Rotasi kehidupan akan mengajarkan kita arti kehidupan yang sesungguhnya.
A
T
H
A
L
A
••••••Mentari perlahan mulai memancarkan diri setelah semalam hujan turun tanpa henti membasahi tanah perindunnya. Sisa-sisa air hujan yang menetes dari pohon-pohon menguap menjadi embun.
Udara pagi ini terasa begitu dingin hingga menusuk ke tulang-tulang. Athala semakin merapatkan selimut yang membalut tubuhnya. Kini jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, hanya saja ia masih malas untuk bangun dari posisi tidurnya.
Semalam ia tidak bisa tidur karena asmannya kambuh. Kini kepalannya terasa berat, rasannya ia ingin terus tertidur seharian.
Tit! Tit....
Suara klakson mobil menelisik masuk ke indra pendengarnya. Entah mengapa gadis itu tiba-tiba merasa penasaran. Athala membuka selimut yang menutupi kepalanya, sejenak ia berfikir, kira-kira siapa yang sepagi ini datang ke rumahnya.
Tak mau berfikir lama, Athala langsung menyibak selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Gadis itu sedikit berlari ke arah balkon untuk melihat siapa pemilik mobil tersebut.
Dari atas sini, ia melihat Bik Ijah tengah membukakan gerbang, setelahnya sebuah mobil berwarna putih yang 'tak asing bagi Athala mulai memasuki pekarangan rumahnya.
Gadis itu mengernyit heran setelah melihat siapa yang baru saja turun dari mobil tersebut. Athala kembali masuk ke dalam kamarnya, gadis itu segera mencuci muka dan gosok gigi, sebab ia harus menemui gadis yang saat ini mungkin sudah menunggunya di ruang tamu.
'Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu yang Athala yakini adalah Bik Ijah pelakunnya.
Ketukan itu terus terdengar di telingannya. Athala tidak berniat menyauti, karena percuma saja ia berteriak sekeras apa pun, sebab ruangan ini kedap suara. Gadis itu segera berjalan untuk membuka pintu kamarnya setelah usai mencuci muka dan menggosok gigi.
"Ada-" Bik Ijah terpaksa menghentikan ucapannya, sebab Athala lebih dulu mengangguk, pertanda jika ia sudah mengetahui kedatangan seseorang di bawah.
Gadis dengan piyama bermotif mawar yang masih melakat pada tubuhnya itu perlahan berjalan menuruni anak tangga, diikuti dengan Bik Ijah.
Sesampainya di lantai satu, wanita parubaya itu segera menuju dapur untuk membuat minuman. Sedangkan Athala, kini gadis itu melanjutkan langkahnya menuju ruang tamu untuk menemui gadis yang kehadirannya berhasil menumbuhkan banyak pertannyaan di kepalannya.
"Kenapa lo ke sini?" tanya Athala dingin. Gadis itu kemudian duduk di sofa yang bersebrangan dengan gadis yang menyandang sebagai sepupunya itu. Ya, itu adalah Serin, gadis yang berhasil membuat Almarhum Mario serta Erna begitu membencinya selama ini.
Serin menghela nafas sejenak, kemudian gadis itu menunduk dalam, "gue ke sini mau minta maaf..." ucapnya tanpa melihat ke arah Athala.
Mendengar apa yang Serin ucapkan membuat Athala tertawa pelan, "maaf?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA MISERY
Teen Fiction"Gue gila!" "Gue bodoh!" "GUE NGGAK BERGUNA!" jeritnya keras. Bibirnya tersenyum hambar, meskipun matanya tak berhenti mengeluarkan air mata. Ia merasakan sesak yang begitu dasyat di dadanya. Dan lagi-lagi darah kembali mengalir dari hidungnya, Ia b...