14. ( ATHALA)

16 3 0
                                    

Tidak perlu mencari tau perihal sifatku, sebab aku sendiri tidak tau yang mana sifat asliku.
A
T
H
A
L
A
•••••••

Hari ini di SMA Darmaga akan digelar turnamen basket antar sekolah. Dan kali ini SMK Panjaitan yang akan menjadi lawan mainnya. Turnamen ini di gelar begitu meriah. Tak ayal karena kedua sekolah ini memang memiliki kedudukan tinggi di kota ini, karena murid-murid yang bersekolah di sekolah tersebut rata-rata memiliki kinerja otak yang cukup tinggi.

Kini seluruh siswa-siswi dari kedua sekolahan tersebut digiring menuju lapangan basket milik SMA Darmaga. Lapangan ini memiliki volume yang cukup luas, sehingga dapat menapung ribuan orang di dalamnya.

Rafka dan anggota basket yang terdiri dari Sepuluh orang kini masih berada di ruang ganti. Mereka semua sedang menyiapkan diri untuk pertandingan yang kabarnya akan dimulai Tiga Puluh menit lagi.

Pak Bimo sebagai pelatih tak henti-hentinya menjelaskan strategi permainan kepada seluruh pemain. Kini mereka semua berdiri membuat formasi melingkar dengan Pak Bimo yang berada di tengah-tengah. Dalam pertandingan kali ini, SMA Darmaga memiliki effort besar untuk melengserkan lawan, sebab di pertandingan sebelumnya SMK panjaitan berhasil meraih kemenangan.

"Rafka, Zico, Devan, Sandi dan Bondan. Kalian yang jadi pemain inti di awal pertandingan" Tutur Pak Bimo. Kemudian kelimanya menjawab dengan serentak. " Siap, Pak!"

"Rafka, kamu harus fokus pada titik pertama. Jangan sampai kecolongan." Ucap Pak Bimo penuh penegasan, yang langsung di balas anggukan mantap dari Rafka.

"Dan kamu Bondan, perhatikan setiap taktik yang mereka gunakan, agar kita tidak berhasil di kelabuhi oleh lawan."

"Siap, Pak!" Jawab Bonda tegas.

"Saya ingatkan sekali lagi, jangan sampai kalian terbawa emosi. Sebisa mungkin kendalikan emosi kalian!" Pak Bimo menghela nafas sejenak. "Yasudah, pertandingan akan dimulai sebentar lagi. Persiapkan diri kalian!" Setelah mengucapkan hal demikian, Pak Bimo beranjak dari ruangan ini.

Disisi lain, Athala bersama Zena dan Elya kini sudah duduk di barisan tribun paling depan. Ketiga gadis itu memang sengaja datang lebih awal agar dapat duduk di barisan paling depan.

Athala mendengus ketika melihat Serin yang terlihat mondar-mandir di tengah lapangan. Di acara turnamen kali ini, Serin memang mengambil peran penting sebagai ketua panitia jalannya acara.

"Tu anak sok sibuk banget! Enek gue liatnya." Gumam Athala pelan. Namun entahlah, rupanya Elya yang duduk di sampingnya masih dapat menyerap apa yang baru saja Athala ucapkan. Elya mengikuti arah pandang Athala, yang rupanya jatuh pada seorang gadis dengan kaos panitia yang melekat di badannya, dan celana jins hitam yang terlihat sangat pas di tubuhnya. Elya menghela nafas pelan, "dia panitia, La..." Peringat Elya.

"Iya gue tau. Cuman nggak usah sok yes gitu. Biar apa? Biar dapet pujian dari guru-guru?" Sarkas Athala dengan senyuman miring di akhir kalimatnya.

"Udahlah biarin, kasian juga anak orang lo siksa terus." Timpal Zena yang rupanya juga mendengar pembicaraan mereka berdua, karena posisi Athala saat ini memang berada di tengah-tengah Elya dan Zena.

"Eh, tu liat!" Elya mengalihkan pembicaraan, gadis itu menunjuk kearah tribun yang berhadapan langsung dengan posisi ia duduk saat ini. Satu objek di sana rupanya berhasil menarik perhatiannya, karena ia melihat keberadaan Lena bersama antek-anteknya. Lena adalah salah satu most wanted di SMK Panjaitan.

ATHALA MISERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang