45. (ATHALA)

16 3 0
                                    

Jangan terlalu percaya pada manusia, karena pada akhirnya mereka akan tetap berubah seiring berjalannya waktu. Bahkan, bisa jadi apa yang saat ini kamu anggap baik hanyalah manipulasi yang sengaja mereka ciptakan untuk mengelabuhimu. Lalu ketika tujuannya sudah terpenuhi, maka mereka akan pergi dan meninggalkan seribu penyesalan yang akan terus berputar di kepalamu.

A
T
H
A
L
A
♡●○●○●○●○♡

"Temen Papa mau memberikan investasi besar, tapi syaratnya Papa harus mau menjodohkan kamu dengan putrinya," terang Hendra dengan sorot mata penuh harap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Temen Papa mau memberikan investasi besar, tapi syaratnya Papa harus mau menjodohkan kamu dengan putrinya," terang Hendra dengan sorot mata penuh harap.

Deg! Ucapan Papanya benar-benar membuat Rafka kaget. Di zaman seperti ini ia harus menjalani perjodohan? Rafka terkekeh miris.

"Persyaratan macam apa itu? Rafka nggak mau!" jawabnya spontan. Bagaimana ia bisa menerima keputusan Hendra untuk menjodohkannya dengan orang lain jika perasaannya saja sudah habis ia berikan untuk Athala.

Raut wajah Hendra seketika berubah masam, sepertinya ia kurang suka dengan jawaban yang Rafka lontarkan barusan.

"Apa maksud kamu? Kalo kamu nggak mau menerima perjodohan itu, artinya kamu memang ingin keluarga kita bangkrut. Kamu mau kita hidup seperti dulu lagi, Hah?!" Nafas Hendra naik turun meluapkan emosinya. Ia tidak tahu harus melakukan apa lagi untuk meyelamatkan bisnisnya. Jalan satu-satunya adalah menerima tawaran temannya, dengan begitu dia akan mendapat investasi besar untuk bisnisnya yang kini berada diambang kehancuran.

"Sabar, Pa..." Riana yang duduk di sebelah Hendra kini berusaha meredam emosi pria itu. Sesekali ia juga melihat ke arah Rafka, ia tahu betul apa yang kini Rafka rasakan. Bukan hal mudah untuk menerima sebuah perjodohan di zaman seperti ini, apalagi Riana tau jika Rafka mencintai Athala. Ia mendapat info itu dari Bik Mirna beberapa bulan yang lalu.

"Rafka bukan anak kecil, Pa! Rafka juga berhak nentuin pilihan Rafka sendiri," protesnya.

Mario tersenyum kecut, "bagi saya kamu tetap anak kecil yang saya rawat dengan keringat saya Rafka! Itu artinya saya berhak menentukan pilihan untuk hidup kamu!"

Rafka tersenyut kecut, ia tidak menyangka Papanya akan mengungkit hal-hal seperti itu. Ia sadar ia selama ini sudah menjadi beban untuk orang tuanya, tapi bukannya itu memang sudah menjadi kewajiban mereka untuk mencukupi kebutuhannya? Lagi pula ia rasa ia tidak terlalu sering meminta ini itu pada mereka.

"Kali ini saya mohon pikirkan baik-baik! Papa minta tolong sama kamu, karena cuman ini yang bisa menyelamatkan bisnis kita. Papa tau ini emang nggak masuk akal, tapi memang kenyataannya seperti ini, mereka mau kamu nikah dengan putrinya," ujar Hendra dengan nada yang terdengar sedikit melunak. Pria itu berharap Rafka mau mempertimbangkan permintaannya.

Rafka menghembuskan nafas kasar, ia tidak ingin memberikan jawaban apapun pada Papanya. Ia butuh waktu untuk itu semua, permintaan dari Hendra bukanlah sesuatu yang mudah untuknya. Kali ini ia benar-benar dihadapkan oleh dua pilihan yang begitu rumit, ia tidak akan sanggup meninggalkan Athala setelah ia berjanji pada gadis itu semalam, akan tetapi ia juga tidak sanggup jika harus melihat bisnis Papanya bangkrut. Ia tidak siap melihat keadaan Papanya jika itu sampai terjadi, sebab sudah bertahun-tahun Papanya berjuang mati-matian merintis bisnis tersebut.

ATHALA MISERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang