39. (ATHALA)

9 2 0
                                    

Terkadang, orang-orang yang berada di dekatmu adalah sumber kehancuran dalam hidupmu.
A
T
H
A
L
A
▪•••••••▪
♡HAPPY READING♡


"Kamu memang tidak tau diri, Erna!"

"Kamu yang tidak tahu diri, Mas!" sergah Erna.

"Kurang ajar kamu!"

Suara pecahan barang-barang yang dilempar terdengar nyaring di seluruh rumah. Teriakan dari dua manusia berbeda jenis saling bersautan memecahkan gendang telingan pendengarnya. Hampir sepuluh menit perdebatan itu berlangsung, hingga saat ini masih belum berhenti.

Athala menunduk menatap nanar kedua manusia di bawah sana. Ia berdiri di pagar pembatas lantai dua yang bisa membuatnya melihat secara langsung ke ruang tengah di rumahnya.

Tidak jauh di tempatnya berdiri, terlihat Agatha yang juga berdiri menyaksikan keributan di bawah sana. Mata gadis itu berkaca-kaca, sudah lama suara kegaduhan seperti ini tidak terdengar di telinganya. Namun saat ini ia kembali mendengarnya lagi, bahkan kali ini rasanya lebih parah. Banyak barang-barang yang pecah di bawah sana, bahkan beberapa guci kesayangan Erna juga sudah pecah menjadi beberapa bagian.

Athala menghela nafas gusar, matanya melirik sekilas kearah Agatha yang terlihat ketakutan menyaksikan pertengkaran  kedua orang tuanya.

Malam ini keadaan rumah tidak seperti biasannya. Athala yang semula berdiam diri di dalam kamar, terpaksa harus keluar untuk melihat apa yang terjadi. Rupanya di bawah sana Mario dan Erna sedang berdebat perihal rumah tangga mereka. Athala yakin, Papanya baru saja melihat kelakuan busuk Erna yang sering jalan dengan pria lain.

"Kurang apa saya, Hah?!"

"Puluhan tahun saya mencukupi semua kebutuhan kamu, dan sekarang kamu malah menghianati saya, Erna!" Sentak Mario.

Bukannya merasa bersalah atas apa yang ia lakukan, Erna malah semakin menantang ucapan Mario. Wanita paruh baya itu sudah merasa bosan hidup bersama lelaki yang selama ini tidak pernah memberikannya perhatian. Mario selalu saja menghabiskan waktu dengan pekerjaannya, itulah yang membuat Erna terpaksa mencari kebahagiaan bersama pria lain di luar jam kerjanya.

"Saya muak sama kamu, Mas! Selama kita menikah kamu nggak pernah sekali pun membuat saya bahagia!" tutur Erna dengan suara keras.

Mario mengeram marah mendengar perkataan Erna. Pria itu dengan cepat menampar pipi Erna hingga sang empu tertoleh kesamping.

Erna memeganggi pipinya yang terasa panas akibat tamparan suaminya. Matanya menatap tajam kearah Mario, baru kali ini Mario melayangkan tanparan kepadanya. Sungguh, hatinya benar-benar sakit, meskipun ia tahu semua ini terjadi karena ulahnya yang sudah tega menghianati Mario.

"Lepaskan aku, Mas! Biarin aku bebas, aku sudah tidak tahan hidup satu rumah sama kamu!" cecar Erna penuh emosi.

Mario tersenyum miring, "oke, kalo itu yang kamu mau. Saya tidak akan keberatan melepaskan penghianat seperti kamu, Erna!"

"Cepat bereskan barang-barang kamu! Dan untuk surat cerainya akan secepatnya saya urus!"

Deg...

Bagaikan di hantam oleh ribuan tombak, kini kedua gadis cantik yang terlahir dari satu rahim itu meluruh ke lantai secara bersaman. Lutut keduanya terasa kelu ketika mendengar kata terakhir yang Papanya ucapkan.

Sudah lama Athala menyadari keganjalan dalam pernikahan orang tuanya. Terlebih Athala sendiri pernah menyaksikan kelakuan Erna ketika di luar rumah.

Perceraian orang tua adalah hal yang sangat berpengaruh dalam kehidupan seorang anak. Mau sebejat apapun orang tuanya, Athala sama sekali tidak pernah berharap orang tuanya akan berpisah.

ATHALA MISERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang