24. ( ATHALA)

10 3 0
                                        

Jangan pernah terburu-buru dalam mengambil tindakan, sebab kita tidak pernah tau penyesalan seperti apa yang akan menjemput kita kedepannya.
A
T
H
A
L
A
°•°•°•○●•°•°•°•

Cuaca siang ini begitu panas, sengatan matahari seakan merambat masuk ke dalam jaket hingga menembus permukaan kulit. Di tambah dengan lalu lintas yang begitu padat membuat siapa saja tidak betah terlalu lama bearada di jalan raya.

Di bawah terik matahari, kini Athala tengah mendorong motornya di pinggi jalan dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki. Sejak tadi bibirnya tak berhenti mengomel pada motornya. Rupanya hari ini benar-benar menjadi hari apes untuknya, mulai dari motor mogok, ponsel mati kehabisan batre. Dan kini di tambah dengan rasa sesak di dadanya karena terlalu lelah mendorong motornya sejak dua puluh menit yang lalu.

Di sepanjang jalan, kepalanya terus saja menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari keberadaan bengkel. Penderitaanya hari ini berawal dari   lampu merah, saat itu ketika lampu berubah warna jihau tiba-tiba saja motornya mati. Dan sialnya posisinya saat itu berada di tengah-tengah pengendara lain, sehingga ia harus menanggung malu akibat omelan-omelan pengendara yang merasa  terhalangi oleh motornya yang mogok di tengah jalan.

Athala mendengus, ia berhenti mendorong motornya. Gadis itu sudah sangat lelah mendorong kuda besi yang bodynya bahkan lebih bohay dari ukuran tubuhnya. Ia menjagang motornya, kemudian beristirahat di bawah pohon yang berada di pinggir jalan. Posisinya saat ini berada tepat di samping gerbanh apartemen yang setahu Athala, Mario dulu  pernah membeli salah satu kamar di apartemen ini.

Athala menajamkan matanya ketika tak sengaja melihat sebuah mobil yang plat nomornya sangat ka kenali memasuki gerbang apartemen tersebut. Namun anehnya, manusia yang menyetir mobil itu bukanlah orang yang Athala ketauhui sebagai pemilik mobil. Kaca mobil yang sedikit terbuka membuatnya dapat melihat jelas jika yang tengah menyetir mobil tersebut adalah seorang Bria, Kapten basket SMA Panjaitan. Dan tepat di sampingnya terdapat seorang wanita yang wajahnya sangat Athala kenali. Ia yang sudah dilanda rasa panasaran  langsung beranjak dari duduknya, kemudian berjalan mengendap-ngendap memasuki gerbang apartemen untuk mengikuti mobil tersebut.

Mobil itu berhenti di tempat parkir yang sudah di sediakan. Tak lama kemudian, seorang pria turun dari mobil itu dan berputar ke arah yang berlawanan untuk membukakan pintu untuk kekasihnya. Setelah itu keduanya berjalan masuk ke dalam apartemen dengan tangan bergandengan.

Di balik sebuah pohon Athala menggeleng pelan menyaksikan dua manusia berbeda jenis yang sangat ia kenali. Ia sengaja bersembunyi di balik pohon agar dua orang itu tidak melihat keberadaanya, hanya saja setelah melihat siapa perempuan yang baru saja turun dari mobil tersebut membuat Athala semakin khawatir.

Setelah menyadari kedua manusia itu telah hilang dari pandanganya, Athala langsung bergerak menyusul mereka untuk masuk ke dalam apartemen tersebut. Ia menuju tempat resepsionis untuk menanyakan kamar apartemen milik Papanya, sebab Athala sangat yakin kedua manusia itu pasti akan menuju kamar tersebut.

"Permisi, Mbak. Saya mau nanya, boleh?"

"Boleh, Kak. Silakan!" jawab resepsionis tersebut dengan senyuman ramah di bibirnya.

"Kamar atas nama Mario Argadana, ada di nomor berapa ya, Mbak?" tanya Athala.

"Ada di lantai tiga, kamar nomor tiga puluh, Kak. Tadi baru saja ada yang meminta kunci atas nama Agatha Grazelia Putri," jelas resepsionis itu. Mendengarnya membuay Athala mengehela nafas kasar, benar dugaannya jika mereka berdua menuju apartemen Papanya.

ATHALA MISERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang