42. (ATHALA)

17 4 1
                                    

Menjadi manusia itu rumit. Terlalu banyak mau, terlalu banyak aturan dan juga terlalu egois dalam segala hal.
A
T
H
A
L
A
●▪▪▪▪▪●

Sudah hampir satu jam Athala menangis sesenggukan di atas makam Omanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah hampir satu jam Athala menangis sesenggukan di atas makam Omanya. Ia banyak sekali mengadukan kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupnya beberapa bulan ini. Meskipun ia tahu Omanya tidak akan pernah merespon ucapannya.

Entah mengapa, saat ini Athala ingin sekali menumpahkan segala isi hatinya pada seseorang, namun lagi-lagi ia kembali ditampar oleh kenyataan. Kini tidak ada satu pun orang yang akan mengerti dengan keadaannya, tidak akan ada seorang pun yang faham dengan masalahnya. Dia benar-benar sendiri, hanya dirinya sendiri yang masih mau bertahan dengan rasa sakit yang perlahan mulai merenggut segalanya.

"Oma...Athala mau mati!"

"Athala lelah sama semua ini, Oma!"

Athala kembali bersuara memecah keheningan di area pemakaman. Air mata gadis itu mengalir bebas melewati kedua pipi gembulnya.

"Tuhan, kenapa 'kau tidak mau memelukku? Kenapa 'kau tidak ingin membuatku terlepas dari semua rasa sakit ini!"

"Tuhan...Aku lelah dengan semua permainan ini...!!" Teriaknya penuh emosi. Bibirnya tersenyum hambar namun matanya masih terus mengeluarkan air mata.

Athala menempelkan keningnya di atas batu nisan. Kini posisi gadis itu tengah bersimpuh di samping makam Omanya. Keadaan Athala sangat mengenaskahn, bibir pucat pasi dan mata yang terlihat bengkak. Jika di lihat-lihat, gadis itu semakin hari semakin terlihat kurus.

Tangan Athala bergerak menjambak rambutnya. Nafas gadis itu terdengar memburu, "Kenapa Athala selalu saja di salahkan atas kesalahan yang tidak Athala lakukan!" 

"Kenapa kamu disini?"

Suara berat dari seseorang di belakangnya berhasil membuat Athala mengalihkan atensinya. gadis itu seketika menoleh ke arah sumber suara, kedua netranya langsung bertemu dengan seoran pria dengan rambut yang sudah sedikit memutih dan tangan kanan memegang tongkat berkepala ular. Di belakang pria itu ada dua pria berbadan kekar dengan pakaian serba hitam yang Athala duga adalah bodyguard.

Sejenak semuanya terdiam, bibir Athala terasa kelu melihat kehadiran Argadana yang sudah sampir lima tahun tidak pernah bertemu dengannya.

Gadis itu merasa amat sangat bahagia melihat kehadiran Arga, pri tua yang menyandang sebagai kakeknya. Argadana Milyano adalah ayah dari Afkar dan juga Mario.

Dengan langkah perlahan Athala mulai berjalan maju beberapa langkah untuk mendekat ke arah pria tua itu. Athala hendak memeluk pri itu, namun tubuhnya langsung di dorong kasar oleh sang empu.

"Awh__" desisnya ketika tubuhnya terhempas ke tanah. Dorongan dari kakenya benar-benar kuat.

Athala menatap sendu wajah Arga yang terlihat tidak suka melihat kehadirannya. Raut wajah pria tua itu terlihat sangat mirip dengan Mario ketika sedang marah. Mengingatnya membuat Athala menelan salivannya susah payah.

ATHALA MISERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang