30. (ATHALA)

13 2 0
                                    

Apapun yang disembunyikan akan tetap terungkap seiring berjalannya waktu.
A
T
H
A
L
A
●•••●

Pagi ini kembali seperti pagi-pagi sebelumnya. Athala akan kembali bersekolah setelah beberapa hari libur karena kegiatan camping. Gadis itu sudah siap dengan seragam sekolahnya, ia menyampirkan tas ranselnya di sebelah pundaknya.

Athala menarik nafas dalam, ia kambali meyakinkan dirinya dan berusaha melupakan kejadian kemarin sore. Gadis itu melangkah keluar dari kamarnya, untuk segera turun ke dapur. Perutnya keroncongan minta diisi, sepertinya ia harus menyempatkan diri untuk sarapan terlebih dahulu.

Sesampainya di lantai satu, matanya melirik ke arah meja makan. Di sana sudah ada Mario, Erna dan juga Agatha yang tengah menikmati sarapannya. Athala kembali memalingkan pandangannya, ia berjalan menuju dapur untuk mencari makanan yang bisa ia makan.

Biasanya saat pagi seperti ini, Bik Ijah pasti sudah menyiapkan makanan untuknya di yang di taruh di atas meja yang ada di sebelah kulkas. Tapi entahlah, hari ini ia tidak menemukan makanan di tempat itu. Bahkan keberadaan Bik Ijah saja ia tidak menjumpainya. Athala mendengus, tanganya beralih membuka kulkas. Di dalam situ ia menemukan satu bungkus roti coklat, tanpa basa-basi ia langsung mengambil roti tersebut kemudian pergi meninggalkan dapur. 

Athala berjalan menghampiri satpam rumahnya yang kini sedang mengelap mobil Mario.

"Pak, Bik Ijah kemana, ya?" Athala bertanya pada satpam rumahnya. Ia rasa pria itu pasti tau keberadaan Bik Ijah, sebab rumahnya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Bik Ijah.

"Bik Ijah nggak bisa masuk kerja, Non! Katanya lagi ngrawat anaknya yang lagi sakit," jawab satpam itu.  Sedangkan Athala hanya mengangguk faham.

Gadis itu kemudian berjalan melewati pagar rumahnya untuk menghentikan taksi. Ia tidak yakin Rafka akan menjemputnya, sebab hingga saat ini cowok itu belum juga mengabarinya.

"Taksi!" teriaknya ketika melihat taksi yang akan melewati dirinya.

Setelah taksi itu berhenti, Athala langsung membuka pintu belakang taksi tersebut, kemudian mendudukan dirinya di kursi penumpang.

"SMA Darmaga, Pak!" ujarnya pada supir taksi.

"Siap! Neng."

Perlahan taksi mulai di jalankan. Taksi itu mulai menjauhi rumah Athala, bergerak melintasi jalan raya yang pagi ini sudah sangat padat. Perjalanan menuju sekolahnya bisa di tempuh sekitar setengah jam oerjalanan, waktu itu Athala gunakan untuk memakan roti yang sejak tadi ia pegang.

Gadis cantik itu melahap roti coklat dengan antusias. Ia sangat lapar, seharusnya ia bisa sarapan lebih dari ini. Tetapi akibat Bik Ijah tidak masuk sehingga tidak ada makanan yang tersedia untuknya. Erna mana mau memasakkan untuk dirinya, wanita itu tadi pagi pasti hanya memasak nasi goreng untuk suami dan anak bungsunya.

Setelah menghabiskan roti coklat tersebut, Athala beralih membuka tas rangselnya. Gadis itu mengambil sebotol air putih yang setiap berangkat sekolah memang selalu ia sediakan di dalam tasnya.

Setelah merasa cukup dengan air tersebut, Athala kembali menutup botolnya dan menyimpannya di dala tas. Gadis itu merasa lega, setidaknya perutnya sudah sedikit kenyang tidak seperti sebelumnya.

ATHALA MISERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang