47. (ATHALA)

14 3 0
                                    

Tetaplah bertahan, tidak ada permainan yang tidak bisa diselesaikan. Semuanya akan berjalan sesuai rencana yang sudah Tuhan tetapkan untuk kita. Saat ini kita hanya perlu bersabar dan menikmati setiap perjalanan dalam kehidupan ini.
A
T
H
A
L
A
■○●○●○●○■

Pagi ini Athala sudah siap untuk pergi kerumah sakit menemui Dokter Gian. Gadis itu dengan perlahan menuruni anak tangga menuju lantai satu. Ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Bik Ijah, namun sepertinya wanita parubaya itu sedang berbelanja ke pasar.

Athala kembali melanjutkan langkahnya keluar dari rumah. Rencana ia akan pergi menggunakan taxi yang sudah ia pesan beberapa menit yang lalu. Kondisi kesehatannya belum sepenuhnya pulih, terkadang rasa sesak itu masih sering ia rasakan. Oleh sebab itu ia memilih berangkat menggunakan taxi online untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Kepalannya mendongak menatap langit yang pagi ini terlihat gelap diselimuti awan hitam. Sejak subuh tadi, hujan turun tanpa henti membasahi tanah perindunya. Beruntung saat ini hanya menyisakan gerimis kecil, sehingga Athala bisa berangkat memenuhi panggilan Dokter Gian.

Athala berjalan keluar dari pekarangan rumahnya untuk menuju taxi yang saat ini sudah stay di depan gerbang. Gadis itu sedikit berlari untuk menghindari tetesan gerimis yang bisa saja membuat bajunya basah jika terlalu lama.

"Tujuannya sesuai yang di aplikasi ya, Pak," ujar Athala setelah memasuki taxi tersebut.

"Baik, Neng!" sahut Pak Supir yang kini mulai menjalankan taxi tersebut.

Athala menatap ke arah luar kaca, menatap jalan raya yang terlihat basah dengan air hujan. Banyak kubangan air yang menggenang di sepanjang jalan, membuat beberapa pengendara harus mengemudi lebih hati-hati.

Athala menggosokkan kedua telapak tangannya, udara pagi ini terasa begitu dingin. Ia takut jika asmanya akan kambuh, karena udara seperti ini bisa lebih mudah memicu tekanan asmanya. Athala menatap jam tangan yang kini menunjukkan pukul delapan lebih lima belas menit.

Tidak butuh waktu lama, kini taxi yang ia tumpangi sudah sampai di depan pintu untama rumah sakit. Athala segera turun setelah mengucapkan terima kasih pada Pak Supir. Gadis itu kini mulai berjalan memasuki lobby rumah sakit yang terlihat lumayan sepi.

Sesampainya di depan pintu ruangan Dokter Gian, tangannya mulai mengetuk pintu tersebut kemudian memutar knop pintu hingga terbuka sepenuhnya. Kini matanya langsung disuguhkan dengan keberadaan seorang pria dengan setelan jaz putih yang melekat di tubuh kekarnya. Pria yang ia kenal sebagai Dokter psikis itu kini tersenyum merekah menyambut kedatangannya. Tanpa rasa ragu Athala berjalan mendekat ke arah meja kebesaran milik Dokter Gian.

"Silakan duduk!" titah Dokter Gian yang langsung duturuti oleh Athala.

Setelah memposisikan dirinya senyaman mungkin, gadis itu akhirnya mulai membuka suara.

"Hari ini belum sampai pada jadwal kontrol yang Dokter tetapin setiap bulannya? Lalu kenapa Dokter Gian manggil saya ke mari?" tanya Athala menagih jawaban. Ia merasa heran, karena memang tidak biasanya Dokter Gian menghubunginya diluar jadwal kontrol yang memang setiap bulan harus ia jalani.

Sebelum menjawab pertanyaan Athala, Dokter Gian tersenyum sekilas. Pria dengan kedua lesung di pipinya itu menatap kedua mata Athala secara lekat.

"Mau nyerah?" tanya Dokter Gian lugas dengan suara berat. Mendengarnya sungguh membuat Athala kesusahan menelan salivannya.

Melihat Athala yang 'tak kunjung menjawab, Dokter Gian kembali melempar pertanyaan yang berbeda pada gadis itu.

"Kemarin yang mau berenang di laut siapa?"

ATHALA MISERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang