8. (ATHALA)

21 3 0
                                    

Nyatanya berusaha tetap kuat hanya akan membuatmu semakin terluka
A
T
H
A
L
A

HAPPY READING!

••••••••

Pijar kuning keemasan mulai menggilir dari arah timur, memancarkan cahaya kontras yang merambat ke sela-sela cendela. Seorang gadis mengerjab berulang kali untuk menyesuaikan cahaya. Athala berusaha bangkit dari tidurnya, kemudian menyenderkan punggungnya pada kepala ranjang.

Kini jam menunjukkan pukul Enam lebih tiga menit. Hari ini adalah hari minggu, hari yang sangat dinanti-nantikan oleh semua orang termasuk Athala. Gadis itu beranjak dari tempat tidurnya, kemudian berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan badan.

Tak butuh waktu lama, kini gadis itu sudah siap dengan celana jins hitam dan kaos crop lengan pendek berwarna putih. Athala duduk di meja rias untuk sekedar memberi polesan bedak dan lipstik pada bibirnya.

Setelah selesai mempercantik diri, Athala berjalan keluar dari kamar. Rencananya ia ingin mengambil sarapan dan membawanya kekamar. Namun, setelah ia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangam dirumah ini, nampaknya kedua orang tuanya belum pulang. Gadis itu tersenyum lega, setidaknya pagi ini ia terhindar dari ucapan-ucapan pedas mereka berdua.

"Bik! Papa sama Mama belum pulang?" tanya gadis itu pada Bik Ijah yang sedang memasak nasi goreng di dapur.

Bik Ijah yang merasa terpanggil, lantas menolehkan kepalanya kebelakang. "Iya Non, di garansi belum ada mobil Nyonya sama Tuan." Jawab Bik Ijah.

Athala manggut-manggut, bibirnya membulat membentuk huruf O. "Emm...Udah mateng, Bik?" Tanyanya lagi, kemudian mendudukan diri di meja makan yang tak jauh dari tempat Bik Ijah memasak.

"Sebentar lagi, Non."

Lagi dan lagi Athala mengangguk, hingga sebuah suara derap langkah berhasil membuatnya mengalihkan pandangan kearah tangga. Di sana terdapat Agatha yang tengah menuruni tangga, gadis itu sudah terlihat rapi.

"Tha! Mau kemana?" Tanya Athala sedikit keras. Namun bukannya menjawab, Agatha hanya melirik sekilas kearahnya, kemudian kembali melanjutkan langkah menuju pintu yang berhubungan langsung dengan pintu garansi rumah ini.

Terdengar suara helaan nafas dari Athala, pasalnya lagi dan lagi usahanya untuk bersikap baik pada Agatha kembali diabaikan.

"Gausah difikirkan, Non!" Ucap Bik Ijah yang kini sudah ada di sampingnya dengan membawakan sepiring nasi goreng di tangannya. Bik Ijah kadang merasa iba dengan gadis di depannya ini, setiap hari Athala selalu berusaha untuk mendekatkan diri pada keluarganya, tapi tak jarang pula ia mendapat penolakan terang-terangan dari mereka.

Athala segera membuyarkan lamunannya, lalu tersenyum kearah Bik Ijah, "Terimakasih ya Bik?" ucapnya, kemudian mulai memakan nasi goreng di depannya.

Bik Ijah mengangguk, "Sama-sama Non, Bibik mau nyuci piring dulu ya?" Pamitnya yang kemudian segera di angguki oleh Athala.

Drtt..Drttt...!

Ponsel yang berada di dalam sakunya bergetar, membuat Athala seketika menghentikan suapan kedalam mulutnya kemudian merogoh ponsel di sakunya.

Gadis itu menatap lama layar ponselnya yang kini menunjukkan sebuah panggilan untuknya. Ia ragu untuk mengangkat, pasalnya ia sudah sangat tau apa yang akan di katakan orang itu.

Gadis itu menghela nafas sejenak, kemudian menggeser tombol hijau pada layar ponselnya.

"Selamat siang, Athala!"

ATHALA MISERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang