Rasa bemci akan membutakan segalannya, bahkan kebenaran pun akan kalah jika benci telah mengusai.
A
T
H
A
L
A
●••••●Agatha sudah mulai siuman sejak pukul lima pagi tadi. Saat ini gadis itu sedang menikmati bubur ayam yang dikirim oleh Bik Ijah.
Athala dengan telaten menyuapi sang adik, begitu pun dengan Agatha, Gadis itu menerima suapan demi suapa dari Athala tanpa penolakan.
"Nih, minum!" Usai Agtha menghabiskan semangkuk bubur, kini Athala menyodorkan air putih dan dua butir obat untuk gadis itu.
Agatha tersenyum tipis melihat Athala yang dengan telaten merawatnya. Bahkan hingga saat ini tidak ada satu pun orang yang datang kerumah sakit ini kecuali kakaknya. Ada sedikit rasa nyeri di hatinya ketika ia mencoba menghubungi Erna tetapi wanita itu malah menolaknya panggilannya.
"Sekarang lo tidur lagi, ya!" titah Athala yang kemudian di angguki oleh Agatha.
Athala membantu sang adik untuk kembali merebahkan tubuh di atas bangkar. Ia juga menyelimuti tubuh adiknya sebatas dada.
"Terima kasih, ya!" ucap Agatha yang berhasil membuat hati Athala merasa sangat senang. Ini adalah kali pertama adiknya mengucapkan terima kasih setelah sebelas tahun yang lalu.
"Iya, santai aja! Lagian udah tugas gue buat ngrawat lo,"
Tiba-tiba Agatha membuang muka kearah lain. Gadis itu menatap kosong tembok rumah sakit yang ada di sebelah kirinnya, tatapannya berubah sendu.
"G-gue minta maaf! Karena udah ngrusakin motor kesayangan lo, kak." Ia benar-benar merasa bersalah. Bagaimana pun ia tahu jika Athala sangat menyayangi motor tersebut, sebab motor tersebut adalah satu-satunya hadiah yang pernah orang tuanya berikan pada sang kakak sebagai ganti karena Athala memenangkan sebuah perlombaan.
Athala menghembuskan nafas pelan, kemudian kedua ujung bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman simpul.
"Udah nggak masalah, yang penting lo nggak kenapa-napa," balasnya santai agar Agatha tidak kembali menyalahkan diri sendiri. Meskipun sebenarnya ia memang sedikit sedih melihat motor kesayangannya hancur seperti itu. Selama ini ia sangat menyayangi motor tersebut, sebab motor itu memiliki sejarah dalam hidupnya.
"Kak, gue pengen minum boba," adu Agatha pada sang Kakak.
Athala terkekeh geli mendengar permintaan Agatha. Disaat seperti ini, gadis itu masih saja ingin meminum boba yang setau Athala memang menjadi salah satu minuman kesukkan Agatha.
"Entar siangan aja, kan lo baru aja minum obat, masak sekarang minum es." Athala mencoba memberi pengertian.
"Tapi gue pengen sekarang__" rengek Agatha dengan wajah sedikit memohon.
"Tapi__"
"Pokoknya gue pengen boba titik!" sela Agatha ketika Athala lagi-lagi hendak menolak permintaannya.
Athala menghela nafas kasar, Agatha memang sangat keras kepala, hingga pada akhirnya, mau 'tak mau ia mengangguk pasrah untuk menuruti permintaan sang adik.
"Permisi!"
Athala dan Agatha sontak menoleh secara bersamaan ke arah sumber suara. kedua mata mereka menangkap sosok wanita ber jaz putih yang perlahan mulai mendekat ke arah bangkar tempat Agatha berbaring.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA MISERY
Teen Fiction"Gue gila!" "Gue bodoh!" "GUE NGGAK BERGUNA!" jeritnya keras. Bibirnya tersenyum hambar, meskipun matanya tak berhenti mengeluarkan air mata. Ia merasakan sesak yang begitu dasyat di dadanya. Dan lagi-lagi darah kembali mengalir dari hidungnya, Ia b...