23. (ATHALA)

10 2 0
                                    

Kita terlalu mendalami peran, hingga lupa jika manusia biasa berubah kapan saja.

•••●A T H A L A●•••

"Makan dulu, Athala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Makan dulu, Athala..." panggil Erna lembut. Wanita itu sudah rapi dengan baju khas wanita karir yang membalut tubuh langsingnya.

Athala yang merasa terpanggil langsung berjalan antusias menuju meja makan. Di sana sudah ada Mario, Erna dan juga Agatha yang baru saja hendak menyantap sarapan paginya.

"Sini, Sayang! Duduk depan Papa," Mario menunjuk kursi yang masih kosong di depannya. Pria itu tersenyum manis ke arah putri sulungnya yang kini sudah siap dengan seragam sekolah lengkap.

Athala mengangguk, kemudian mendudukkan bokongnya pada kursi yang tadi Mario tunjuk.

"Kamu mau makan pakai apa, Sayang?" tanya Erna pada Athala yang kini sudah duduk manis dengan senyuman yang tak pernah luntur dari bibirnya.

"Pakai ayam aja, Ma," jawabnya. Athala menoleh ke arah Agatha, adiknya itu melempar senyuman ke arahnya dengan senyuman yang begitu manis. Melihat itu membuat hati athala terenyuh seketika, ia benar-benar bahagia, sebab hari ini orang tuanya mau mengajaknya makan bersama di meja makan.

"Nih, habiskan!" titah Erna dengan menyodorkan sepiring nasi beserta lauk pauknya pada Athala. Dan dengan senang hati langsung diterima oleh sang empu.

"Habisin, Nak. Biar kamu nggak lapar pas di sekolah." ujar Mario. Pria itu baru saja menghabiskan makanannya di piring, dan kini beralih meneguk segelas air putih di hadapannya.

Perlahan Athala mulai menyendok nasi di piringnya, kemudian menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. Demi apapun, suasa seperti inilah yang selama ini Athala inginkan.

Setelah menghabiskan sarapannya, Athala menatap Mario dan Erna secara bergantian. Ia ingin mencium tangan keduanya sebelum berangkat sekolah.

Belum juga ia menyodorkan tangan, kini kedua orang tuanya telah lebih dulu mengulurkan tangan, tak lupa dengan senyuman manis di bibir mereka. Athala yang masih merasa bingung kini ia terdiam cukup lama, hingga Agatha lebih dulu bergerak mencium tangan Mario dam Erna.

"Kakak nggak mau salim sama Mama sama papa? Kok malah diem aja, sih?" Agatha berusaha membangunkan Athala dari lamunannya.

"Eh, ini mau salim, kok!" jawabnya sedikit gugup. Kemudian Athala meraih tangan Erna dan Mario serta menciumnya secara bergantian.

"Belajar yang benar  ya, sayang..." pesan Mario usai Athala mencium tanganya. ia mengelus kepala kedua putrinya dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Athala sontak terbangun dari mimpi indahnya, gadis itu dikejutkan dengan suara teriakan Bik Ijah dari luar kamarnya. Rupanya semua itu hanyalah mimpi, sebenarnya ia belum puas, Athala ingin terus melanjutkan mimpi indahnya. Hanya saja teriakan Bik Ijah benar-benar sudah merusak semuanya.

ATHALA MISERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang