya.

"Kenapa, Bik?"

"Non Athala lagi sama Den Rafka?"

"Ngga, Bik," jawab Athala dengan cepat.

"Den Rafka nggak pulang dari semalam Non! Bibik telfon juga nggak diangkat. Ini Papanya udah marah-marah dari tadi karena Den Rafka nggak pulang-pulang." jelas Bik Mirna dari dalam telfon.

Jantung Athala berdegup kencang, rasa kawatirnya semakin menjadi-jadi setelah Bik Mirna mengatakan hal tersebut.

"Yasudah, Bik. Nanti Athala coba cari, terima kasih infonya." Setelah itu ia menutup panggilan secara sepihak. Athala langsung beranjak memakai jaketnya dan mengganti sandal bulunya dengan sepatu berwarna putih.

Sebelum keluar dari kamar, ia mencoba untuk menghubungi nomor Rafka. Siapa tau jika dirinya yang menelfon maka cowok itu akan menjawabnya. Athala menekan fitur panggilan, dan baru beberapa detik panggilan itu sudah terhubung pada Rafka. Athala tersenyum tipis melihatnya, ia langsung menempelkan ponsel itu pada telinganya.

"Halo, Raf. Lo di mana?"

Athala mengerutkan dahinya ketika tidak ada sahutan dari pria itu, yang ia dengar hanyalah suara musik yang terdengar begitu keras, serta teriakan orang-orang di sekitarnya.

"Raf, lo di mana?" sekali lagi Athala melempar pertanyaan pada cowok itu.

"Di sini..." gumam Rafka dari sebrang sana.

Sialan! Batin Athala. Benar dugaannya, cowok itu sedang berada di club. Di tambah suara Rafka yang terdengar tidak jelas, membuat Athala yakin jika cowok itu sedang dalam pengaruh Alkohol.

Tak mau membuang-buang waktu, Athala segera keluar dari kamarnya, gadis itu sedikit berlari menuruni anak tangga untuk menuju garansi. Dan sesampainya di garansi, Athala langsung naik ke atas kuda besi kesayangannya. Gadis itu meyalakan motornya, kemudian perlahan mulai membawa motor tersebut untuk keluar dari pekarangan rumah.

Di perjalanan Athala tidak berhenti memikirkan keadaan Rafka. Sebab baru kali ini ia mengetahui Rafka menginjakkan kaki di club. Sejak dulu cowok itu selalu mengingatkannya untuk tidak mendekati dunia malam seperti itu, karena sekalinya terjun maka akan susah untuk kita kembali kepermukaan.

ATHALA MISERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang