Sesuatu yang dipaksakan akan selalu berakhir menyakitkan.
A
T
H
A
L
A●•••••●
Lonceng telah berbunyi lima menit yang lalu, kini satu-persatu siswa mulai masuk ke dalam kelas dan menduduki bangkunya masing-masing. Termasuk Athala, gadis itu kini sudah duduk manis di bangkunya.Selang beberapa menit, seorang guru laki-laki dengan kepala botak memasuki ruangan. Seketika ruangan yang awalnya seramai pasar kini berubah senyap kala guru itu menapakkan kakinya di dalam kelas ini.
Jantung Atahla berdegup tak karuan. Ia merasa gelisah, ia takut jika apa yang ia pelajari semalam tidak keluar pada soal ujian kali ini. Di jam pertama hari ini, mata pelajaran Matematika akan menemani waktunya satu jam kedepan.
Athala menguap berulang kali. Entahlah, kini semua badanya terasa sakit, mungkin akibat semalam ia tertidur dalam posisi duduk. Di tambah lagi, ia hanya dapat memejamkan mata selama dua jam, karena tepat pada jam tiga Mario datang menghampirinya dan memaksanya untuk kembali belajar.
Sungguh, Athala sendiri tidak faham dengan orang tuanya. Mereka terlalu ambisius untuk menyuruhnya belajar, alasannya hanya satu, mereka tidak mau Athala kalah dari Serin. Sebab, kemanpuanya dan Serin memang hampir sama, setiap tahunnya Serin juga menjadj juara satu di kelas yang berbeda dengan Athala.
Rafka yang mendalat nomor bangku paling belakang, kini hanya mampu menatap Athala dari kejauhan. Dapat Rafka terka jika gadis itu semalam tidak tidur, kantung matanya terlihat jelas di ke dua mata milik Athala. Rafka menghela nafas kasar, jika sudah masuk ujian seperti ini maka ia harus menjaga jarak dengan Athala. Seperti tadi pagi, ia terlanjur menjemput gadis itu ke rumahnya, namun ternyata Athala sudah berangkat bersama Mario. Seingat Rafka, Mario memang selalu mengantar jemput Athala setiap waktunya ujian. Hal itulah yang membuat Rafka selama ini tidak pernah curiga dengan sifat asli Mario terhadap Athala.
"Selamat pagi, Anak-Anak!" sapa Pak Agus. Dan sedetik setelahnya semua murid kompak menjawab.
"Pagi, Pak....!"
"Oke! Sebelum saya bagikan soal dan lembar jawabannya, mari kita ber do'a sesuai kepercayaan masing-masing."
"Berdo'a mulai!"
Semua murid menunduk, mereka mereka melafalkan do'a-do'a kepercayaan agamanya masing-masing. Terutama Athala, gadis itu kini berdo'a dengan kedua mata terpejam, ia benar-benar merasa tegang dengan ujian kali ini. Sebab diujian kali ini adalah ujian terakhir yang akan ia lakukan sebelum kelulusan.
"Berdo'a selesai!" Pak Agus kembali menegakkan kepalanya. Pria parubaya itu beralih membagikan lembaran-lembaran soal di tangannya.
Di dalam lembar soal tersebut, ada sekitar lima puluh soal pilihan ganda dan sepuluh soal uraian. Baru melihatnya saja sudah membuat beberapa murid mengeluh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA MISERY
Teen Fiction"Gue gila!" "Gue bodoh!" "GUE NGGAK BERGUNA!" jeritnya keras. Bibirnya tersenyum hambar, meskipun matanya tak berhenti mengeluarkan air mata. Ia merasakan sesak yang begitu dasyat di dadanya. Dan lagi-lagi darah kembali mengalir dari hidungnya, Ia b...